Jumat, 19 September 2014

Naik Ke Awan-Awan

"Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang masih hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka menyongsong Tuhan di angkasa ... ." 
1 Tesalonika 4:16-17

Banyak orang Kristen yang menderita karena bergumul dengan dosa. Sebagian orang Kristen menjalani hari-hari mereka dengan rasa malu dan frustasi karena mereka jatuh dalam dosa-dosa tertentu yang jika diketahui orang lain, mereka akan menjadi sangat malu. Sebagian orang Kristen lain mengalami banyak kerugian dan masalah karena mereka tidak mau kompromi dengan dosa. 

Perkataan rasul Paulus mengenai bagaimana pengambaran kedatangan Tuhan yang kedua dapat diartikan berbeda tergantung dengan bagaimana seseorang memahami penggambaran yang Rasul Paulus lukiskan. Sebagian orang memahami penggambaran Rasul Paulus dalam bagian di atas secara harafah sehingga mereka meyakini bahwa saat Tuhan datang kedua kalinya, kita akan benar-benar diangkat ke langit/ke awan-awan; penafsiran yang harafiah seperti ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan, misalnya saja untuk apa kita diangkat ke awan-awan? Itulah sebabnya bagian ini sebaiknya dipahami sebagai sebuah "pelukisan simbolis."

Awan dalam PL jelas menggambarkan kehadiran Allah sendiri; dalam peristiwa bangsa Israel berada di padang Sinai setelah keluar dari Mesir, kehadiran Tuhan diperlihatkan melalui tiang awan. Penggambaran yang Rasul Paulus tuliskan yakni bagaimana orang-orang percaya baik yang sudah mati duluan sebagai martir ataupun yang masih hidup diangkat ke awan-awan, pada dasarnya hendak menegaskan mengenai bersatunnya semua orang percaya dengan Allah yang sangat mereka kasihi dalam kedatangan Kristus yang kedua. Kebersatuan yang sempurna antara orang percaya dengan Kristus merupakan sebuah pengharapan yang penting dalam iman Kristen sebab dari sanalah akan datang "pemulihan totalitas" diri kita. Rasul Paulus menggambarkan selama orang percaya hidup dalam dunia ini, mereka mengalami penderitaan karena berbagai kelemahan dan kerentanan kita terhadap dosa; saat Tuhan datang yang kedua kali, saat kita mengalami kebersatuan dengan Kristus secara sempurna, maka diri kita yang "yang tidak sempurna ini" (lemah dan rawan dengan dosa) akan diubahkan menjadi "sempurna."

Apa yang kita pelajari hari ini mengingatkan kita kepada sebuah ajaran yang penting yang diajarkan oleh Martin Luther, sang bapak Reformasi, mengenai pembenaran. Luther menegaskan bahwa orang-orang percaya itu, satu sisi adalah orang benar karena kebenaran Kristus yang diberikan kepada kita, namun di sisi yang lainnya adalah orang yang masih berdosa. Rasul Yohanes sendiri mengingatkan kita bahwa "jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." Itulah sebabnya, bagi orang-orang percaya, kedatangan Tuhan yang kedua adalah hari yang sangat kita nantikan sebab di hari itu kita semua akan dilepaskan dari kelemahan-kelemahan yang membuat kita menderita karena dosa.

Realita bahwa walaupun status dan natur diri kita sudah diubahkan Tuhan, namun kita pada dasarnya masih berdosa mengajarkan kita untuk tidak sombong, tidak merasa diri lebih baik dan benar dari orang lain, dan juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur untuk anugerah Tuhan pada kita. Rasul Paulus saja mengakui bahwa dirinya masih berdosa bahkan merasa dirinya sebagai orang yang paling berdosa; pertanyaannya jika Rasul Paulus saja mengakui kelemahan dan keberdosaannya, siapa kita sampai merasa diri kita lebih baik dari orang lain dan memandang rendah orang lain karena kejatuhan mereka dalam dosa. Sikap yang benar saat melihat orang lain jatuh dalam dosa bukanlah menghakimi mereka, namun menaruh kasih dan empati kepada mereka serta mendoakan mereka supaya mereka dapat dipulihkan oleh Tuhan dari danpak kejatuhan mereka dalam dosa. Yang kedua, saat kita menyadari bahwa kita ini masih berdosa, maka kita harus sadar bahwa sampai kita mati, kita sebenarnya tidak pernah pantas dan layak untuk diterima Tuhan sebagai anak-anak-Nya; kalaupun kita kemudian menjadi anak-anak-Nya, itu karena kasih dan kemurahan Tuhan bagaimana ia rela menerima kita apa adanya karena Kristus telah mati bagi kita. Jadi, "cerita/kisah hidup kita" bukanlah tentang "diri kita," namun tentang Yesus yang berkarya dalam kita.

Tidak ada komentar: