"... pada waktu tanda diberi ... Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan terlebih bahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup ... akan diangkat bersama-sama dengan mereka ... menyongsong Tuhan ... Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan."
1 Tesalonika 4:16-17
Semua manusia pasti ingin masuk surga; namun sorga yang diinginkan oleh semua manusia adalah sorga yang sesuai dengan keinginan manusia. Pertanyaannya adalah apakah kita tetap akan mau masuk sorga jika sorga yang sebenarnya tidak seperti yang kita pikirkan atau seperti yang kita inginkan?
Jika sebelumnya kita sudah membahas mengenai arti dari sangkakala dan penggambaran dari diangkat ke awan-awan, maka di bagian akhir ayat 17 Rasul Paulus berbicara mengenai apa yang kita akan alami dan miliki saat Tuhan datang yang kedua kalinya. Yang akan kita alami dan miliki adalah kebersamaan yang sempurna dan selamanya bersama dengan Tuhan. Apakah kebersamaan yang sempurna dan selamanya bersama dengan Tuhan itu penting dan bernilai? Tentu saja penting dan bernilai sebab dari sanalah sesungguhnya sumber kebahagiaan hidup dan keberartian hidup manusia. Alkitab memperlihatkan bahwa kehancuran dan penderitaan mulai manusia alami saat mereka meninggalkan Tuhan; penderitaan manusia pertama terjadi dalam peristiwa taman Eden yakni ketika manusia memilih untuk melawan dan meninggalkan Tuhan; sebaliknya saat hubungan manusia dengan Tuhan dipulihkan secara sempurna dan selamanya kelak, maka kebahagiaan yang kita akan miliki pun bersifat sempurna dan kekal.
Apa yang Rasul Paulus ajarkan mengingatkan kita mengenai ajaran iman Kristen mengenai sorga; saat banyak orang Kristen mengambarkan sorga sebagai tempat kenikmatan, maka Alkitab mengambarkan sorga sebagai relasi yang sempurna dan selamanya dengan Tuhan. Dalam injil Yohanes ditegaskan bahwa hidup yang kekal itu berkaitan terutama dengan pengenalan yang benar akan Allah dan Kristus; untuk dapat mengenal dengan benar seseorang, maka kita harus bergaul akrab dan membina relasi yang baik dengannya; sama dengan itu, kita tidak akan pernah bisa mengenal Allah dengan benar jika kita tidak berelasi dengan Dia; dan hidup yang kekal terkait terutama dengan relasi yang benar dengan Tuhan.
Dalam keseharian kita memahami bahwa relasi itu penting dan dapat membawa banyak manfaat, itulah sebabnya kita belajar bagaimana caranya berkomunikasi dengan benar sehingga relasi yang kita miliki memberikan kepada kita banyak keuntungan dan manfaat. Banyak orang bahkan demi mempertahankan relasi rela untuk mengorbankan sejumlah uang untuk mengajak seseorang makan malam dsb. Sayangnya pemikiran yang sama tidak kita terapkan dalam berelasi dengan Tuhan; jangankan untuk "mengorbankan" sesuatu, untuk memberikan waktu bagi Tuhan saja kita sulit untuk melakukannya. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi dalam hidup kita? karena kita tidak merasa dan memandang relasi dengan Tuhan itu sebagai sesuatu yang penting dan bernilai. Dengan kata lain, kita meremehkan relasi dengan Tuhan.
Saat kita meremehkan relasi dengan Tuhan, kita sebenarnya sedang meremehkan prbadi Tuhan sendiri; dapatkah kita bayangkan apa yang terjadi jika seseorang meremehkan diri kita? kita pasti akan marah dan kecewa dengan orang tersebut; apakah yang Tuhan rasakan saat ia melihat kita meremehkan diri-Nya? Jika kita merasa bahwa relasi dengan Tuhan itu tidak penting maka kita sedang menyatakan bahwa sorga itu dan hidup yang kekal tidak penting bagi anda. Jika anda merasa hidup yang kekal atau sorga ini tidak pernitng bagi anda, maka untuk apa anda percaya kepada Yesus? sebab alasan kita percaya kepada Yesus pada dasarnya dan sebenarnya adalah karena kita rindu untuk memiliki hubungan atau relasi yang baru dengan Tuhan. Bagaimana relasi anda dengan Tuhan sekarang ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar