Senin, 07 Juli 2014

Penyembahan Sejati

BELAJAR DARI MAZMUR 150

1Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! 2Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! 3Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! 4Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! 5Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! 6Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!

Bila kita hendak mensistematiskan apa yang Alkitab katakan tentang ibadah atau penyembahan, pastilah kita akan kesulitan untuk melakukannya. Mengapa? Pertama sebab jarak kepenulisan Alkitab itu hampir 1600 tahun, selain itu penulisnyapun cukup banyak dan berasal dari ragam struktur kehidupan. Ada penulisnya yang seorang imam seperti Ezra, Yesaya, ada juga penulisnya yang seorang Raja seperti Daud, Salomo tetapi aja juga yang penulisnya seorang gembala seperti Amos. Dalam zangka waktu selama ini (1600 tahun) pikiran orang atau pikiran suatu bangsa pastilah mengalami perkembangan. Perkembangan pikiran ini bisa juga disebabkan persoalan atau pergumulan dalam masalah yang terus berkembang, perkembangan pikiran ini bisa kontinu tapi bisa juga ngga. Bila perkembangan pikiran itu ‘kontinu,’ kita bisa membuat sistematika perkembangan pikiran itu, tetapi bila tidak, kita ngga bisa membuat sistematikanya.
Kedua, sebab apa yang Alkitab tunjukan kepada kita mengenai ibadah atau penyembahan berbentuk seperti ‘parsel’ yang kecil-kecil. Bila kita mencoba untuk membuat sebuah sistematika mengenai ibadah menurut Alkitab itu seperti apa, maka kita harus menggabungkan keterangan-keterangan dari Alkitab yang seperti parsel-parsel kecil tadi menjadi sebuah gambaran tertentu. Pertanyaannya adalah mungkinkah kita melakukan hal ini? Membuat sebuah kesimpulan mengenai apa seh yang Alkitab ajarkan secara keseluruhan mengenai ‘penyembahan’ atau ‘ibadah?’ saya kira ini sulit karena 1) Alkitab menyetakan keberanannya seperti parsel-parsel kecil bukan sebuah gambaran besar, jadi kalopun kita melakukannya kita bisa terjebak bukan membangun sebuah gambaran mengenai Ibadah sebagaimana yang Alkitab tunjukan tetapi membuat sebuah gambaran besar mengenai ibadah seperti yang kita inginkan 2) karena kita ini adalah manusia yang sangat terbatas. Bila Alkitab tidak membuatkan bagi kita sebuah ‘gambaran besar’ atau sistematika mengenai ‘ibadah’ maka kita harus membatasi diri kita juga untuk tidak melampoi apa yang Alkitab sendiri tidak jelaskan atau lakukan.
Oleh sebab itulah hari ini, pembahasan kita mengenai ibadah, bukanlah apa yang Alkitab (secara keseluruhan) ajarkan kepada kita tetapi yang akan kita pelajari adalah apa yang sebagian kecil Alkitab ajarkan kepada kita mengenai ‘penyembahan atau ‘ibadah.’ Meskipun yang kita pelajari hari ini barulah sebagain kecil, barulah salah satu parsel dalam apa yang Alkitab mengajarkan mengenai Ibadah, tetapi yang sebagian kecil inipun benar sepenuhnya.
Saya pikir sikap yang seperti ini akan menolong kita untuk rendah hati, tidak gampang menyalahkan ibadahnya orang lain. Ada yang mengatakan ibadah karismatik itu sesat karena mereka nyanyinya jingkrak-jingkrak, ada juga yang mengatakan ibadahnya orang protestan ngga ada roh kudusnya sebab ibadahnya kayak penyem…melempem. Saya kira jemaat Tuhan jangan sampai menjadi orang yang terlalu gampang dan terlalu cepat menyalahkan sesuatu yang belum kita teliti benar apa salahnya, dimana salahnya dan berdasarkan apa kita katakan hal tersebut salah.
Dalam pergumulan saya mencari parsel atau bagian teks mana yang berbicara mengenai ibadah yang akan saya sampaikan hari ini, akhirnya saya memutuskan mengambilnya dari Mazmur 150. Mengapa saya mengambil mazmur ini? Karena saya rasa mazmur ini sangat relevan untuk dibicarakan saat ini. Saya coba mencari beberapa teks yang lain, Misalnya dalam Ibrani 10 yang menekankan ibadah yang kita bisa jalani sesungguhnya dibayar dengan malah oleh Yesus dengan kematiaannya. Bila Yesus ngga mati bagi kita, kita ngga bakal bisa ibadah.
Berbeda dengan Ibrani 10, Mazmur 150 ini adalah sebuah nyanyian yang berisikan ajakan kepada orang lain untuk menyembah atau beribadah kepada Tuhan. Mazmur ini sangat praktis dan relevan untuk kita. Tentu ajakan dari pemazmur sebenarnya adalah ajakan dari Tuhan sendiri, mengapa sebab Tuhan berbicara kepada kita melalui penulis-penulis Alkitab ini. Ini berarti apa yang disampaikan atau diajak oleh pemazmur adalah apa yang ingin disampaikan atau diajak oleh Tuhan sendiri. Setidaknya dalam mazmur ini, Allah mengajak kita dalam 3 hal penting, apakah itu?
Pertama, pemazmur mengajak kita untuk memuji Tuhan di segala tempat. Pemazmur berkata pujilah Allah dalam tempat kudusNya dan Pujilah Dia dalam cakrawalaNya yang kuat (ay. 1). Tempat kudus disini tentu menujuk pada rumah Tuhan… jadi pemazmur mengajak pembacanya untuk memuji Tuhan didalam rumah Tuhan. Ini berarti Allah ingin sewaktu kita berada dalam Rumah Allah, kita harus memuji Dia. Rumah Allah yang dimaksudkan penulis Mazmur ini tentu adalah bait Allah, kalo dalam konteks masa kita ‘rumah Allah’ yang dimaksudkan tentu sejajar dengan gereja. Ini berarti Allah ingin sewaktu kita dalam gereja, kita boleh memuji Dia.
Sewaktu mendengar hal ini, mungkin kita yang ada disini bilang… oh, saya sering memuji Tuhan di gereja? Eh…tunggu dulu…digereja yang cuap-cuap banyak? Kalo yang memuji Tuhan sungguh-sungguh dikit amat… Kalo kita digereja…jujur aja seberapa sering seh…kita memuji Tuhan dengan segenap kesungguhan…sering kali kan…kita memuji Tuhan dengan pikiran yang kosong…ngga konsentrasi Makanya mulai hari ini ketika dalam ibadah…jangan lagi memuji Tuhan asal-asalan…asal bunyi….asal kedenger…asal kelihatan dst…
Selain ditempat kudus pemazmur mengajak kita memuji Tuhan juga dalam cakrawalanya yang kudus. Disini pemazmur seola-olah sedang berada diatas gunung menyaksikan langit dan bumi yang terpisahkan oleh cakrawala… Sewaktu ia diatas gunung yang tinggi….iapun menyaksikan kemuliaan Tuhan dan responnya adalah memuji Tuhan…
Dari sini kita menemukan bahwa Allah mengkehendaki supaya pujian kepada Tuhan seharusnya tidak hanya ketika kita ada digereja saja tetapi ketika kita ada dirumah…disekolah…ditempat kerja…dimana saja.  Ini berarti Allah mengkehendaki kita memuji Dia di segala tempat. Hal ini tentu tidak berarti kita mesti selalu nyanyi-nyanyi… sebab pujian tidak selalu diekspresikan dalam bentuk nyanyian, bisa juga disampaikan dalam bentuk ungkaan kalimat-kalimat pendek seperti syukur Tuhan…masih bisa makan… terima kasih Tuhan…dst.
Ajakan pemazmur, supaya kita memuji Tuhan dimana saja, relevan sekali bagi kita dan menegur kita, mengapa? Sebab salah satu penyakit kita sebagai orang Kristen adalah kita sering hidup dalam (maaf) kemunafikan… kita cuma berlaga memuji Tuhan sewaktu di gereja saja, bukan? tetapi sewaktu di rumah kita seperti pemuja setan. Waktu di gereja kita bernyanyi kukasihi kau dengan kasih Tuhan….waktu di rumah kita bernyanyi kukasihi kau dengan palu godam… Jangan ya…kita ngga boleh hidup kaya begitu…ngga jadi saksi end nipu diri sendiri… tapi bukan artinya kalo udah jelek ya tunjukin aja jeleknya…tapi bertobat dan perbaiki hidup kita.
Jadi dalam sebuah ibadah Allah mengkehendaki puji-pujian tetapi puji-pujian yang bukan hanya dinyanyikan di gereja tetapi dimana saja, sebab ibadah itu bukan hanya di gereja tetapi keseharian kitapun adalah ibadah. Makanya, kalo kita adalah orang yang sewaktu di gereja hare-hare maka mulai sekarang berhenti hare-here. Mulai dengan sewaktu beribadah naikan pujian kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Buat kita yang sudah menikan pujian sungguh-sungguh di gereja, jangan berhenti di sini, jadilah pemuji-pemuji Tuhan juga dirumah, disekolah, dikuliah, dimana saja kita berada.
Kedua, Pemazmur mengajar dan mengajak kita untuk memuji Tuhan dengan mengingat segala karya dan kebesaran-Nya. Dalam ay. 2 dikatakan Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat. Kata kunci dalam ayat ini ada pada istilah karena. Sewaktu kita memuji Tuhan, kita harus memiliki alasannya. Apa alasan kita memuji Tuhan? Tentu saja karena kita merasakan segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Bila kita pikirkan sebenarnya ada banyak alasan yang bisa membuat kita memuji Tuhan.
Masalahnya adalah kadang kita terlalu egois, kita sangat sulit mengingat dan memuji segala kebaikan Tuhan bagi kita. Kita basanya selalu mengingat kebaikan kita sendiri, tapi kalo kebaikan orang lain bahkan Tuhan sekalipun gampang kita lupakan. Coba uji aja diri kita, dalam 5 menit dari jam doa kita, berapa banyak yang kita pake buat memuji dan bersyukur ama Tuhan? Yang paling banyak adalah permintaan. Kalo kita mau memuji Tuhan dalam doa, kita sering nmerasa kehabisan bahan, beda banget dengan mengajukan permintaan, kalo perlu dua jam-pun ngga cukup. Terus perhatikan juga dalam puji-pujian yang kita naikan kepada Tuhan, sebenarnya yang dipuji itu Tuhan apa kita? dalam puji-pujian yang kita naikan proporsi mana yang banyak Tuhan atau kita? lihat lagu-lagu… Bapa…ku sembah Kau… bapa ku persembahkan tubuhku… bapa kurindu…bila dalam pujian yang kita nyanyikan adalah aku…aku…aku sebenarnya siapa yang dipuji? Tuhan atau aku? Tentu hal ini tidak berarti komitment dalam pujian itu salah tetapi proporsinya harus tepat.
Dari sini kita diajak untuk selalu menghayati karya dan kebaikan Tuhan yang kita alami. Penghayatan akan kebaikan dan kemurahan Tuhan inilah yang menjadi isi dari puji-pujian kita kepada Tuhan. Kita harus berhati-hati supaya kita jangan seperti 9 orang yang sakit kusta yang setelah dsembuhkan mereka segera lupa kepada yang menyembuhkan mereka. Sebuah pepatah mengatakan hutang uang bisa dibayar tapi hutang budi dibawa mati. Sebenarnya kepada Tuhan kita punya hutang budi yang begitu mendalam, yang ngga terbayarkan jadi seharusnya bahkan sampai mati kita selalu mengingat kebaikan Tuhan dalam hidup kita.
Mulai hari ini belajarlah selalu mengucap syukur buat perkara yang kita anggap biasa maupun luar biasa. Buat udara yang bisa masuk dan keluar… he…he… Buat kesehatan yang masih bisa kita nikmati…coba aja biar kaya tapi ngga sehat, untuk apa? Buat anak-anak yang lucu…suami yang imut…istri yang lembut…jangan cuma yang buruk-buruknya aja diinget…yang beknya juga dong…. Terlebih bersyukurlah selalu buat keselamatan yang diberikannya ama kita. Bersyukur buat pemeliharaannnya buat kita… Bersyukur biar cuma ada tempe dan tahu plus…jengkol…kita masih bisa makan…dst… jemaat sekalian mesti ingat, tidak ada alasan kita tidak bisa memuji Tuhan sebab setiap kita pastilah merasakan kebaikan Tuhan.
Ketiga Pemazmur mengajak kita memuji Tuhan dengan segala yang ada. Pemazmur menyuruh kita memuji Tuhan dengan gambus, kecapi, seruling, ceracap dst… lih ay. 3 pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus(ini adalah sebuah alat musik petik) dan kecapi Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, Pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling, Pujilah Dia dengan ceracap (seperti 2 simbal yang diaduin) yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang.
Apa yang pemazmur tunjukan bisa mempunyai dua arti: pertama Kita harus memuji Tuhan dengan semua yang ada…memuji Tuhan dengan segala kemegahan… untuk memuliakan Tuhan. Kedua Kita bisa memuji Tuhan dengan apa saja yang ada ada kita. Kalo kita ada seruling, pakailah seruling untuk memuji Tuhan, bila tidak ada seruling tapi yang ada rebana, pakailah rebana untuk memuji Tuhan, bila tidak ada rebana yang ada gitar, gitar pun bisa dipakai untuk memuji Tuhan saja bisa, bahkan bila semua alat musik tidak ada, kita bisa memakai tangan kita untuk memuji Tuhan.
Orang sering bilang, pujian baru bisa naik kehadirat Tuhan kalo diiringi pake musik band. Ini salah banget…dizaman John Wesley…konon tepuk tangan dipakai buat memuji Tuhan. Tepuk tangan dipakai sebagai sarana menyamakan suara dan ritme…walaupun cuma pake tepuk tangan tetapi kebangunan rohani bisa terjadi ko…Di China…kalo kita perhatikan Film “darah dan air mata” disana mereka cuma bisa nyanyi dengan gaya ikan koki, tepuk tangan tampa bunyi….tapi iman mereka tetep bisa tumbuh…dan kebangunan rohani terjadi disana…
Masalahnya apa? Pujian yang sejati itu keluar dari hati… seorang yang sungguh-sungguh memuji Tuhan biar suaranya ngga kedengar tapi hatinya berbunyi nyaring… Percuma kita memuji Tuhan pake orkestra kalo hatinya ngga siap memuji Tuhan…Setiap kali kita muji Tuhan…hati yang paling penting….adakah kerinduan dalam hati kita buat ketemu Tuhan…memuji nama Tuhan…kalo ngga biar pemaen musik maen musik sampe keluar darah tetep aja garing…
Jadi ibadah jadi hidup ataupun ngga bukan bergantung pada alat musiknya, bukan juga bergantung pada team tamborinya, tetapi pada Tuhan yang hadir dalam ibadah itu dan pada kesadaran setiap orang yang beribadah akan kehadiran Tuhan. Tentu ini tidak berarti kita ngga perlu pake alat musik, tentu itu hal yang penting hanya saja bukan itu yang terutama.

Akhirnya Pemazmur mengatakan biarlah semua yang bernafas memuji Tuhan…Biarlah selama kita masih punya nafas…selama kita masih hidup pujilah Tuhan…  

Tidak ada komentar: