"Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh dimata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh dengan rindu yang besar, telah berusaha datang untuk menjenguk kamu. Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu-aku, Paulus, malahan lebih dari sekali-,tetapi iblis telah mencegah kami." 1 Tesalonika 2:17-18
Paulus bersaksi bahwa walaupun ia tidak berada dekat secara fisik dengan jemaat Tesalonika, namun hatinya tidak pernah jauh dari jemaat tersebut. Saat Paulus menuliskan surat Tesalonika, Paulus kemungkinan besar sedang berada di kota Korintus yang jaraknya cukup jauh dengan kota Tesalonika. Tidak seperti di zaman sekarang dimana transpostasi antar kota dapat ditempuh dengan mudah dan cepat, pada waktu itu perjalanan antar kota membutuhkan waktu yang lama dan menguras tenaga; itulah sebabnya adalah hal yang luar biasa jika Paulus mengatakan bahwa ia telah berulang kali merencanakan untuk mengunjungi jemaat Tesalonika sebab hal tersebut membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Meskipun demikian, Paulus bersaksi bahwa selalu ada halangan yang sepertinya berasal dari karya si jahat yang membuat Paulus selalu terhalang dalam melaksanakan rencananya dalam mengunjungi jemaat Tesalonika.
Hati yang dimiliki oleh Paulus terhadap jemaat Tesalonika adalah hati seorang gembala. Tuhan Yesus pernah mengajar mengenai ada perbedaan yang signifikan antara seorang gembala dan orang upahan; orang upahan melakukan pekerjaannya demi uang, sedangkan gembala melakukan tugasnya karena kasih dan panggilan. Hal inilah yang mendorong dan membuat Paulus melayani jemaat Tesalonika; mungkin secara finansial, Paulus tidak mendapatkan banyak dukungan dari jemaat ini, namun Paulus begitu bangga dan rela untuk melayani mereka sebab Paulus melihat jemaat ini dalam kaca mata "kasih" dan melihat tugas pelayanannya sebagai panggilan dari Tuhan sendiri.
Sikap Paulus merupakan sebuah teladan bagi para rohaniwan dalam melihat dan memandang jemaat yang dia layani; jemaat adalah kawanan domba Allah yang dipercayakan kepada para rohaniawan; itulah sebabnya penting bagi para rohaniawan untuk selalu melihat jemaat dalam kaca mata "kasih" dan melihat tugas pelayanan kita sebagai panggilan dari Tuhan. Jika kita belajar untuk melayani dengan kaca mata "kasih" dan menjalaninya sebagai "panggilan" dari Tuhan, kita akan dikuatkan untuk belajar memberikan yang terbaik dalam pelayanan sekaligus bersabar saat kita harus berhadapan dengan banyak tantangan dalam pelayanan.
Di sisi yang lain jemaat pun perlu belajar untuk melihat rohaniawan yang melayani anda sebagai gembala dan bukan karyawan. Ada begitu banyak rohaniawan yang hatinya terluka dan menderita oleh karena mereka diperlakukan seperti seorang karyawan; mereka memang adalah pekerja, namun mereka bukan bekerja bagi manusia, mereka bekerja bagi Tuhan sehingga penting sekali bagi jemaat untuk melihat para rohaniawan gereja sebagai utusan Tuhan bagi gereja dan bukan memandang mereka sebagai "karyawan gereja." Kita pun harus belajar mendoakan dan mendukung pelayanan rohaniawan gereja kita; ingat bahwa kekuatan mereka dalam melayani bukan sekedar berumber dari pengetahuan mereka, pengalaman pelayanan mereka, namun bersumber dari dukuan doa kita bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar