Saudara-saudari sekalian, menurut kalian ibadah yang menarik itu
yang seperti apa? Mungkin ada yang menjawab ibadah yang menarik itu adalah
ibadah yang lagu-lagunya lagi trend bukan lagu-lagu jadul. Mungkin ada lagi
yang menjawab ibadah yang menarik itu adalah ibadah yang disertai dengan
berbagai alat musik modern, bukan hanya piano atau keyboard saja, tetapi ada
juga gitarnya, ada juga bassnya, ada drumnya bahkan kalau bisa ditambahkan
dengan terompet, saxospone. Atau mungkin ada juga yang berkata ibadah yang
menarik itu mesti ada penarinya, mesti ngundang artis, Mike Idol, Ruth
Sahanaya, atau kalau perlu undang juga Mike Tyson.
Sekarang pertanyaannya adalah apakah ibadah yang menarik menurut
kita atau menurut manusia itu pasti dan selalu akan menjadi ibadah yang benar
dihadapan Tuhan? Apakah kalau dalam ibadah kita ada berbagai alat musik yang
lengkap, ada artis yang kita undang, ada lagu-lagu baru, ada penari latar, ada
pemain tamborin, maka ibadah itu otomatis menjadi ibadah yang benar? Tentu
tidak demikian bukan.
Mungkin kita sekarang bertanyam jika demikian Ibadah yang benar itu
seperti apakah seh? Sebelum kita dapat mengerti mengenai ciri-ciri dari ibadah
yang benar, kita harus mengerti terlebih dahulu ibadah itu apa. Apakah
pengertian dari ibadah itu?
Dalam perjanjian lama, istilah yang digunakan untuk membicarakan
ibadah adalah abodah yang berarti bersujud. Sedangkan dalam PB istilah ibadah
biasanya menggunakan beberapa istilah terkadang digunakan istilah “latreia,”
dan “letourgia” yang berarti melayani, kadang menggunakan istilah “eusebia”
yang berarti kesalehan hidup, kadang juga menggunakan istilah “sunagoge” yang
berarti tempat berkumpul.”
Dari berbagai istilah yang Alkitab gunakan untuk ibadah, kita
melihat bahwa ibadah pada dasarnya adalah sebuah bentuk dedikasi manusia kepada
Tuhan yang diwujudkan baik dalam bentuk penyembahan kepada Tuhan dalam sebuah
kebaktian maupun pelayanan kepada sesama manusia. Jadi, ibadah itu merupakan
sebuah dedikasi seseorang kepada Tuhan.
Jadi walaupun dalam sebuah ibadah nampak begitu menarik, begitu wah,
dan begitu hebat. Namun dalam ibadah tersebut, sebenarnya bukan Tuhan yang
ditinggikan. Dalam ibadah tersebut manusia tidak menundukan dirinya serta
hidupnya dihadapan Tuhan, namun sedang meninggikan dirinya, maka semenarik
apapun acara tersebut, hal itu bukanlah ibadah.
Disinilah baik pelayanan-pelayanan Tuhan maupun jemaat yang ikut
serta dalam ibadah harus mawas diri. Para
pelayanan Tuhan jangan sampai saat ia melayani dan beribadah,
ia jatuh dalam keinginan untuk “show off.” Saat seseorang “show off” dalam
ibadah, maka pelayanannya bukan lagi merupakan sebuah dedikasi pada Tuhan,
namun sebagai pengangungan diri. Demikian juga dengan jemaat dalam sebuah
ibadah. Kita pun harus menyadari bahwa dalam sebuah ibadah kita ini bukan
penonton. Kita ini dipandu oleh pemimpin ibadah untuk dapat mendedikasikan
hidup kita kepada Tuhan bersama-sama dengan sang pemimpin pujian. Jadi, sekali
lagi ibadah itu adalah bentuk dedikasi kita kepada Tuhan.
Lalu mengapa kita harus beribadah? Mengapa
orang percaya harus beribadah? Jawabannya adalah sebab ibadah adalah hakekat
dari keselamatan yang Tuhan kerjakan bagi kita. Mari kita membaca Ibrani 10:19.
“Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus.”
Dalam PL Tuhan itu tidak
dapat ditemui oleh sembarang orang. Hanya para imam yang telah dikhususkan dan
dikuduskan dapat masuk menghadap Tuhan satu tahun satu kali di dalam bait
Allah, dalam sebuah ruang yang disebut tempat maha kudus. Mengapa dalam
Perjanjian Lama hubungan manusia digambarkan seperti itu? Alasannya adalah
sebab manusia adalah mahluk yang berdosa. Keberdosaan manusia membuat diri
mereka tidak berkenan dihadapan Allah. Bahkan jika manusia yang berdosa mencoba
menghadap Allah, maka orang tersebut pasti akan binasa.
Itulah sebabnya saat Musa
bertemu dengan Allah, Tuhan berkata kepada Musa “jangan dekat-dekat … sebab
tempat dimana kamu berdiri itu adalah tanah yang kudus.” Demikian juga dengan
nabi Yesaya saat ia berhadapan dengan kemuliaan Tuhan, Yesaya berkata “
celakalah aku… sebab aku seorang yang najis bibir.” Pengalaman berbagai tokoh
dalam PL yang berhadapan dengan kemuliaan Tuhan kemudian mereka menjadi takut
atau diminta untuk menjauh, disebabkan karena dosa dapat membawa kebinasaan
bagi manusia yang berhadapan dengan Allah.
Meskipun demikian, dalam
Alkitab kita melihat bahwa Tuhan itu ternyata ingin manusia yang berdosa ini
dapat kembali bertemu dengan Allah. Bukan hanya bertemu, namun bersekutu dengan
diri-Nya, kembali membina sebuah hubungan yang indah, yang telah rusak saat
manusia berdosa. Kerinduan Allah itulah yang membawa Kristus datang ke dalam
dunia ini. Memberikan nyawanya, darahnya dan hidupny bagi kita, supaya manusia
yang berdosa dapat kembali bertemu dan bergaul dengan Allah.
Buah dari karya Kristus
itulah, yang membuat kita dapat bertemu dan bergaul dengan Allah tanpa takut
akan dibinasakan yang kita sebuah dengan ibadah. Dengan demikian kita melihat bahwa
ibadah merupakan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Ibadah merupakan tujuan
Allah dalam menyelamatkan manusia.
Jadi jika ada seorang
Kristen yang tidak menghargai ibadah, itu sama saja ia tidak menghargai karya
Tuhan Yesus. Jika ada orang Kristen yang beribadah dengan asal-asalan, sama
saja ia tidak menghormati penderitaan Kristus bagi kita.
Lalu apakah ciri dari ibadah yang benar itu? Ada beberapa ciri yang
harus kita perhatikan.
1. Dalam ibadah yang benar, ada intimesi
dalamnya. Dalam gereja mula-mula, ibadah dan persekutuan itu merupakan satu
kesatuan. Walaupun orang-orang percaya itu berasal dari berbagai suku bahkan
bangsa yang berbeda, namun dalam diri mereka ada keintiman yang luar biasa.
Keintiman yang saya bicarakan bukan dalam
kaitannya dengan keintiman seksual, namun keintiman dalam kaitannya dengan
keeratan hubungan satu jemaat dengan jemaat lainnya. Apakah buktinya bahwa
dalam gereja mula-mula ada keintiman yang sangat kuat antara jemaat?
Salah satu buktinya adalah jemaat Tuhan rela
berbagai harta milik dengan jemaat lain yang membutuhkan. Mari kita membaca
Kisah 2: 44-45.
Dan semua orang yang telah
menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama, 45 dan selalu ada
dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua
orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Selain itu, jika kita
membaca Roma 16:16 disana Paulus berkata “Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus … .” Istilah cium kudus digunakan
untuk menggambarkan sebuah kebiasaan dari orang-orang Yahudi, dimana saat
mereka bertemu atau berpisah dengan keluarga mereka, biasanya mereka mencium
pipi mereka. Unikanya adalah Rasul Paulus meminta supaya jemaat Kristen
melakukan cium kudus bukan hanya dengan keluarga mereka sendiri, namun kepada
sesama jemaat yang lain, yang bukan atau tidak memiliki hubungan darah. Hal ini
memperlihatkan adanya keintiman hubungan dalam ibadah gereja mula-mula.
Jadi, dalam ibadah yang
benar ada keintiman antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama. Saat
kita beribadah kepada Tuhan, kita harus merasa dekat dengan Dia, namun
kedekatan kita dengan Tuhan haruslah membuat kita juga bisa dekat dengan sesama
orang percaya dalam gereja Tuhan.
Bagaimana dengan ibadah yang
kalian selenggarakan. Apakah dalam ibadah remaja GKIm Hosanna ada keintiman
hubungan antara kalian dengan Tuhan dan dengan sesama jemaat Tuhan? Atau jangan-jangan, walaupun kita
sama-sama beribadah kepada Tuhan, namun saling kenal pun kita tidak dengan
sesama saudara seiman kita disini? Jika hal tersebut yang terjadi, kita
barangkali harus merubah sikap kita dalam beribadah.
2. Ciri kedua adalah ibadah yang benar adalah ada Partisipasi setiap
orang percaya dalamnya. Dalam sebuah ibadah Kristen semua orang percaya
terlibat. Ada
orang percaya yang terlibat sebagai pemimpin pujian, ada yang terlibat sebagai
pembaca Firman Tuhan, ada yang terlibat dalam doa, ada yang terlibat dalam
menyambut jemaat dst. Termasuk jemaat yang ikut serta dalam ibadah pun
sebenarnya terlibat dalam bentuk ikut menyanyikan puji-pujian, ikut mendengarkan
Tuhan berbicara kepada kita melalui kotbah, dst.
Yang unik adalah Rasul Paulus mengajarkan bahwa dalam ibadah yang
boleh terlibat itu bukan hanya orang-orang yang memiliki kelebihan-kelebihan,
namun setiap orang yang telah percaya kepada Kristus boleh dan harus mau
terlibat dalam ibadah Kristen.
Pada abad pertama masehi ada beberapa kelompok orang yang sepertinya
dilarang ambil bagian dalam ibadah. Kelompok pertama adalah para wanita. Dalam
budaya Yahudi, seorang wanita dilarang untuk terlibat dalam pelayanan. Wanita
itu diharuskan berdiam diri saat ibadah. Namun, jika kita membaca 1 Korintus
11:2-16, disana kita menemukan bahwa Rasul Paulus mengijinkan seorang perempuan
bukan saja untuk berdoa didepan umum, namun Paulus mengijinkan perempuan untuk bernubuat
dan berkotbah. Kelompok kedua yang sering tidak diijinkan untuk ambil bagian
dalam pelayanan adalah para budak. Namun, Paulus ternyata memberikan kesempatan
kepada budak-budak Kristen untuk terlibat dalam pelayanan contohnya adalah
Onesimus. Dalam sejarah gereja bahkan diceritakan bahwa onesimus, seorang budak
yang percaya Yesus ini kemudian hari menjadi seorang uskup di kota
Efesus, sebuah kota
yang menjadi pusat dari kekristenan.
Jadi, dalam sebuah ibadah yang benar semua orang harus mau terlibat
dalamnya. Tidak boleh ada seorang pun yang dalam ibadah hanya mau jadi
penonton, yang tidak mau terlibat dalamnya.
3. Ciri yang ketiga adalah dalam ibadah yang benar setidaknya ada 3
aspek esensial yang tidak boleh hilang apakah itu? 1) pemberitaan Firman Tuhan;
2) doa; 3) Perjamuan Kudus. Mari kita membaca Kisah rasul 2: 42: “Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa.”
Jadi dalam sebuah ibadah Firman Tuhan
menempati posisi sentral atau utama. Mengapa demikian? Sebab Tuhan itu bekerja
mengubahkan manusia melalui Firman Tuhan. Jika dalam sebuah ibadah Firman Tuhan
mulai disingkirkan, dianggap tidak penting, maka ibadah tersebut akan
kehilangan kuasanya dalam mengubahan manusia. Itulah sebabnya juga kalian sebagai jemaat Tuhan, saat mendengarkan Firman
Tuhan, harus mendengarkannya dengan baik dan penuh konsentrasi sebab melalui
Firman Tuhanlah Tuhan akan membentuk kehidupan kita.
Aspek kedua yang sangat
penting dalam ibadah adalah doa. Mengapa doa ini penting dalam sebuah ibadah?
Sebab doa merupakan ekspresi kita pada Tuhan. Dalam doalah kita menyampaikan
isi hati kita pada Tuhan. Selain itu dalam doa pula terkadang kita mengerti
kehendak Tuhan. Tuhan bisa erbicara melalui Firmannya psaat kita sedang berdoa.
Aspek ketiga yang juga
penting dalam ibadah adalah Perjamuan Kudus. Mengapa hal ini penting? sebab
perjamuan kudus akan mengingatkan kita selalu mengenai cinta kasih Tuhan dalam
hidup kita. Perjamuan kudus akan menolong kita untuk mengerti bahwa kita ini
adalah orang berdoa yang diselamatkan Tuhan dalam kematian Yesus.
Itulah sebabnya setiap
orang Kristen yang telah dibaptisakan atau sidi, mereka wajib untuk ikut serta
dalam Perjamuan Kudus. Mengapa demikian? Sebab melaluinya Tuhan juga akan
bekerja menumbuhkan iman dan kerohanian kita.
Jadi, ibadah yang benar
merupakan bentuk dari dedikasi kita pada Tuhan. Ibadah yang kita jalani adalah
buah dari karya keselamatan Tuhan dalam hidup kita. Dalam ibadah yang benar
setiap orang percaya hendaknya membangun hubungan yang erat dan intim baik
dengan TUhan dan sesama, dan setiap orang percaya hendaknya berpartisipasi
dalam ibadah yang kita jalani. Dalam ibadah yang benar, Firman TUhan. Doa dan
Perjamuan kudus adalah aspek utama atau esensial yang sampai kapanpun tidak
boleh hilang dalam ibadah kita. Tuhan memberkati saudara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar