Senin, 14 Juli 2014

Ibadah Yang Sejati (Bagian II)

            Saudara-saudari sekalian, menurut kalian ibadah yang menarik itu yang seperti apa? Mungkin ada yang menjawab ibadah yang menarik itu adalah ibadah yang lagu-lagunya lagi trend bukan lagu-lagu jadul. Mungkin ada lagi yang menjawab ibadah yang menarik itu adalah ibadah yang disertai dengan berbagai alat musik modern, bukan hanya piano atau keyboard saja, tetapi ada juga gitarnya, ada juga bassnya, ada drumnya bahkan kalau bisa ditambahkan dengan terompet, saxospone. Atau mungkin ada juga yang berkata ibadah yang menarik itu mesti ada penarinya, mesti ngundang artis, Mike Idol, Ruth Sahanaya, atau kalau perlu undang juga Mike Tyson.
Sekarang pertanyaannya adalah apakah ibadah yang menarik menurut kita atau menurut manusia itu pasti dan selalu akan menjadi ibadah yang benar dihadapan Tuhan? Apakah kalau dalam ibadah kita ada berbagai alat musik yang lengkap, ada artis yang kita undang, ada lagu-lagu baru, ada penari latar, ada pemain tamborin, maka ibadah itu otomatis menjadi ibadah yang benar? Tentu tidak demikian bukan.
Mungkin kita sekarang bertanyam jika demikian Ibadah yang benar itu seperti apakah seh? Sebelum kita dapat mengerti mengenai ciri-ciri dari ibadah yang benar, kita harus mengerti terlebih dahulu ibadah itu apa. Apakah pengertian dari ibadah itu?
Dalam perjanjian lama, istilah yang digunakan untuk membicarakan ibadah adalah abodah yang berarti bersujud. Sedangkan dalam PB istilah ibadah biasanya menggunakan beberapa istilah terkadang digunakan istilah “latreia,” dan “letourgia” yang berarti melayani, kadang menggunakan istilah “eusebia” yang berarti kesalehan hidup, kadang juga menggunakan istilah “sunagoge” yang berarti tempat berkumpul.”
Dari berbagai istilah yang Alkitab gunakan untuk ibadah, kita melihat bahwa ibadah pada dasarnya adalah sebuah bentuk dedikasi manusia kepada Tuhan yang diwujudkan baik dalam bentuk penyembahan kepada Tuhan dalam sebuah kebaktian maupun pelayanan kepada sesama manusia. Jadi, ibadah itu merupakan sebuah dedikasi seseorang kepada Tuhan.
Jadi walaupun dalam sebuah ibadah nampak begitu menarik, begitu wah, dan begitu hebat. Namun dalam ibadah tersebut, sebenarnya bukan Tuhan yang ditinggikan. Dalam ibadah tersebut manusia tidak menundukan dirinya serta hidupnya dihadapan Tuhan, namun sedang meninggikan dirinya, maka semenarik apapun acara tersebut, hal itu bukanlah ibadah.
Disinilah baik pelayanan-pelayanan Tuhan maupun jemaat yang ikut serta dalam ibadah harus mawas diri. Para pelayanan Tuhan jangan sampai saat ia melayani dan beribadah, ia jatuh dalam keinginan untuk “show off.” Saat seseorang “show off” dalam ibadah, maka pelayanannya bukan lagi merupakan sebuah dedikasi pada Tuhan, namun sebagai pengangungan diri. Demikian juga dengan jemaat dalam sebuah ibadah. Kita pun harus menyadari bahwa dalam sebuah ibadah kita ini bukan penonton. Kita ini dipandu oleh pemimpin ibadah untuk dapat mendedikasikan hidup kita kepada Tuhan bersama-sama dengan sang pemimpin pujian. Jadi, sekali lagi ibadah itu adalah bentuk dedikasi kita kepada Tuhan.
Lalu mengapa kita harus beribadah? Mengapa orang percaya harus beribadah? Jawabannya adalah sebab ibadah adalah hakekat dari keselamatan yang Tuhan kerjakan bagi kita. Mari kita membaca Ibrani 10:19. “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.”
Dalam PL Tuhan itu tidak dapat ditemui oleh sembarang orang. Hanya para imam yang telah dikhususkan dan dikuduskan dapat masuk menghadap Tuhan satu tahun satu kali di dalam bait Allah, dalam sebuah ruang yang disebut tempat maha kudus. Mengapa dalam Perjanjian Lama hubungan manusia digambarkan seperti itu? Alasannya adalah sebab manusia adalah mahluk yang berdosa. Keberdosaan manusia membuat diri mereka tidak berkenan dihadapan Allah. Bahkan jika manusia yang berdosa mencoba menghadap Allah, maka orang tersebut pasti akan binasa.
Itulah sebabnya saat Musa bertemu dengan Allah, Tuhan berkata kepada Musa “jangan dekat-dekat … sebab tempat dimana kamu berdiri itu adalah tanah yang kudus.” Demikian juga dengan nabi Yesaya saat ia berhadapan dengan kemuliaan Tuhan, Yesaya berkata “ celakalah aku… sebab aku seorang yang najis bibir.” Pengalaman berbagai tokoh dalam PL yang berhadapan dengan kemuliaan Tuhan kemudian mereka menjadi takut atau diminta untuk menjauh, disebabkan karena dosa dapat membawa kebinasaan bagi manusia yang berhadapan dengan Allah.
Meskipun demikian, dalam Alkitab kita melihat bahwa Tuhan itu ternyata ingin manusia yang berdosa ini dapat kembali bertemu dengan Allah. Bukan hanya bertemu, namun bersekutu dengan diri-Nya, kembali membina sebuah hubungan yang indah, yang telah rusak saat manusia berdosa. Kerinduan Allah itulah yang membawa Kristus datang ke dalam dunia ini. Memberikan nyawanya, darahnya dan hidupny bagi kita, supaya manusia yang berdosa dapat kembali bertemu dan bergaul dengan Allah.
Buah dari karya Kristus itulah, yang membuat kita dapat bertemu dan bergaul dengan Allah tanpa takut akan dibinasakan yang kita sebuah dengan ibadah. Dengan demikian kita melihat bahwa ibadah merupakan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Ibadah merupakan tujuan Allah dalam menyelamatkan manusia.
Jadi jika ada seorang Kristen yang tidak menghargai ibadah, itu sama saja ia tidak menghargai karya Tuhan Yesus. Jika ada orang Kristen yang beribadah dengan asal-asalan, sama saja ia tidak menghormati penderitaan Kristus bagi kita.
Lalu apakah ciri dari ibadah yang benar itu? Ada beberapa ciri yang harus kita perhatikan.
1. Dalam ibadah yang benar, ada intimesi dalamnya. Dalam gereja mula-mula, ibadah dan persekutuan itu merupakan satu kesatuan. Walaupun orang-orang percaya itu berasal dari berbagai suku bahkan bangsa yang berbeda, namun dalam diri mereka ada keintiman yang luar biasa.
Keintiman yang saya bicarakan bukan dalam kaitannya dengan keintiman seksual, namun keintiman dalam kaitannya dengan keeratan hubungan satu jemaat dengan jemaat lainnya. Apakah buktinya bahwa dalam gereja mula-mula ada keintiman yang sangat kuat antara jemaat?
Salah satu buktinya adalah jemaat Tuhan rela berbagai harta milik dengan jemaat lain yang membutuhkan. Mari kita membaca Kisah 2: 44-45.

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,  45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.

Selain itu, jika kita membaca Roma 16:16 disana Paulus berkata “Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus … .” Istilah cium kudus digunakan untuk menggambarkan sebuah kebiasaan dari orang-orang Yahudi, dimana saat mereka bertemu atau berpisah dengan keluarga mereka, biasanya mereka mencium pipi mereka. Unikanya adalah Rasul Paulus meminta supaya jemaat Kristen melakukan cium kudus bukan hanya dengan keluarga mereka sendiri, namun kepada sesama jemaat yang lain, yang bukan atau tidak memiliki hubungan darah. Hal ini memperlihatkan adanya keintiman hubungan dalam ibadah gereja mula-mula.
Jadi, dalam ibadah yang benar ada keintiman antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama. Saat kita beribadah kepada Tuhan, kita harus merasa dekat dengan Dia, namun kedekatan kita dengan Tuhan haruslah membuat kita juga bisa dekat dengan sesama orang percaya dalam gereja Tuhan.
Bagaimana dengan ibadah yang kalian selenggarakan. Apakah dalam ibadah remaja GKIm Hosanna ada keintiman hubungan antara kalian dengan Tuhan dan dengan sesama jemaat Tuhan? Atau jangan-jangan, walaupun kita sama-sama beribadah kepada Tuhan, namun saling kenal pun kita tidak dengan sesama saudara seiman kita disini? Jika hal tersebut yang terjadi, kita barangkali harus merubah sikap kita dalam beribadah.

2. Ciri kedua adalah ibadah yang benar adalah ada Partisipasi setiap orang percaya dalamnya. Dalam sebuah ibadah Kristen semua orang percaya terlibat. Ada orang percaya yang terlibat sebagai pemimpin pujian, ada yang terlibat sebagai pembaca Firman Tuhan, ada yang terlibat dalam doa, ada yang terlibat dalam menyambut jemaat dst. Termasuk jemaat yang ikut serta dalam ibadah pun sebenarnya terlibat dalam bentuk ikut menyanyikan puji-pujian, ikut mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita melalui kotbah, dst.
Yang unik adalah Rasul Paulus mengajarkan bahwa dalam ibadah yang boleh terlibat itu bukan hanya orang-orang yang memiliki kelebihan-kelebihan, namun setiap orang yang telah percaya kepada Kristus boleh dan harus mau terlibat dalam ibadah Kristen.
Pada abad pertama masehi ada beberapa kelompok orang yang sepertinya dilarang ambil bagian dalam ibadah. Kelompok pertama adalah para wanita. Dalam budaya Yahudi, seorang wanita dilarang untuk terlibat dalam pelayanan. Wanita itu diharuskan berdiam diri saat ibadah. Namun, jika kita membaca 1 Korintus 11:2-16, disana kita menemukan bahwa Rasul Paulus mengijinkan seorang perempuan bukan saja untuk berdoa didepan umum, namun Paulus mengijinkan perempuan untuk bernubuat dan berkotbah. Kelompok kedua yang sering tidak diijinkan untuk ambil bagian dalam pelayanan adalah para budak. Namun, Paulus ternyata memberikan kesempatan kepada budak-budak Kristen untuk terlibat dalam pelayanan contohnya adalah Onesimus. Dalam sejarah gereja bahkan diceritakan bahwa onesimus, seorang budak yang percaya Yesus ini kemudian hari menjadi seorang uskup di kota Efesus, sebuah kota yang menjadi pusat dari kekristenan.
Jadi, dalam sebuah ibadah yang benar semua orang harus mau terlibat dalamnya. Tidak boleh ada seorang pun yang dalam ibadah hanya mau jadi penonton, yang tidak mau terlibat dalamnya.
3. Ciri yang ketiga adalah dalam ibadah yang benar setidaknya ada 3 aspek esensial yang tidak boleh hilang apakah itu? 1) pemberitaan Firman Tuhan; 2) doa; 3) Perjamuan Kudus. Mari kita membaca Kisah rasul 2: 42: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”
Jadi dalam sebuah ibadah Firman Tuhan menempati posisi sentral atau utama. Mengapa demikian? Sebab Tuhan itu bekerja mengubahkan manusia melalui Firman Tuhan. Jika dalam sebuah ibadah Firman Tuhan mulai disingkirkan, dianggap tidak penting, maka ibadah tersebut akan kehilangan kuasanya dalam mengubahan manusia. Itulah sebabnya juga kalian sebagai jemaat Tuhan, saat mendengarkan Firman Tuhan, harus mendengarkannya dengan baik dan penuh konsentrasi sebab melalui Firman Tuhanlah Tuhan akan membentuk kehidupan kita.
Aspek kedua yang sangat penting dalam ibadah adalah doa. Mengapa doa ini penting dalam sebuah ibadah? Sebab doa merupakan ekspresi kita pada Tuhan. Dalam doalah kita menyampaikan isi hati kita pada Tuhan. Selain itu dalam doa pula terkadang kita mengerti kehendak Tuhan. Tuhan bisa erbicara melalui Firmannya psaat kita sedang berdoa.
Aspek ketiga yang juga penting dalam ibadah adalah Perjamuan Kudus. Mengapa hal ini penting? sebab perjamuan kudus akan mengingatkan kita selalu mengenai cinta kasih Tuhan dalam hidup kita. Perjamuan kudus akan menolong kita untuk mengerti bahwa kita ini adalah orang berdoa yang diselamatkan Tuhan dalam kematian Yesus.
Itulah sebabnya setiap orang Kristen yang telah dibaptisakan atau sidi, mereka wajib untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Mengapa demikian? Sebab melaluinya Tuhan juga akan bekerja menumbuhkan iman dan kerohanian kita.
Jadi, ibadah yang benar merupakan bentuk dari dedikasi kita pada Tuhan. Ibadah yang kita jalani adalah buah dari karya keselamatan Tuhan dalam hidup kita. Dalam ibadah yang benar setiap orang percaya hendaknya membangun hubungan yang erat dan intim baik dengan TUhan dan sesama, dan setiap orang percaya hendaknya berpartisipasi dalam ibadah yang kita jalani. Dalam ibadah yang benar, Firman TUhan. Doa dan Perjamuan kudus adalah aspek utama atau esensial yang sampai kapanpun tidak boleh hilang dalam ibadah kita. Tuhan memberkati saudara.


Tidak ada komentar: