Senin, 21 Juli 2014

Jalan Hidup Orang Benar

MAZMUR 1:1-6
1Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, 2tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.3Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.  4 Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.5Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; 6sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Kita hidup dalam dunia yang sulit dijalani dengan benar. Menjadi orang benar dalam dunia ini sungguh sulit dan dapat sangat merugikan kita. Sebaliknya, menjalani hidup yang “tidak terlalu benar,” sering kali dipandang sebagai cara hidup yang terbaik dalam dunia ini. Itulah sebabnya kita sering mendengar perkataan “jadi orang itu jangan terlalu jujur,” atau perkataan “hidup ini jangan jahat, namun jangan juga terlalu baik.”
Pertanyaannya adalah benarkah menjalani hidup yang benar itu tidak ada manfaatnya? Benarkah menjalani hidup yang “tidak terlalu benar” itu lebih baik dari menjalani hidup yang benar?
Berbeda dengan cara pandang dunia di mana menjalani hidup yang “tidak terlalu benar” itu dianggap pola hidup yang terbaik, penulis Mazmur 1 melihat kehidupan yang dijalani dengan benar adalah kehidupan yang terbaik, kehidupan yang disebutnya sebagai kehidupan yang berbahagia.
Dalam Maz. 1 ada 2 tokoh atau dua tipe orang yang dibicarakan, kedua tokoh ini adalah orang benar dan orang fasik. Orang benar dalam ay. 1 dikatakan sebagai orang yang berbahagia. Istilah berbahagia dalam ay. 1 ini memiliki arti lain ‘diberkati.’ Jadi, orang  yang akan diberkati Tuhan hanyalah orang benar.
Ini adalah hukum berkat. Jika kita ingin hidup diberkati Tuhan maka kita harus jadi orang benar. Peter C. Craigie dalam tafsiran Mazmur (WBC) mengatakan berkat dalam kehidupan orang benar tidak datang secara “ujug-ujug” atau tanpa sebab, namun berkat tersebut berasal dari pilihan kita, untuk mau menjalani hidup dengan benar.
Sekarang pertanyaannya adalah hidup yang benar itu seperti apa? Dalam Maz. 1, kehidupan yang benar dijelaskan dalam dua pendekatan. Dalam pendekatan negatif, hidup yang benar adalah hidup yang menghindari pengaruh dari orang-orang fasik. Istilah yang digunakan Alkitab adalah tidak berjalan menurut nesehat orang fasik, tidak berdiri dijalan orang berdosa dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Ini berarti kebahagiaan atau berkat itu akan kita dapatkan apabila kita memilih menghindari nasehat yang salah, menjauhi gaya hidup orang berdosa dan meninggalkan persekutuan dengan orang-orang fasik.
Nasehat, gaya hidup dan persekutuan dapat diartikan dengan ‘lingkungan’ atau ‘kelompok.’ Nasehat, gaya hidup dan persekutuan adalah ciri dari sebuah kelompok. Ini berarti Tuhan tidak akan memberkati kita apabila kita berkelompok atau tinggal dalam lingkungan orang-orang fasik. Tentu saja hal ini tidak diartikan secara harafiah, kita harus cari komplek Kristen yang tetangga kanan kirinya adalah orang Kristen.
Persoalannya adalah apabila seseorang sudah berkelompok dan ikut dalam lingkungan orang fasik, ini berarti ia sudah ikut-ikutan orang fasik. Ini berarti Tuhan tidak akan memberkati orang yang hidupnya ikut-ikutan orang fasik.
Orang Fasik memberikan nesehat…mencuri dikit-dikit tidak apa-apa ngga ada yang tahu kok… orang fasik berkata berbohong sekali-sekali tidak apa-apa kok itu lumrah namanya juga dagang… dunia ini adalah dunia yang penuh dengan pendapat dan nasehat, ada nasehat yang benar ada juga yang salah. Orang fasik punya gaya hidup menghalalkan segala macam cara yang penting tujuan tercapai, apakah kita akan ikut-ikutan mereka? Biar sukses orang dunia pakai gaya katak, sikut kiri, sikut kanan, tendang belakang dan jilat atas.
Bagaimana dengan hidup kita, apakah kita hidup teguh didalam Tuhan. Hidup mengandalkan ‘pimpinan’ Tuhan atau hidup dipengaruhi dunia.
Secara positif: berkat orang benar datang dari hasil kecintaan dan perenungan taurat Tuhan siang dan malam. Taurat disini kemungkinan besar mengacu kepada perintah Tuhan. Bukan kelima kitab musa atau hukum tetapi mengacu kepada substansi dari firman yakni ‘perintah Tuhan’ yang menjadi pedoman hidup bagi umat.
Jadi yang disebut berbahagia adalah orang yang kesenangannya adalah Firman, yang kesukaannya adalah Firman dan hobinya adalah Firman. Orang yang seperti inilah yang akan diberkati, yang akan berbahagia.
Apa yang menjadi kesukaan kita? Bekerja mungkin… maen bulu tangkis mungkin… mincing mungkin… cari uang… percayalah tidak ada yang lebih membahagiakan selain mendapatkan dan mengerti kehendak Tuhan. Inilah yang akan membuat hidup kita diberkati. Percayakah saudara dengan janji ini? Kalo percaya…jangan cari duit teruz…jangan belajar teruz…cari Tuhan.
Yang mencintai firman disini adalah mereka yang merenungkannya siang dan malam. Apakah arti merenungkan disini? Apakah sekedar baca? Tidak tetapi yang memikirkannya, yang menghafalkannya, membuat firman itu meresap dalam batin dan pikiran kita. Itulah artinya merenungkan firman. Istilah merenungkan firman dalam aslinya memiliki terjemahan literal ‘ngagenyem.’ Untuk memahami istilah ini perhatikan orang islam yang selalu putar tasbeh sambil membaca doa. Ini sebenarnya metoda orang yahudi didalam menjadikan firman itu bagian penting dalam hidupnya, sehingga dimana saja dan kapan saja mereka akan terus memikirkan perintah-perintah Tuhan.
Kalau firman Tuhan begitu sering kita baca, dengarkan, hafalkan mungkinkah kita akan lalai dalam hidup ini, ngga sengaja bikin dosa? Ngga mungkin hidup kita akan dikuasai oleh firman, sehingga hidup kita pasti mengerjakan perkara yang berkenan dimata Tuhan. Dan Tuhan akan memberkati kita.
Kebahagian orang benar digambarkan seperti pohon yang berbuah, yang tidak pernah layu daunnya dan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Istilah seperti berarti sebanding atau sejajar. Jadi orang benar punya kesejajaran dengan pohon yang berbuah dan tidak pernah layu daunnya. Pertanyaannya apa yang diperbandingkan, apa yang disejajarkan antara orang benar dan pohon yang berbuah?
Banyak orang menganggap yang diperbandingkan adalah keberhasilan. Mereka mendasarkan argumetasinya bersadarkan ayat 3b apa saja yang diperbuatnya berhasil. Menurut saya bukan hal itu yang diperbandingkan sebab 1) sulit sekali mencari kesejajaran antara keberhasilan seorang yang mencintai firman dengan pohon yang berbuah dan tidak layu daunnya. Masa gara-gara pohon bisa berbuah dan ngga pernah layu daunnya kita sebut itu pohon yang sukses? 2) perbandingan yang dibuat pemazmur bukan hanya antara orang benar dan pohon tetapi juga antara orang benar dan orang fasik, ketika pemazmur memperbandingkan orang benar dan fasik ia tidak menyebutkan orang benar sukses ssementara orang fasik gagal. Ini berarti yang diperbandingkan oleh pemazmur bukanlah kesuksesan.
Lalu apa yang diperbandingkan kalo demikian? Apa yang menyebabkan pohon ini berbuah, bertumpuh dan daunnya tidak layu? Karena dekatnya dengan sumber mata air atau sungai. Jadi, menurut saya yang diperbandingkan bukan pohon dan orang benar tetapi KEDEKATAN DENGAN SUMBER. Ada kesejajaran dimana pohon harus dekat dengan sumber airnya supaya bisa bertahan hidup demikian juga orang harus dekat dengan firman Tuhan sebagai sumber kehidupannya.
Kalo demikian bagaimana kita mengartikan Perkataan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Menurut saya, perkataan ini tidak termasuk dalam perbandingan antara pohon dan orang benar tetapi perkataan ini adalah janji dari orang yang hidupnya jauh dari pengaruh orang fasik dan mencintai Tuhan. Orang ini akan dibuat Tuhan berhasil. Sukses dalam Tuhan dan dalam dunia ini.
Ini berarti berkat Tuhan atas orang benar, berkat Tuhan atas orang-orang yang bertahan dalam mengikut Tuhan akan dirasakan didunia ini juga, bukan didunia kelak setelah kiamat. Bukan demikian. Kalo kita meneliti PL kita memang akan menemukan bahwa berkat Tuhan ini sebenarnya bukan terdapat didunia yang akan dating tetapi didunia ini sekarang yang dilanjutkan di dunia yang akan datang.
Jadi kunci dari keberhasilan didalam Tuhan dan didunia ini ada pada pilihan kita untuk tetap bertahan hidup dalam Tuhan. Kunci untuk bisa bertahan dalam Tuhan adalah 1) jangan biarkan diri kita dipengaruhi nasehat, gaya hidup dan lingkungan dari dunia ini 2) cintailah firman, pelajarilah dan hiduplah sesuai dengan yang tertulis didalamnya. Janji Tuhan…kita akan berbahagia, diberkati Tuhan.
Kebalikannya dari orang benar orang fasik dibandingkan dengan sekam yang ditiup angin. Apakah yang diperbandingkan disini, apanya yang sejajar antara orang fasik dan sekam? ‘ketidak bertahanan’ nya yang diperbandingkan. Sekam ketika ditiup angin akan terbang karena tidak bertahan. Ini juga sejajar dengan orang fasik yang tidak akan bertahan dalam penghakiman.
Perkataan dalam ay. 5b begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar. Dalam bagian ini pemazmur memundurkan pikirannya, bila sebelumnya ia berkata orang fasik nanti tidak akan bertahan dalam penghakiman tetapi sekarangpun sewaktu mereka berada atau masuk dalam perkumpulan orang benar, mereka tidak akan bertahan, mereka akan hilang. Kenapa karena orang fasik tidak dekat dengan sumber kebenaran sehingga sewaktu orang-orang benar hidup dalam kebenaran, ia terkena seleksi alam. Ia tidak bisa mengikuti kehidupan orang benar sebab ia seperti sekam, yang tidak punya daya tahan sama sekali.
Ini berarti siapa orang benar siapa orang fasik nanti akan kelihatan. Tidak usah menunggu akhir zaman tetapi dimasa sekarangpun akan terlihat. Orang benar akan bertahan dalam menjalani kehidupan yang benar dan orang fasik walopun mereka mencoba bertahan berada dalam kumpulan orang benar tetapi mereka akan segera meninggalkan kehidupan yang benar, mengapa karena mereka sekam, tidak punya daya Tahan.
Mazmur ini ditutup dengan perkataan sebab Tuhan mengetahui jalan orang benar tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. Perkataan Tuhan mengetahui berarti Tuhan mengawasi jalan orang benar. Tuhan tahu jalan orang benar penuh liku dan banyak tantangannya. Tuhan Yesus melukiskan jalan ini sebagai jalan yang sempit dan sedikit orang yang mengikutinya.
Dalam kisah musafir… John Bunyan menggambarkan perjalannya dalam mengikut Tuhan begitu berat, ada banyak ejekan, ada banyak tantangan, ada banyak godaan, ada banyak pencobaan. Memang benar ngikut jalan Tuhan, hidup dalam jalan Tuhan tidak mudah sama sekali.
Tetapi ada kabar baik buat kita, walopun tidak mudah jalan kita, walopun jalan hidup kita jadi tertawaan orang dunia tetapi Tuhan mengawasi jalan hidup kita, Tuhan peliharakan hidup kita. Tuhan hanya minta 2 hal dalam hidup kita supaya kita bisa bertahan dalam mengikut jalan Tuhan 1) jangan hidup dipengaruhi dunia 2) hiduplah dekat dengan firman Tuhan. Jadikanlah Firman sebagai kesenangan hidup kita dan renungkanlah itu kapan saja dimana saja, maka kita akan menjadi orang yang kuat…tahan ikut Tuhan.
Sementara itu buat orang yang masih hidup dijalan orang fasik…ada kabar buruk dan peringatan buat kita. Ujung hidup kita adalah kebinasaan. Tuhan Yesus menggambarkan jalan ini sebagai jalan yang lebar dan banyak orang ikut jalan ini. Mari buat orang-orang yang masih hidup dalam jalan ini, kita pindah jalan, bagaimana caranya? Dengan percaya Yesus. Dijalan mana saudara saat ini sedang berjalan? Buat kita yang sudah berjalan dalam jalan yang benar mari belajar terus berjalan dengan menggunakan cara jalan yang benar, bukan cara jalan dari jalan yang lama. Tuhan memberkati.


Tidak ada komentar: