Senin, 28 Juli 2014

Peperangan Orang Percaya

MAZMUR 3:1-8
1Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya.
 2Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; 3banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Sela
4Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. 4Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Sela
5Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!
6Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku. 7Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik.
8Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! Sela

Mazmur 3 ini diawali dengan perkataan Mazmur Daud, ketika Ia lari dari Absalom. Menurut beberapa ahli PL, kalimat ini bukanlah bagian dari Mazmur 3. Beberapa Alkitab versi bahasa Inggris seperti NIV, RSV, KJV menempatkan kalimat ini sebagai judul dari Mazmur 3 dan nyanyian dalam mazmur 3 sendiri sebenarnya dimulai dengan ayat 2ff.
Meskipun demikian kalimat dalam ayat 1 ini adalah catatan penting sebab kalimat ini menolong kita mengerti ‘setting’ utama nyanyain ini. Melalui ayat 1, kita mengerti bahwa mazmur ini dinyanyikan sewaktu Daud sedang dalam pelarian oleh karena pemberontakan anaknya, Absalom. Dalam Alkitab, kisah pelarian Daud dari Absalom terdapat dalam 2 Samuel 15-18.
Apabila kita memperhatikan kalimat-kalimat yang digunakan oleh pemazmur, seperti lawan (ay 2), menyerang (ay 2), perisai (ay 4), mengepung (ay 6) dst’ maka jelas sekali ‘setting’ atau konteks dari nyanyian ini adalah peperangan. Ini berarti Daud memandang konflik antara pihaknya dengan pihak Absalom sudah seperti peperangan. Mengapa bisa demikian? Sebab walopun Daud adalah ayahnya Absalom, tetapi bagi Absalom, Daud tidak lebih dari pada musuh besarnya. Realita ini, terlihat dalam kutipan perkataan Daud dalam 2 Samuel 16: 11 dimana Daud merasa Absalom bahkan sampai ingin membunuhnya. Dalam ayat itu dikatakan pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku. Jadi konflik antara Absalom dan Daud, sudah sedemikian tajam sehingga kondisi dan relasi mereka digambarkan oleh Daud seperti sedang dalam peperangan.
Dalam menghadapi peperangan ini, Daud memulai nyanyiannya dengan sebuah ratapan atau keluhan bahkan mungkin juga tangisan. Dalam ayat 2-3 Pemazmur berkata Ya Tuhan betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku, banyak orang berkata tentang aku ‘baginya tidak ada pertolongan dari Allah.’ Mengapakah Daud mengawali mazmurnya dengan keluhan atau ratapan? Sebab sewaktu Daud menyanyikan lagu ini, ia dalam keadaan yang tidak menguntungkan, keadaan yang buruk bahkan terancam. Perkataan banyak orang melawan aku, banyak orang yang bangkit menyerang aku dan banyak orang berkata tidak ada pertolongan baginya dari Allah menekankan dua hal yakni: Pertama, Orang yang melawan Daud, orang yang jadi musuhnya Daud bukan berjumlah sedikit melainkan banyak sekali. Bila kita membandingkannya dengan 2 Samuel 17:4 kita mendapatkan keterangan bahwa Absalom bahkan sampai didukung oleh tua-tua Israel. Para tua-tua adalah orang-orang yang pasti punya pengaruh besar dalam kehidupan bangsa Israel dan ternyata mereka ini memilih menjadi musuhnya Daud. Bayangkan seberapa banyak para pengikut dari tua-tua ini yang juga akhirnya memusuhi Daud.
Kedua, Orang yang memusuhi Daud makin hari makin menjadi-jadi. Semula, banyak orang barang kali menempatkan diri pada posisi tidak memihak, lama-kelamaan ada banyak orang yang hanya mulai pro dengan Absalom dan memposisikan diri jadi lawannya Daud, kemudian banyak orang mulai secara aktif menyerang Daud dan puncaknya bahkan mereka menyatakan bagi Daud sudah tidak ada lagi pertolongan dari Tuhan. Apakah arti perkataan ini? Ini berarti orang-orang menganggap Daud itu sudah ditinggalkan Tuhan, menganggap Allah telah memilih Raja baru bagi Israel.
Untuk lebih mengerti keadaan Daud waktu itu, coba membandingkan perkataan Daud dalam Mazmur 3 dengan catatan 2 Samuel 15-16. Dalam 2 Samuel 15: 6B dikatakan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel; sebelum Absalom benar-benar memberontak, selama 4 tahun ia mempersiapkan pemberontakannya sebaik-baiknya. Salah satu caranya adalah Absalom memprofokasi orang-orang yang tidak puas dengan kebijakan Daud. Akibatnya sewaktu Absalom memberontak menurut laporan pengawal Daud, pada waktu itu (kata pengawal Raja) hati orang Israel telah condong kepada Absalom…2 Samuel 15:13 
Lalu dalam 2 Sam 16:7-8 sewaktu Daud sedang dalam pelarian ia bertemu dengan Simei yang adalah keluarga Saul. Simei pada waktu ia mengutuk: Enyahlah-enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! Tuhan telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, Tuhan telah menyerahkan kedudukan raja pada anakmu Absalom. Sesungguhnya engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah. Simei hanyalah salah satu orang yang beranggapan bahwa Allah telah meninggalkan Daud. Selain Simei, menurut Daud, dalam mazmur ps 3, ada banyak orang lain yang juga beranggapan seperti itu.
Realita atau kenyataan bahwa pemberontakan Absalom ternyata didukung oleh orang Israel, oleh bangsanya sendiri dan realita bahwa ada banyak orang yang menanggap Tuhan telah meninggalkan Daud (Ini berarti banyak orang beranggapan Tuhan telah memilih Raja yang baru bagi Israel) maka hal ini pastilah membuat Daud sangat bergumul bahkan mungkin Daud juga sampai merasa tertekan.
Bila saya menjadi Daud, menghadapi realita seperti Daud, saya pasti ‘down’ sekali. Mental saya pasti ancur. Saya pasti akan merasa sangat kecewa dan mungkin saya akan memikirkan ulang apa yang orang katakan tentang saya? Apakah benar saya ini adalah orang yang Tuhan masih kehendaki jadi raja? Barang kali itulah yang Daud rasakan disalah satu malam, dalam pelariannya. Dalam kekecewaan dan kegelisahannya, Daud berseru kepada Tuhan ya Tuhan betapa banyaknya lawanku, banyak orang yang bangkit menyerang aku, banyak orang berkata tentang aku: baginya tidak ada pertolongan dari Allah.
Pernahkah anda merasa begitu kecewa, merasa realita hidup begitu pahit dan beban hidup begitu berat. Kalo anda pernah merasakan hal tersebut, itulah yang juga Daud pernah rasakan. Sikap Daud sewaktu mentalnya tertekan, sewaktu rasa ‘down’ dengan realita pahit yang dialaminya patut kita teladani. Bagaimanakah sikap Daud? Ia berseru kepada Tuhan.
Bagaimana sikap kita waktu ‘down’, waktu kecewa, waktu merasa tertekan? Waktu realita ngga berjalan sesuai dengan harapan? Mungkin ada berbagai respon yang berbeda. Sebagin kita barangkali ada yang mengambil sikap mengasihani diri sendiri atau menyalahkan diri sendiri, sebagian lagi barangkali ada yang bersikap memberontak, marah-marah dan bersikap ‘offensive’ (menyerang orang lain) dengan jalan menyalahkan orang lain atau Tuhan untuk segala sesuatu yang terjadi. Sebagian orang yang lain mungkin malah mencari jalan pintas dengan ‘bunuh diri.’
Ada seorang remaja SMA yang amat senang olah raga namanya adalah Keneth. Anak ini pernah jadi atlet Futbol bahkan juga bergabung dengan klub tinju, gulat, berburu dan menyelam. Hidup Keneth baik-baik saja sampai satu hari waktu ia berlatih gulat, ia terjatuh dan lehernya patah. Hal ini membuatnya lumpuh dari leher sampai ke bagian bawah tubuhnya. Ia semula dengan setia menjalani terapi dan dokter-dokter memberinya harapan bahwa satu kali ia akan sembuh. Setelah sekian lama berobat. Keneth mulai putus asa dan di suatu siang, ia meminta dua orang sahabatnya untuk membawanya pergi ke sebuah hutan. Mereka menginggalkan Keneth disana dengan sebuah senapan ukuran 12. Setelah kedua temannya pergi ia menarik pelatuk senapan tersebut dan menembak perutnya sendiri. Ia bunuh diri di usia 24 tahun. Sungguh sebuah kisah yang tragis, kekecewaan dan realita hidup yang menyakitkan membuat Keneth bunuh diri. Daud memberikan teladan buat kita. Dalam keadaan tertekan, down, kecewa, jangan cari jalan pintas dengan ‘bunuh diri’ melainkan carilah Tuhan, berserulah kepadaNya.
Bagaimana respon Daud terhadap segala realita pahit yang dihadapinya? Setelah ia berseru kepada Tuhan dan kemudian ia hening sejenak. Akhirnya Daud berkata dalam ayat 4-5 Tetapi Engkau, ya Tuhan adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan dan Ia menjawab aku dari gunungnya yang kudus. Daud menjawab pergumulannya sendiri dengan mengatakan tetap ada Tuhan yang a) jadi perisaiku b) (tetap ada Tuhan yang) jadi kemuliaanku dan (tetap ada Tuhan yang) mengangkat kepalaku c) (tetap ada Tuhan) yang menjawab aku dari gunungnya yang kudus.
Walopun banyak orang berkata Tuhan tidak lagi menyertai Daud, tetapi Daud tetap percaya bahwa Tuhan tidak meninggalkan dirinya. Walopun Daud sedang mengalami kudeta, ia tersingkir dari tahtanya, tetapi ia tetap percaya bahwa Tuhan tidak tinggalkan dia. Daud percaya, dalam keadaan segenting ini, Tuhan itu menjadi perisainya. Perisai yang dimaksudkan bisa memiliki dua arti. Arti yang pertama adalah tameng, arti kedua adalah sebuah baju zirah. Jadi Allah itu bagi Daud adalah ‘tameng’ sekaligus baju zirahnya dalam peperangan yang sedang dia hadapi. Tentu kalimat ini adalah sebuah personifikasi yang hendak menekankan bahwa dalam keadaan segenting itu, Daud percaya Tuhan itu akan melindungi Daud dengan sempurna. Daud akan aman dalam tangan Tuhan sebab yang melindungi Daud adalah Tuhan sendiri. Ini adalah hal yang luar biasa, sebab waktu Daud berbicara seperti ini, Daud bukan dalam keadaan yang aman-aman tapi dalam keadaan sangat genting tetapi itulah iman yang dimiliki Daud, saat genting ia tetap percaya pada Tuhan.
Daud juga percaya bahwa Tuhanlah kemuliaanNya dan Tuhan akan mengangkat kembali kepalanya. Istilah kemuliaan yang dipakai Daud tentu terkait dengan tahta yang direbut secara paksa oleh Absalom. Waktu Daud mengalami tahtanya direbut, itu berarti kemuliaannya juga direbut, dalam kondisi seperti ini, Daud berkata Tuhanlah kemuliaanku… Perkataan Tuhanlah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku bisa berarti dua hal yakni: pertama Bagi Daud, Tuhanlah sumber segala kemuliaannya, bagi Daud kemuliaannya ada pada Tuhan bukan tahtanya. Walopun tahtanya direbut orang, bagi Daud itu bukan segala-galanya sebab ‘hatinya’ tidak terikat dengan tahta tapi pada Tuhan. Kedua Tuhanlah pemberi segala kemuliaan yang dimilikinya, jadi jika ada yang mengambil kemuliaannya, maka Tuhanlah yang akan mengembalikan segala kemuliaan yang telah diambil dari padanya sebab kemuliaan itu adalah miliknya Tuhan.
Daud juga percaya bahwa Tuhan akan menjawab doanya dari gunungnya yang kudus. Walopun banyak orang berkata, Allah sudah meninggalkan Daud, tetapi Daud percaya bahwa Allah akan menjawab segala doa dia.
Bila kita memperhatikan doa dan nyanyian Daud ini, kita melihat ada sebuah transisi atau perubahan tekanan. Dalam ayat 2-3 Daud menyampaikan keluhanan tetapi dalam ay 4-5 keluhan Daud telah hilang digantikan dengan ungkapan imannya. Bagaimana mungkin Daud bisa mengalami hal ini? Hal ini terjadi sebab Daud mengarahkan atau menggeser matanya dari masalah kepada Tuhan dan disitulah ia bisa melihat masalah dengan cara pandang Tuhan.
Dalam hal ini, kita juga harus belajar dari Daud. Untuk tidak memfokuskan pikiran terus menerus kepada masalah yang kita hadapi. Bila kita terus menerus memfokuskan mata dan pikiran kita kepada masalah yang sedang kita hadapi, maka jangan-jangan masalah yang kecilpun akhirnya bisa jadi terlihat sebagai masalah yang besar.  Sebaliknya bila kita menggeser fokus atau pandangan kita dari masalah kepada Tuhan maka masalah yang besarpun bisa jadi kelihatan kecil.
Ada seorang pendeta mengunjungi seorang missionaris yang bernama Ruth di Rumah Sakit. Saat ini Ruth terpaksa terbaring di rumah sakit karena ia mengidap kanker paru-paru stadium akhir. Pendeta ini merasa, hal ini tidak adil untuk Ruth sebab ia tidak pernah merokok ataupun melakukan hal-hal yang bisa mengakibatkan kanker paru-paru. Banyaknya khemoterapi telah membuat Ruth jadi begitu menderita dan sekarang ia tidak lagi melakukannya sebab kesepatan sembuhnya hampir 0. Ruth hanya tinggal menunggu kematian. Saat ini selain rambutnya yang rontok, Ruth tidak menunjukan gejala-gejala kanker lainnya. Yang mengherankan adalah waktu ia bercerita dengan si pendeta mengenai sakitnya, ada sukacita dan damai sejahtra yang memancar dalam tiap perkataannya. Ia berkata bahwa ia sangat bersyukur kepada Tuhan bila ia diijinkan mengalami penderitaan ini. saya selalu menjadi seorang Martha, terlalu sibuk melayani hingga tidak sempat lagi duduk di kaki Yesus, namun Tuhan menggunakan kanker ini untuk memperlambat saya dengan cara-cara yang tak pernah saya alami sebelumnya… setelah pendeta ini pulang, ia merasa begitu dikuatkan oleh kesaksian Ruth. Coba lihat, apa yang memebuat Ruth dalam sakit kangker paru-paru stadium akhirnya tetap bisa bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan? Apa yang membuat Ruth walopun kematian sedang menjemputnya tapi ia tetap punya damai sejahtera? Karena cara pandangnya telah bergeser, ia tidak lagi memfokuskan dirinya pada sakitnya tapi pada Tuhan sehingga masalah yang besarpun bagi dia jadi kecil.
Bagaimana dengan anda apakah sewaktu ada masalah kita fokuskan mata kita pada Tuhan atau pada masalah itu? Bila kita fokuskan mata dan perhatian kita pada masalah itu, akhirnya kita bisa darah tinggi, ngga bisa tidur, stress, depresi dan lama-lama kita bisa sakit jiwa.
Akibat yang dialami Daud sewaktu ia menggeser fokusnya dari masalah kepada Tuhan, sungguh luar biasa. Dalam ayat 6-7 Daud berkata Aku membaringkan diri lalu tidur; aku bangun sebab Tuhan menopang aku. Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku. Setelah Daud menggeser pandangannya dari masalah kepada Allah akhirnya Daud mengalami sebuah ketenangan yang luar biasa sehingga ia bisa tidur. Ketenangan yang luar biasa inilah yang disebut Alkitab sebagai damai sejahtra. Dalam sebuah kondisi yang sangat genting, dimana kita jadi tertekan dan stress, biasanya kita cenderung jadi isomnia (ngga bisa tidur) tetapi Daud mengalami hal yang berbeda. Walopun pergumulannya berat, kegelisahan dan stressnya juga pasti besar, tetapi karena Daud memfokuskan dirinya dan pikirannya kepada Tuhan akhirnya imannya menguatkan dia, imannya menolong Daud untuk percaya bahwa Allah-lah yang menopang hidupnya. Oleh sebab Daud Yakin bahwa Allah menopang hidupnya maka Daud sampai berani berkata bahkan ia tidak takut kepada puluhan ribu orang yang mengepungnya? Mengapa ia bisa merasa tidak takut? Sebab Daud memandang hidupnya bukanlah berada ditangan para musuhnya tetapi ada ditangan Tuhan. Sekuat apapun musuh-musuh Daud, mereka tetap manusia yang tidak mampu melawan Tuhan.
Iman yang dimiliki Daud bukan saja membawanya untuk memiliki damai sejahtra dalam menjalani masa pelariannya tetapi menolongnya juga untuk mempercayakan peperangannya kepada Tuhan. Dalam segala keterbatasannya, dalam segala kelemahan dan ketidak berdayaannya untuk memenangkan peperangannya dengan Absalom, Daud berseru kepada Tuhan, ia meminta pertolongan Tuhan. Dalam ayat 8 Daud berkata bangkitlah Tuhan, tolonglah Aku ya Allahku! Ya Engkau telah memukul rahang semua musuhku dan mematahkan gigi orang-orang fasik.
Oleh karena Daud yakin bahwa dalam peperangan yang dihadapinya dia maju bersama Tuhan maka sudah pasti lawannya akan kalah. Mengapa? sebab Tuhanlah yang berperang bagi Daud. Lalu dalam ayat 8 Daud menyatakan puncak keyakinannya kepada Tuhan ia berkata ‘Dari Tuhan datang pertolongan. BerkatMu atas umat-Mu.’ Istilah pertolongan yang digunakan oleh Daud memiliki arti kemenangan. Jadi dari Tuhanlah datang kemenangan.’ Dalam peperangan yang Daud sedang hadapi, ia yakin yang menentukan kemenangannya adalah Tuhan. Ini berarti bagi Daud kemenangnya bukan bergantung pada nasib, bukan juga bergantung pada strategi dan management peperangan yang jitu, bukan juga pada kekuatan pasukannya yang besar tetapi hanya pada Tuhan.
Di awal kotbah, saya mengatakan bahwa setting atau konteks mazmur ini adalah peperangan. Problemnya adalah kita saat ini, sekarang ini dan zaman ini tidak memiliki pergumulan yang sama dengan Daud. Kita, orang-orang Krsiten di Indonesia, tidak sedang mengalami peperangan secara fisik seperti halnya Daud. Lantas apa arti teks ini bagi kita?
Bila kita berbicara mengenai musuh dan peperangan, sebenarnya kita ini punya musuh dan peperangan sendiri. Menang musuh dan peperangan yang kita hadapi bukanlah peperangan jasmani. Dengan siapa orang percaya berperang? Siapakah musuh dari orang-orang percaya saat ini? Musuh pertama kita adalah kebiasaan-kebiasaan dosa dalam hidup kita. Selama kita dalam dunia ini sebenarnya kita sedang berperang dengan segala kekuatan dosa yang masih melekat dalam daging kita. Musuh kita yang kedua barang kali adalah penderitaan. Dalam dunia ini kita juga sedang dalam perjuangan dan peperangan melawan segala penderitaan, kemiskinan dll. Musuh kita yang ketiga adalah iblis.

Prinsip yang dipegang pemazmur dalam memenangkan peperangannya juga prinsip yang sama yang harus kita pegang. Bila kita ingin menang dalam segala peperangan kita, entah kita melawan kebiasaan dosa, melawan penderitaan bahkan melawan iblis sekalipun maka kita harus berperang dengan Tuhan. Mari kita jalani hidup kita dengan kebenaran ini. God Bless You.

Tidak ada komentar: