Kejadian 6:1-8
Ketika
manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka
lahir anak-anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak
perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara
perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Berfirmanlah TUHAN:
"Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia
itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." Pada
waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya,
ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan
perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah
perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. Ketika dilihat TUHAN,
bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya
selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah
menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN:
"Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi,
baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di
udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di
mata TUHAN.
Siapakah
diantara kita yang tidak pernah berbuat dosa? Bagimanakah respons kita saat
kita berdosa? Sebagian orang Kristen mencoba untuk menyelesaikan sendiri setiap dosa yang mereka lakukan; sebagian orang
Kristen yang lain mencoba untuk meminta ampun atas dosa-dosanya tanpa
benar-benar menghayati dan menyelesali kejatuhannya; dan sebagian orang Kristen
lainnya ada juga yang tidak menyelesaikan dosa-dosanya; seolah-olah menganggap
bahwa dosa akan selesai dengan sendirinya.
Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita melihat bahwa
dosa membawa danpak tertentu dalam kehidupan manusia, khususnya, saat hal
tersebut tidak dibereskan. Apakah danpak dosa dalam kehidulan manusia?
1.
Dosa merusak setiap generasi
keturunan manusia
Kejadian 6:1-8
adalah bagian dari Kejadian 4-6; dalam bagian ini dibandingkan dua generasi
keturunan Adam yakni keturnan Adam melalui Kain dan keturunan Adam melalui Set.
Dalam Kejadian 4, kita diperlihatkan bahwa keturunan Kain benar-benar hancur
dan rusak; dosa itu bukan hanya merusak diri Kain, membuatnya menjadi orang
yang bengis, dosa bahkan merusak anak-anaknya; dan Lamekh adalah keturunan Kain
yang menjadi symbol dari kondisi terparah anak-anak Kain. Dalam Kejadian 5,
kita diperlihatkan keturunan Adam yang lain, keturunan telah memberikan banyak
pengharapan bagi Adam; melalui Seth dilahirkanlah anak-anak Adam yang lain,
mereka dalam Kejadian 6 bahkan disebut sebagai anak-anak Allah.
Yang mengejutkan
kita adalah Alkitab ternyata memperlihatkan bahwa dosa tidak berhenti berkarya
dalam kehidupan Kain dan keturunannya; dosa juga ternyata mempengaruhi dan
menghancurkan keturunan Adam yang lain, yakni keturunan Adam melalui Seth. Kondisi yang
sama, bagaimana dosa menghancurkan dan memporakporandakan keturunan Kain, juga
dialami oleh keturunan Seth. Jika Lamekh adalah gambaran dari kondisi terparah
dari keturunan Kain, maka dalam Kejadian 6:5, Alkitab memperlihatkan kondisi
yang tidak kalah parah juga dialami oleh keturunan Seth, dimana kecenderungan
hati mereka selalu berbuahkan kejahatan.
Inilah kekuatan
dosa; dosa itu bekembangbiak dan makin kuat; dosa merusak setiap orang siapapun
mereka baik orang-orang yang lahir dalam keluarga yang jelak maupun baik,
bahkan keluarga Kristen pun tidak luput dari acaman yang sama. Pertanyaannya
adalah memang apa danpaknya jika dosa itu terus bergerak dan menjalar dalam
kehidupan umat manuisia dari generasi kepada tiap generasi?
Dalam reflective
commentary-nya Matthew Hendry menuliskan hal yang menurut saya penting untuk
kita simak: ia berkata “saat dunia dipenuhi oleh orang berdosa; maka kekuatan
dosa menjadi berlipat ganda dalam dunia ini.” Saya kira apa yang dipikirkan
oleh Matthew Hendry sekitar 400 tahun lalu benar, kita harusnya sadar bahwa
dunia ciptaan Tuhan ini akan terus semakin rusak dan hancur jika dunia kita
semakin hari semakin dipenuhi oleh orang-orang berdosa yang menolak Allah dalam
hidupnya.
Tahukah anda
berapa bayi yang lahir setiap harinya di Indonesia? Sekitar 10.000 bayi per
hari; dalam setahun 4 juta bayi; dalam 10 tahun ada 40 juta bayi. Bagaimana
dengan didunia? Di dunia ini terjadi sekitar 380.000 bayi lahir per hari atau
sekitar 134 milyar bayi per tahun nya lahir. Coba anda bayangkan seandainya
dari 134 milyar bayi yang lahir per tahun itu 100 milyar diantaranya bukan
orang percaya; artinya 100 milyar orang lahir per tahun sebagai orang berdosa;
bagaimana nasib dunia ini?
Ingat dengan apa
yang dikatakan Matthew Hendry; bertambahnya manusia berdosa dalam dunia ini
membuat kekuatan dosa berlipat ganda dalam dunia ini. Itulah sebabnya, penting
sekali orang-orang Kristen untuk memberitakan injil baik melalui kehidupan
maupun perkataannya; itulah sebabnya penting sekali juga bagi para orang tua
memperkenalkan Kristus pada anak-anaknya; jangan kita kalau anak-anak kita
dilahirkan dalam keluarga Kristen, maka dosa tidak akan merusak kehidupan
mereka.
2.
Dosa membuat manusia menjadi
mahluk yang menolak dan menjauhkan Tuhan
Dalam ayat 2
diperlihatkan bahwa anak-anak Set kemudian mengambil perempuan-perempuan
menjadi istri mereka, siapa saja diantara mereka yang disukai mereka. Pernyataan
Alkitab ini mengindikasikan bahwa keturunan Seth tidak menjadikan kehendak
Tuhan sebagai acuan dan patokan dalam pilihan mereka dalam memilih pasangan
hidup. Mereka memilih perempuan-perempuan yang akan mereka jadikan istri,
menurut ukuran keinginan diri mereka sendiri, yakni menurut apa yang “mata
mereka” lihat sebagai yang terbaik dan bukan menurut ukuran Tuhan.
Masih ingatkah
kita dengan kisah panggilan Tuhan terhadap Daud; saat Samuel memandang
anak-anak Isai satu demi satu; beberapa orang menyangka bahwa orang yang akan
dipilih Tuhan adalah salah satu dari kakak Daud, namun Tuhan berkata apa?
“bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang
didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
Dalam keberdosaan kita, manusia cenderung untuk
memilih sesuatu berdasarkan apa yang kita inginkan, apa yang menyenangkan mata
kita; bukan terutama berdasarkan kehendak Tuhan. Hal inilah yang juga terjadi
dengan keturunan Seth; mereka tidak menjadikan kehendak Tuhan sebagai acuan
hidup mereka; mereka menjadikan keinginan diri mereka; apa yang mereka lihat
baik menurut mata mereka sebagai ukuran dan acuan bagi hidup mereka.
Tindakan
anak-anak Seth ini memperlihatkan bahwa mereka sedang menjadikan diri mereka sendiri
Tuhan; Tuhan tidak diberi tempat dalam hidup mereka; dengan kata lain mereka
menjadi orang yang “self-center.”
Dalam ayat 3a:
“Roh Ku tidak akan selama-lamanya tinggal didalam manusia karena manusia itu
adalah daging.” Saat manusia menolak Tuhan, maka Tuhan tidak mau lagi menyertai
manusia. Yang membuat Tuhan tidak mau menyertai manusia adalah sebab manusia
adalah “daging.” Apakah yang Alkitab maksudkan? Yang penulis Alkitab maksudkan
adalah sebab manusia sekarang berorintasi pada “yang mortal” dan bukan pada
yang “eternal” atau kekal.
Saat manusia
tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai hal yang eternal/kekal sebagai hal yang
utama dalam hidupnya, dan mulai menjadikan hal-hal yang mortal sebagai hal
utama yang dicarinya, maka disitulah dosa mulai bertumbuh dan berlipat ganda.
Ingat dengan apa
yang Paulus katakan dalam Roma 1; akar dari segala kejahatan manusia terletak
pada penolakan manusia kepada Tuhan; saat menusia tidak mau menjadikan Tuhan
dan kehendak Tuhan sebagai acuan hidupnya; sebaliknya manusia ingin menjadikan
dirinya sendiri sebagai pusat hidupnya; maka disitulah dosa bertumbuh dan
berkembang. Hal inilah yang terjadi dengan keturunan Set (lihat point
selanjutnya).
3.
Dosa merusak kemanusiaan kita
Ketika dosa
dibiarkan dalam kehidupan manusia, dosa tidak selesai dengan sendirinya; inilah
yang diperlihatkan dalam ayat 4; saat anak-anak Seth hidup dalam dosa; mereka
tidak mau diatur oleh Tuhan maka lahirlah generasi yang jauh lebih jahat dari
orang tuanya. Orang yang gagah perkasa yang dibicarakan dalam ayat 4, bukanlah
sekedar orang-orang yang memiliki kemapuan fisik yang hebat; namun gagah
perkasa yang dimaksudkan adalah orang-orang yang menggunakan kekuatan mereka
untuk menindas orang lain.
Bayangkan apa
jadinya jika orang-orang hebat yang memiliki kekuatan luar biasa kemudian
tumbuh menjadi orang jahat dan bejat yang dalam ayat 5 dikatakan memiliki
kecenderungan hati semata-mata berbuat jahat. Ingat dengan tokoh Hitler;
seorang yang punya kekuatan, pengaruh, kuasa, karisma yang bergitu besar, namun
hatinya jahat. Berapa banyak korban yang muncul dari kekejaman seorang bernama
Hitler.
Inilah kekuatan
dosa yang mampu menghancurkan manusia dari generasi kepada generasi, yang mampu
merusak setiap sisi kemanusiaan kita. Namun dari manakah dosa itu bersumber? Alkitab
berulang kali memperlihatkan kepada kita bahwa dosa bersumber dari penolak
manusia kepada Tuhan; Kisah kejatuhan manusia pertama di Taman Eden
memperlihatkan hal ini; hal yang sama kita lihat dengan keturunan Seth; dosa
berawal dari penolakan anak-anak Seth dalam menjadikan kehendak Tuhan sebagai
dasar dari kehidupan mereka termasuk dalamnya saat mereka memilih pasangan
hidup. Saat manusia hendak menjadikan
dirinya sendiri sebagai Tuhan; menjadi seorang yang “self-center” disitulah
awal mula kehancuran diri kita.
Lalu bagimanakah
sikap Tuhan terhadap dosa?
1.
Hati Tuhan sakit dan kecewa
saat melihat manusia hidup dalam dosa
Istilah
“menyesalah Tuhan” (ay. 6) merupakan sebuah gaya Bahasa dalam bentuk
personifikasi yang digunakan oleh penulis Alkitab untuk memperlihatkan
kesedihan dan kekecewaan Tuhan saat melihat manusia hidup dalam dosa. Mengapa
Tuhan begitu sedih dan kecewa saat melihat manusia hidup dalam dosa? (i) sebab
manusia dicipta Tuhan bukan untuk hidup dalam dosa; (ii) kehidupan manusia
dalam dosa hanya akan membawa manusia pada kehencuran dirinya sendiri.
2.
Walaupun Tuhan marah dengan
keberdosaan manusia, namun Tuhan ingin manusia bertobat
Saat manusia
hidup dalam dosa, Tuhan mengatakan bahwa ia tidak akan menyertai manusia, dan
hidup manusia akan 120 tahun saja. 120 tahun yang disebutkan Tuhan bukan
sekedar berbicara mengenai penurunan usia manusia, namun waktu yang diberikan
Tuhan kepada manusia supaya bertobat. Saat Tuhan melihat manusia terus hidup
dalam dosa, Tuhan bisa saja menghukum manusia saat itu juga, namun Tuhan masih
memberikan kesempatan kepada manusia untuk hidup 120 tahun lagi sebelum
penghukuman tiba. Tujuan Tuhan dalam hal ini adalah supaya manusia bertobat.
Lalu apa jadinya
jika manusia tetap tidak mau bertobat? Maka Tuhan akan hukum manusia. Peristiwa
Nuh menjadi bukti dan saksi bahwa Tuhan tidak membiarkann dirinya dipermainkan;
Tuhan memang panjang sabar dan selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk
berubah; namun jangan pernah mempermainkan Tuhan; Ia akan hukum kita jika kita
tidak sungguh-sungguh dan benar-benar menyelesaikan setiap dosa kita.
Apa yang harus
kita lakukan?
1.
Kita harus berhenti berbuat
dosa dan mulai membenahi diri kita.
kita harus mulai
menjalani proses pembaharuan hidup. Proses pembaharuan hidup itu harus diawali
dari aspek yang paling essential apakah itu? pembaharuan orientasi hidup. Jika
akar dari segala keberdosaan kita adalah “self-center,” maka kita harus berubah
menjadi seorang yang “God-center.” Mintalah setiap hari kekuatan dari Tuhan
supaya kita mampu untuk hidup bagi Tuhan.
2.
Kita harus menyelesaikan
dosa-dosa yang kita lakukan.
Jangan
menganggap dosa bisa beres dengan sendirinya. Jika kita memiliki dosa-dosa yang
sifatnya sangat personal; artinya hanya sedikit orang yang tahu atau bahkan
tidak ada yang tahu; jangan biarkan hal ini; bereskan. Jika kita memiliki dosa-dosa relational, jangan dibiarkan, bereskan;
sebelum hal tersebut membuahkan dosa lainnya.
3.
Kita harus sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan dosa kita.
Ada 3 aspek yang
penting dalam proses penyelesaian dosa; apakah itu? Pertama adalah “pengakuan”; kita harus mengaku dipahadapan untuk
untuk setiap dosa yang kita lakukan. Aspek kedua
adalah “penyesalan”; kita mesti benar-benar menyesali dosa dan kesalahan
kita. Aspek ketiga adalah “penyerahan”;
kita tidak pernah bisa melawan kekuatan dosa dengan kekuatan sendiri, kita
butuh Tuhan itulah sebabnya penyerahan diri merupakan bagian penting dalam
proses penyelesaian dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar