Jumat, 03 Oktober 2014

Antara Siang dan Malam

"karena kamu adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan." 1 Tesalonika 5:5.

Banyak orang pasti senang dengan terang dari pada tinggal dalam kegelapan. Itulah sebabnya banyak orang yang menyalakan lampu pada malam hari, bahkan sebagian orang tidak bisa tidur jika kondisi ruangannya terlalu gelap alias tidak ada cahaya sama sekali. Dengan kata lain, banyak orang sebenarnya bisa membedakan antara mana yang baik dan tidak atau mana yang menyenangkan ataukah tidak; namun sayangnya tidak banyak orang yang benar-benar bisa membedakan benar dan tidak dalam kaitannya dengan kebenaran ataupun nilai-nilai moral.

Perkataan Paulus diatas adalah bagian dari penjelasan mengenai perbedaan kesiapan dari anak-anak Tuhan dan yang bukan dalam menghadapi kedatangan hari Tuhan yang kedua. Rasul Paulus sebelumnya menegaskan bahwa kedatangan hari Tuhan bagi kita bukanlah sesuatu yang menakutkan dan mengejutkan, namun sesuatu yang kita sangat harapkan. Alasan bahwa kita siap dalam menantikan hari Tuhan adalah karena keberadaan diri kita yang berbeda dari orang-orang yang berada di luar Tuhan. 

Dalam ayat yang pendek di atas Rasul Paulus memperlihatkan bahwa perbedaan antara orang-orang percaya dan yang tidak adalah begitu tajam sehingga diantara anak-anak Tuhan dan kegelapan pada dasarnya dan seharusnya tidak ada persamaan lagi. Rasul Paulus mengontraskan keberadaan orang-orang percaya dan yang tidak percaya dengan gambaran siang dan malam serta antara terang dan gelap; pengambaran seperti ini jelas digunakan Paulus menunjuk menujukkan adanya kontras yang jelas antara keberadaan orang percaya dengan yang tidak.

Perbedaan yang utama dari orang-orang percaya dengan yang bukan salah satunya terletak pada status kita yang baru yakni sebagai anak-anak Allah; perhatikan istilah yang Paulus gunakan untuk menyebut orang-orang percaya yakni istilah "anak." Istilah ini tentu digunakan terutama dalam konteks keluarga khususnya berbicara mengenai kaitan yang erat antara seorang anak dan orang tuanya. Hal inilah yang Paulus lihat tidak ada dalam diri orang belum percaya yakni hubungan yang baru dan intim dengan Allah dimana Allah menjadi bapak kita dan kita menjadi anak-anak-Nya.

Perbedaan yang lain yang dibicarakan Paulus adalah perbedaan gaya hidup. Istilah terang dan gelap digunakan Paulus juga berkaitan dengan pola kehidupan yang seharusnya berbeda dari anak-anak Tuhan. "Terang" adalah gambaran dari kehidupan yang benar, jujur, saleh dan seturut dengan kehendak Tuhan; sedangkan kegelapan terkait dengan pola hidup yang melawan Tuhan. Hal ini tentu tidak mengimplikasikan bahwa orang-orang percaya hidupnya harus perfect dan tidak boleh jatuh dalam dosa barang sekalipun; namun hal yang utama yang harus ada pada kita adalah respons kita terhadap dosa; apakah saat kita berdosa kita menangis ataukah menikmatinya? apakah saat kita melakukan kesalahan kita menyesal ataukah melupakannya? 

Apa yang kita pelajari hari ini mengingatkan kita mengenai sebuah pokok ajaran iman Kristen mengenai pertobatan. Dalam ajaran iman Kristen, pertobatan dipahami dalam dua aspek yakni penyesalan akan dosa dan penyerahan diri pada Tuhan. Setiap kali orang Kristen jatuh dalam dosa, maka dibutuhkan penyesalan yang sungguh-sungguh dan keputusan untuk mengambil komitmen dalam melawan dosa yang membuatnya jatuh. Kedua aspek dari pertobatan ini akan terus terjadi dan teralami dalam hidup kita sampai akhir hayat kita; artinya kejatuhan dalam dosa akan tetap menjadi bagian dari diri kita selama kita hidup sebab kita ini sangatlah lemah dalam dunia ini, namun hal ini tidak berarti kita boleh menganggap remeh kejatuhan kita dalam dosa; kita harus melihat bahwa hanya karena kasih Tuhan yang begitu besarlah sehingga dalam kelemahan kita dan kejatuhan kita dalam dosa setiap hari, Tuhan masih mengasihi kita dan berkenan mengampuni kita asalkan kita sungguh-sungguh bertobat.

Sebagian orang sangat bergumul dengan masa lalunya karena kejatuhannya dalam dosa yang dalam kultur dan budayanya dipandang "tidak terampuni." Sebagian orang bergumul dengan kejatuhan dalam dosa karena ketidakmampuannya mengatasi kelemahan dirinya yang begitu rentan terhadap hal-hal tertentu. Mari kita belajar dari apa yang Rasul Paulus minta dari Tuhan ketika ia berdoa supaya duru dalam dagingnya dicabut dan Tuhan berkata "dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Kita harus belajar menerima ketidaksempurnaan kita dan belajar mengandalkan Tuhan dalam menghadapi berbagai kelemahan-kelemahan diri kita. Ada kalanya kita bisa menang terhadap dosa, namun ada kalanya kita kalah; ingatlah bahwa kita perlu Tuhan supaya bisa melewati masa-masa hidup kita dalam dunia ini sebagai orang-orang yang berkemenangan.

Tidak ada komentar: