MAZMUR
1:1-6
1Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang
fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh, 2tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan
yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.3Ia seperti pohon, yang
ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang
tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. 4 Bukan demikian orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.5Sebab itu orang fasik
tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan
orang benar; 6sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan
orang fasik menuju kebinasaan.
Kita hidup dalam dunia
yang sulit dijalani dengan benar. Menjadi orang benar dalam dunia ini sungguh
sulit dan dapat sangat merugikan kita. Sebaliknya, menjalani hidup yang “tidak
terlalu benar,” sering kali dipandang sebagai cara hidup yang terbaik dalam
dunia ini. Itulah sebabnya kita sering mendengar perkataan “jadi orang itu
jangan terlalu jujur,” atau perkataan “hidup ini jangan jahat, namun jangan
juga terlalu baik.”
Pertanyaannya adalah
benarkah menjalani hidup yang benar itu tidak ada manfaatnya? Benarkah
menjalani hidup yang “tidak terlalu benar” itu lebih baik dari menjalani hidup
yang benar?
Berbeda dengan cara
pandang dunia di mana menjalani hidup yang “tidak terlalu benar” itu dianggap
pola hidup yang terbaik, penulis Mazmur 1 melihat kehidupan yang dijalani
dengan benar adalah kehidupan yang terbaik, kehidupan yang disebutnya sebagai
kehidupan yang berbahagia.
Dalam Maz. 1 ada 2 tokoh
atau dua tipe orang yang dibicarakan, kedua tokoh ini adalah orang benar dan
orang fasik. Orang benar dalam ay. 1 dikatakan sebagai orang yang berbahagia.
Istilah berbahagia dalam ay. 1 ini memiliki arti lain ‘diberkati.’ Jadi, orang yang akan diberkati Tuhan hanyalah orang
benar.
Ini adalah hukum berkat. Jika
kita ingin hidup diberkati Tuhan maka kita harus jadi orang benar. Peter C.
Craigie dalam tafsiran Mazmur (WBC) mengatakan berkat dalam kehidupan orang
benar tidak datang secara “ujug-ujug” atau tanpa sebab, namun berkat tersebut berasal
dari pilihan kita, untuk mau menjalani hidup dengan benar.
Sekarang pertanyaannya
adalah hidup yang benar itu seperti apa? Dalam Maz. 1, kehidupan yang benar
dijelaskan dalam dua pendekatan. Dalam pendekatan negatif, hidup yang benar
adalah hidup yang menghindari pengaruh dari orang-orang fasik. Istilah yang
digunakan Alkitab adalah tidak berjalan menurut nesehat orang fasik, tidak berdiri
dijalan orang berdosa dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Ini berarti
kebahagiaan atau berkat itu akan kita dapatkan apabila kita memilih menghindari
nasehat yang salah, menjauhi gaya
hidup orang berdosa dan meninggalkan persekutuan dengan orang-orang fasik.
Nasehat, gaya hidup dan persekutuan dapat diartikan
dengan ‘lingkungan’ atau ‘kelompok.’ Nasehat, gaya hidup dan persekutuan adalah ciri dari
sebuah kelompok. Ini berarti Tuhan tidak akan memberkati kita apabila kita
berkelompok atau tinggal dalam lingkungan orang-orang fasik. Tentu saja hal ini
tidak diartikan secara harafiah, kita harus cari komplek Kristen yang tetangga
kanan kirinya adalah orang Kristen.
Persoalannya adalah
apabila seseorang sudah berkelompok dan ikut dalam lingkungan orang fasik, ini
berarti ia sudah ikut-ikutan orang fasik. Ini berarti Tuhan tidak akan
memberkati orang yang hidupnya ikut-ikutan orang fasik.
Orang Fasik memberikan
nesehat…mencuri dikit-dikit tidak apa-apa ngga ada yang tahu kok… orang fasik
berkata berbohong sekali-sekali tidak apa-apa kok itu lumrah namanya juga
dagang… dunia ini adalah dunia yang penuh dengan pendapat dan nasehat, ada
nasehat yang benar ada juga yang salah. Orang fasik punya gaya hidup menghalalkan segala macam cara
yang penting tujuan tercapai, apakah kita akan ikut-ikutan mereka? Biar sukses
orang dunia pakai gaya
katak, sikut kiri, sikut kanan, tendang belakang dan jilat atas.
Bagaimana dengan hidup
kita, apakah kita hidup teguh didalam Tuhan. Hidup mengandalkan ‘pimpinan’
Tuhan atau hidup dipengaruhi dunia.
Secara positif: berkat
orang benar datang dari hasil kecintaan dan perenungan taurat Tuhan siang dan
malam. Taurat disini kemungkinan besar mengacu kepada perintah Tuhan. Bukan
kelima kitab musa atau hukum tetapi mengacu kepada substansi dari firman yakni
‘perintah Tuhan’ yang menjadi pedoman hidup bagi umat.
Jadi yang disebut
berbahagia adalah orang yang kesenangannya adalah Firman, yang kesukaannya
adalah Firman dan hobinya adalah Firman. Orang yang seperti inilah yang akan
diberkati, yang akan berbahagia.
Apa yang menjadi kesukaan
kita? Bekerja mungkin… maen bulu tangkis mungkin… mincing mungkin… cari uang…
percayalah tidak ada yang lebih membahagiakan selain mendapatkan dan mengerti
kehendak Tuhan. Inilah yang akan membuat hidup kita diberkati. Percayakah
saudara dengan janji ini? Kalo percaya…jangan cari duit teruz…jangan belajar
teruz…cari Tuhan.
Yang mencintai firman
disini adalah mereka yang merenungkannya siang dan malam. Apakah arti
merenungkan disini? Apakah sekedar baca? Tidak tetapi yang memikirkannya, yang
menghafalkannya, membuat firman itu meresap dalam batin dan pikiran kita.
Itulah artinya merenungkan firman. Istilah merenungkan firman dalam aslinya
memiliki terjemahan literal ‘ngagenyem.’ Untuk memahami istilah ini perhatikan
orang islam yang selalu putar tasbeh sambil membaca doa. Ini sebenarnya metoda
orang yahudi didalam menjadikan firman itu bagian penting dalam hidupnya,
sehingga dimana saja dan kapan saja mereka akan terus memikirkan
perintah-perintah Tuhan.
Kalau firman Tuhan begitu
sering kita baca, dengarkan, hafalkan mungkinkah kita akan lalai dalam hidup
ini, ngga sengaja bikin dosa? Ngga mungkin hidup kita akan dikuasai oleh
firman, sehingga hidup kita pasti mengerjakan perkara yang berkenan dimata
Tuhan. Dan Tuhan akan memberkati kita.
Kebahagian orang benar
digambarkan seperti pohon yang berbuah, yang tidak pernah layu daunnya dan apa
saja yang diperbuatnya berhasil. Istilah seperti berarti sebanding atau
sejajar. Jadi orang benar punya kesejajaran dengan pohon yang berbuah dan tidak
pernah layu daunnya. Pertanyaannya apa yang diperbandingkan, apa yang
disejajarkan antara orang benar dan pohon yang berbuah?
Banyak orang menganggap
yang diperbandingkan adalah keberhasilan. Mereka mendasarkan argumetasinya
bersadarkan ayat 3b apa saja yang
diperbuatnya berhasil. Menurut saya bukan hal itu yang diperbandingkan
sebab 1) sulit sekali mencari kesejajaran antara keberhasilan seorang yang
mencintai firman dengan pohon yang berbuah dan tidak layu daunnya. Masa
gara-gara pohon bisa berbuah dan ngga pernah layu daunnya kita sebut itu pohon
yang sukses? 2) perbandingan yang dibuat pemazmur bukan hanya antara orang
benar dan pohon tetapi juga antara orang benar dan orang fasik, ketika pemazmur
memperbandingkan orang benar dan fasik ia tidak menyebutkan orang benar sukses
ssementara orang fasik gagal. Ini berarti yang diperbandingkan oleh pemazmur
bukanlah kesuksesan.
Lalu apa yang
diperbandingkan kalo demikian? Apa yang menyebabkan pohon ini berbuah,
bertumpuh dan daunnya tidak layu? Karena dekatnya dengan sumber mata air atau
sungai. Jadi, menurut saya yang diperbandingkan bukan pohon dan orang benar
tetapi KEDEKATAN DENGAN SUMBER. Ada
kesejajaran dimana pohon harus dekat dengan sumber airnya supaya bisa bertahan
hidup demikian juga orang harus dekat dengan firman Tuhan sebagai sumber
kehidupannya.
Kalo demikian bagaimana
kita mengartikan Perkataan apa saja yang
diperbuatnya berhasil. Menurut saya, perkataan ini tidak termasuk dalam
perbandingan antara pohon dan orang benar tetapi perkataan ini adalah janji
dari orang yang hidupnya jauh dari pengaruh orang fasik dan mencintai Tuhan.
Orang ini akan dibuat Tuhan berhasil. Sukses dalam Tuhan dan dalam dunia ini.
Ini berarti berkat Tuhan
atas orang benar, berkat Tuhan atas orang-orang yang bertahan dalam mengikut
Tuhan akan dirasakan didunia ini juga, bukan didunia kelak setelah kiamat.
Bukan demikian. Kalo kita meneliti PL kita memang akan menemukan bahwa berkat
Tuhan ini sebenarnya bukan terdapat didunia yang akan dating tetapi didunia ini
sekarang yang dilanjutkan di dunia yang akan datang.
Jadi kunci dari
keberhasilan didalam Tuhan dan didunia ini ada pada pilihan kita untuk tetap
bertahan hidup dalam Tuhan. Kunci untuk bisa bertahan dalam Tuhan adalah 1)
jangan biarkan diri kita dipengaruhi nasehat, gaya hidup dan lingkungan dari
dunia ini 2) cintailah firman, pelajarilah dan hiduplah sesuai dengan yang
tertulis didalamnya. Janji Tuhan…kita akan berbahagia, diberkati Tuhan.
Kebalikannya dari orang
benar orang fasik dibandingkan dengan sekam yang ditiup angin. Apakah yang
diperbandingkan disini, apanya yang sejajar antara orang fasik dan sekam?
‘ketidak bertahanan’ nya yang diperbandingkan. Sekam ketika ditiup angin akan
terbang karena tidak bertahan. Ini juga sejajar dengan orang fasik yang tidak
akan bertahan dalam penghakiman.
Perkataan dalam ay. 5b begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan
orang benar. Dalam bagian ini pemazmur memundurkan pikirannya, bila
sebelumnya ia berkata orang fasik nanti tidak akan bertahan dalam penghakiman
tetapi sekarangpun sewaktu mereka berada atau masuk dalam perkumpulan orang
benar, mereka tidak akan bertahan, mereka akan hilang. Kenapa karena orang
fasik tidak dekat dengan sumber kebenaran sehingga sewaktu orang-orang benar
hidup dalam kebenaran, ia terkena seleksi
alam. Ia tidak bisa mengikuti kehidupan orang benar sebab ia seperti sekam,
yang tidak punya daya tahan sama sekali.
Ini berarti siapa orang
benar siapa orang fasik nanti akan kelihatan. Tidak usah menunggu akhir zaman
tetapi dimasa sekarangpun akan terlihat. Orang benar akan bertahan dalam
menjalani kehidupan yang benar dan orang fasik walopun mereka mencoba bertahan
berada dalam kumpulan orang benar tetapi mereka akan segera meninggalkan
kehidupan yang benar, mengapa karena mereka sekam, tidak punya daya Tahan.
Mazmur ini ditutup dengan
perkataan sebab Tuhan mengetahui jalan
orang benar tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. Perkataan Tuhan
mengetahui berarti Tuhan mengawasi jalan orang benar. Tuhan tahu jalan orang
benar penuh liku dan banyak tantangannya. Tuhan Yesus melukiskan jalan ini
sebagai jalan yang sempit dan sedikit orang yang mengikutinya.
Dalam kisah musafir… John
Bunyan menggambarkan perjalannya dalam mengikut Tuhan begitu berat, ada banyak
ejekan, ada banyak tantangan, ada banyak godaan, ada banyak pencobaan. Memang
benar ngikut jalan Tuhan, hidup dalam jalan Tuhan tidak mudah sama sekali.
Tetapi ada kabar baik
buat kita, walopun tidak mudah jalan kita, walopun jalan hidup kita jadi
tertawaan orang dunia tetapi Tuhan mengawasi jalan hidup kita, Tuhan
peliharakan hidup kita. Tuhan hanya minta 2 hal dalam hidup kita supaya kita
bisa bertahan dalam mengikut jalan Tuhan 1) jangan hidup dipengaruhi dunia 2)
hiduplah dekat dengan firman Tuhan. Jadikanlah Firman sebagai kesenangan hidup
kita dan renungkanlah itu kapan saja dimana saja, maka kita akan menjadi orang
yang kuat…tahan ikut Tuhan.
Sementara itu buat orang
yang masih hidup dijalan orang fasik…ada kabar buruk dan peringatan buat kita.
Ujung hidup kita adalah kebinasaan. Tuhan Yesus menggambarkan jalan ini sebagai
jalan yang lebar dan banyak orang ikut jalan ini. Mari buat orang-orang yang
masih hidup dalam jalan ini, kita pindah jalan, bagaimana caranya? Dengan
percaya Yesus. Dijalan mana saudara saat ini sedang berjalan? Buat kita yang
sudah berjalan dalam jalan yang benar mari belajar terus berjalan dengan
menggunakan cara jalan yang benar, bukan cara jalan dari jalan yang lama. Tuhan
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar