Jika anda
mendengar istilah hukum Taurat hal apakah yang ada dibenak anda? Sebagian orang
barangkali langsung terpikir mengenai PL, hukum Taurat itu sama dengan kitab
PL. Sebagian orang yang lain lagi barangkali langsung terpikir mengenai “sikap
hidup atau pola hidup yang legalis” maksudnya sikap hidup atau pola hidup yang dipenuhi
berbagai aturan, mirip dengan orang-orang Farisi. Mungkin juga sebagian
diantara kita mengakitkan hukum Taurat dengan bangsa Israel, hukum Taurat itu
adalah kitab sucinya orang Yahudi.
Satu kali dalam
sebuah kelas teologi di salah satu seminari yang saya ajar, saya pernah menanyakan
pertanyaan yang sama, apakah hukum Taurat itu? Hampir seluruh mahasiswa saya
mengatakan bahwa “hukum taurat” itu adalah hukum-hukum yang diberikan Musa
untuk orang Israel dan bukan untuk kita orang Kristen. Saya kira pemikiran
tersebut banyak dimiliki oleh orang-orang Kristen lainnya. Jawaban yang
diberikan dalam kelas saya adalah sample yang memperlihatkan demikianlah
kebanyakan orang Kristen memandang hukum Taurat. Lalu saya bertanya juga kepada
peserta kelas saya mengapa mereka berkata bahwa hukum Taurat pada umumnya hanya
berlaku untuk orang Israel dan bukan untuk orang Kristen? Lalu mereka menjawab,
alasannya adalah sebab Alkitab sendiri menolak hukum Taurat. Lalu saya berkata
lagi kepada mereka, tahu dari mana bahwa Alkitab menolak hukum Taurat? salah
satu ayat yang sering digunakan adalah Galatia 2:16. Mari kita membaca bagian
ini.
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang
dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman
dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus,
supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena
melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan"
oleh karena melakukan hukum Taurat.
Pertanyaannya adalah benarkah
ayat-ayat ini menyatakan bahwa hukum Taurat tidak berlaku lagi? Sewaktu kita
membaca Galatia 2:16, ada dua kesalahan yang harus dihindari dalam membaca teks
ini. Kesalahan pertama adalah mengartikan istilah “hukum Taurat” dalam Galatia
2:16 tadi sebagai hukum-hukum yang ada dalam PL baik yang diberikan oleh Musa
ataupun para nabi yang lain.
istilah yang
digunakan oleh LAI untuk menerjemahkan “hukum Taurat” dalam Galatia 2:16 adalah
“ergoun nomon.” Istilah ini seharusnya diterjemahkan sebagai
“pekerjaan-pekerjaan hukum.” Istilah ini digunakan Paulus dalam pengertian yang
sangat khusus. Istilah ini tidak berarti hukum Taurat secara umum. Jika Paulus
ingin berbicara mengenai “hukum Taurat” secara umum ia biasanya menggunakan
istilah “nomos.” Dalam surat Paulus sendiri istilah “pekerjaan-pekerjaan” hukum
selalu digunakan dalam arti negatif.
Dilihat dari
konteks surat Galatia, istiah “ergoun nomon” atau “pekerjaan-pekerjaan hukum”
digunakan Paulus, dipakai untuk membicarakan mengenai hukum-hukum tertentu yang
digunakan oleh orang Yahudi sebagai ciri atau tanda lahiriah mereka sebagai
umat Tuhan. Orang-orang Yahudi percaya bahwa ciri atau tanda umat Tuhan yang
sejati adalah sunat. Itulah sebabnya semua orang Yahudi pasti disunatkan. Jika
ada orang Yahudi yang tidak disunatkan, ia sama saja dengan orang yang mengambil
keputusan untuk keluar dari ikatan perjanjian dengan Tuhan, dan orang tersebut
pasti dikeluarkan dari komunitas umat Tuhan.
Konsep sunat yang
seperti ini, juga digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk menjadikan sunat
sebagai syarat bagi siapa saja orang bukan Yahudi yang mau jadi umat Allah.
Persoalannya adalah pemahaman yang seperti ini digunakan oleh orang-orang
Kristen Yahudi terhadap orang Kristen bukan Yahudi. Mereka, orang-orang Kristen
Yahudi, memandang selama orang Kristen bukan Yahudi belum disunatkan, walaupun
mereka sudah percaya kepada Yesus, namun mereka tetap bukanlah umat Allah.
Tuntutan inilah
yang Paulus sebut sebagai “ergoun nomon” atau pekerjaan-pekerjaan hukum.
Tuntutan seperti inilah yang Paulus tentang habis, yang Paulus kritik dengan
keras dan tegas. ‘Tidak ada seorang pun yang dibenarkan dihadapan Tuhan karena
dia melakukan “ergoun nomon,” atau pekerjaan-pekerjaan hukum atau aturan sunat.
Jika seseorang tidak pernah dibenarkan oleh Tuhan karena disunatkan, lantas,
dengan apa kita dibenarkan? maka Paulus mengatakan dengan “pisteous krisitou.”
Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan istilah “pisteous krisitou” hanya
sebagai “iman kepada Yesus.”
Kesalahan yang
kedua yang harus kita hindari saat membaca Galatia 2:16 justru disini, kita
tidak boleh hanya mengartikan istilah “pisteous krisitou” hanya sebagai “iman kepada Kristus,” sebab
istilah tersebut juga dapat diartikan sebagai “iman Kristus” atau kesetiaan
Kristus.” Rasul Paulus sepertinya sengaja menggunakan sebuah istilah yang dapat
memiliki makna ganda.
Satu sisi benar
sekali bahwa iman seseorang kepada Kristuslah yang membuat seseorang dibenarkan.
Saat seseorang percaya kepada Yesus, maka orang tersebut dipersatukan dengan
Kristus. Saat seseorang dipersatukan dengan Kristus, maka apa yang menjadi
milik Kristus diberikan kepada kita dan apa yang menjadi milik kita diberikan
kepada Kristus.
Kristus memiliki
kebenaran, itulah sebabnya saat kita percaya kepada Yesus kebenaran Kristus
diberikan kepada kita. Lalu apa yang kita miliki? yang kita miliki adalah dosa,
maka saat kita percaya kepada Yesus, dosa tersebut diberikan kepada Kristus dan
Kristus membereskannya bagi kita. Kebenaran Kristus yang diberikan kepada kita itulah
yang membuat Tuhan melihat kita sebagai orang benar. Semua pengalaman itu,
bagaimana kita dibenarkan oleh Tuhan memang berawal dari satu titik yakni saat
kita percaya kepada Yesus. Meskipun demikian, maksud Paulus tidak hanya sebatas
itu. Ia ingin kita juga tahu, bahwa yang membuat kita dibenarkan dihadapan
Tuhan, yang membuat kita walaupun secara lahiriah bukan keturunan Abraham namun
sekarang memiliki status umat Tuhan, adalah karena kesetiaan Kristus, karena
iman Kristus, karena karya Kristus, karena ketaatan Kristus kepada
panggilannya.
Panggilan
Kristus yang mana yang membuat kita kemudian dapat dibenarkan oleh Tuhan?
jawabannya adalah dalam Galatia 1:3-4. Paulus menegaskan bahwa Yesus
menyerahkan dirinya karena dosa-dosa kita. Istilah “menyerahkan diri” menunjuk
pada karya kematian Yesus. Kisah mengenai kematian Yesus dibicarakan oleh
kitab-kitab Injil, mulai dari Yesus ditangkap, diadili di mahkamah Agama,
diserahkan kepada Pilatus, kemudian disalibkan.
Banyak orang
berkata bahwa kematian Yesus adalah karena korban politik. Yesus mati karena
para imam dan orang-orang Farisi bersekolongkol untuk membunuh Yesus. Yesus
perlu dibunuh sebab kehadirannya dapat membahayakan seluruh bangsa. Jika kaisar
Roma mendengar bahwa di tahah Yudea ada seorang yang mengaku dirinya Raja dan
dia didukung oleh banyak orang Yahudi, maka seluruh orang Yahudi akan diserang
oleh prajurit Roma, dari pada hal itu terjadi, lebih baik Yesus dikorbankan. Namun
apakah hal ini benar? benarkan bahwa Yesus mati sebagai korban politik? Alkitab
melihat tidak demikian. Yesus mati karena dosa-dosa manusia.
Yesus mati bukan
karena ia layak untuk mati. Penjahat yang disalibkan disamping Kristus saja
tahu bahwa Yesus sebenarnya tidak layak mati. Yesus mati bukan karena ia
melakukan sebuah kejahatan serius yang membuatnya layak untuk dihukum mati. Yesus
mati untuk menanggung penghukuman dosa kita dan melepaskan kita dari perbudakan
dosa. Supaya manusia dapat dibenarkan Tuhan, maka persoalan dosa manusia harus
dibereskan. Itulah sebabnya Yesus mati diatas kayu salib, disana ia harus mati
untuk menanggung menghukuman dosa kita. Namun Kristus bukan hanya mati untuk
selesaikan penghukuman dosa manusia, ia juga mati untuk melepaskan manusia dari
perbudakan dosa.
Kebenaran inilah
yang membuat Paulus menegaskan bahwa tujuan Yesus menyerahkan diri-Nya adalah untuk
melepaskan kita dari dunia yang jahat sekarang ini. Jika Alkitab berkata bahwa
“Yesus mati untuk melepaskan kita dari dunia yang jahat ini.” Itu berarti
sebelumnya kita adalah orang-orang yang terikat dengan dunia yang jahat ini.
Jika kita
membaca tulisan Paulus kepada jemaat Roma, disana Paulus menegaskan bahwa
setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba-hamba dosa. Dosa itu mengikat
manusia, membuat manusia tidak mampu hidup bagi Tuhan. Keadaan inilah yang
disebut oleh Luther sebagai “the Bondage of will” atau kehendak yang
terbelenggu. Walaupun manusia tahu yang baik, namun ia tidak mampu
melakukannya, walaupun manusia tahu kehendak Tuhan, namun mereka tidak mampu
untuk memenuhinya, mengapa demikian? sebab manusia dalam keberdosaannya
diperbudak dosa. Perbudakan dosa inilah yang Paulus maksudkan dengan istilah
dunia yang jahat yang sekarang ini. Dan Yesus mati, kata Alkitab, untuk
melepaskan kita dari ikatan tersebut, dari perbudakan dunia yang jahat ini,
dari perbudakan dosa.
Jika kita
membaca berbagai catatan Alkitab tentang tujuan kedatangan Yesus, kita akan
menemukan sebuah pemahaman yang sama dengan apa yang Paulus jelaskan bahwa
tujuan Dia datang kedalam dunia adalah untuk melepaskan manusia dari dosa. Dalam
injil Matius dicatat bahwa saat Malaikat menjumpai Yusuf, ia memberitahukan bahwa
anak dalam kandungan maria adalah dari Roh Kudus, dan kelak saat anak itu
lahir, maka anak itu harus diberi nama Yesus sebab Ialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.
Sebelum Yesus
disalibkan, ia makan perjamuan terakhir. Dalam perjamuan tersebut, Yesus
berkata: Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "cawan
ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Dalam PL
ada nubuatan mengenai satu era yang disebut Perjanjian Baru, era ini adalah era
dimana manusia akan diubahkan Tuhan. Di era ini Tuhan akan memberikan Roh-Nya
kepada manusia, maka umat Tuhan akan menjadi bangsa yang berkemenangan. Yesus
berkata, melalui darah-Nyalah, melalui kematian-Nyalah apa yang dijanjikan
mengenai era Perjanjian Baru tergenapi. Melalui darahnya, melalui kematian-Nya,
era perbudakan dosa akan berakhir. Jadi, Yesus disalibkan di Golgota, Yesus
menanggung penderitaan yang luar biasa, Yesus mati dengan cara yang mengerikan
bahkan keji, semuanya itu dilakukan Kristus dengan satu tujuan, yakni menebus
manusia dari perbudakan dosa.
Kesetiaan Yesus
untuk mati diatas kayu salib inilah, Kesetiaan Kristus untuk mati dalam rangka
menebus manusia dari perbudakan dosa inilah, yang Paulus katakan/sebut sebagai
“iman Kristus,” yang menjadi dasar utama dari pembenaran kita. Jadi ingat, kita
dibenarkan Tuhan bukan sekedar karena kita beriman kepada Yesus, kita
dibenarkan Tuhan terutama karena Tuhan telah mati bagi kita. Yesus telah
menanggung hukuman dosa kita dan menebus kita dari perbudakan dosa, hal inilah
yang membuat kita menjadi orang-orang yang dibenarkan, menjadi orang-orang yang
dinilai benar, menjadi orang-orang yang disebut sebagai umat-umat Allah. Iman
kepada Yesus adalah penting, namun iman kepada Yesus tidak akan mempunyai nilai
apapun juga jikalau Yesus tidak mengerjakan karya-Nya di atas Golgota.
Kita sering diajari
untuk menjadi orang-orang Kristen yang berubah dan berbuah. Apa yang diajarkan tersebut
adalah benar, sepenuhnya adalah benar. Alkitab memang menuntut setiap anak-anak
Tuhan untuk berubah dan berbuah. Namun, hari ini kita belajar, ada aspek lain
yang penting untuk kita pegang, apakah itu? aspek karya Kristus. Karya
Kristuslah sesungguhnya yang menyelamatkan kita. Karya Kristuslah yang
sesungguhnya membuat kita diterima sebagai anak-anak Tuhan. Karya Kristus
jugalah yang sesungguhnya mampu membuat kita berubah dan berbuah.
Jika tugas untuk
menghasilkan hidup yang berubah dan berbuah semata-mata bergantung pada usaha
kita sendiri, pasti ada banyak orang Kristen yang tidak berubah dan berbuah.
Mengapa demikian? sebab seperti yang dikatakan oleh Martin Luther, simul iustus et peccator, orang percaya
itu dilihat dimata Allah sudah orang benar, namun didalamnya sendiri kita masihlah
orang berdosa. Artinya apa? artinya walaupun kita adalah orang-orang yang sudah
dibenarkan Tuhan, dalam dalam diri dan hidup kita tetap ada pergulatan dalam
melawan dosa. Itulah sebabnya, jika panggilan untuk berubah dan berbuah itu
semata-mata bergantung pada usaha kita sendiri, maka banyak diantara kita akan
gagal, tidak akan pernah berubah dan berbuah.
Namun, jika
panggilan untuk berubah dan berbuah itu adalah akibat atau sebuah danpak dari
karya Kristus yang telah menyelesaikan persoalan dosa kita sekaligus melepaskan
kita dari perbudakan dosa, maka tidak ada seorang pun yang sungguh-sungguh
percaya kepada Yesus, yang sungguh-sungguh telah diselamatkan Kristus yang
hidupnya tidak berubah dan berbuah. Mengapa demikian? sebab yang membuat orang
tersebut berubah dan berbuah adalah Tuhan.
Itulah sebabnya
jemaat sekalian, kepada jemaat Korintus Paulus berkata dalam 1 Korintus 1:2: “kepada
jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan
yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat,
yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan
kita.” Perhatikan perkataan Paulus kepada jemaat Korintus, “engkau adalah
orang-orang yang dikuduskan dalam Kristus Yesus” tetapi “engkau juga adalah
orang yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus,” artinya dipanggil
menjadi orang-orang yang hidup dalam kekudusan.
Tahukah
anda jemaat Korintus itu jemaat yang seperti apa? mereka adalah jemaat yang
tidak dewasa, mereka juga adalah jemaat yang masih hidup dalam pola dan
kebiasaan duniawi. Namun apa yang Tuhan katakan kepada mereka, “engkau adalah
orang yang dikuduskan,” artinya apa? mereka adalah orang-orang yang menerima
karya Kristus yang menguduskan mereka, itulah sebabnya mereka harus berjuang
untuk menjadi orang kudus.
Jika Kekristenan
hanya menekankan aspek pentingnya perubahan hidup saja maka kekristenan tidak
beda dengan agama lain. Yang membedakan kekristenan dengan agama lain adalah
sentralitas Kristus dalam hidup kita yang menjadi sumber dari perubahan hidup
kita. Jika agama-agama dalam dunia ini percaya bahwa mereka dapat berubah
menjadi baik dengan usaha dan perbuatannya sendiri, kita tidak percaya bahwa
manusia dapat berubah dari dirinya sendiri. Mengapa demikian? karena dosa
manusia itu membuat manusia menjadi busuk sampai ketitik terdalam hidup kita.
Kekristenan
percaya hanya Yesus yang dapat mengubahkan hidup kita, hanya Yesus yang
benar-benar mampu untuk membuat kita berubah dan berbuah. Tanpa karya
Kristus, kita pasti gagal untuk hidup dalam kekudusan, namun karena ada karya
Kristus, maka kita pasti akan berubah dan berbuah, sebab tidak ada seorang pun
yang betul-betul percaya Yesus yang hidupnya tidak berubah dan berbuah.
Apakah anda
sudah berubah dan berbuah? Jika sampai hari ini ada belum juga berubah dan
berbuah, mungkin ada tidak benar-benar percaya Yesus, anda bukan orang Kristen
sejati. Mengapa ada orang yang walaupun dilahirkan dari keluarga Kristen, namun
ia belum tentu seorang Kristen sejati? Jawabannya adalah sebab tidak semua
orang yang berkata saya percaya kepada Yesus adalah orang yang benar-benar
percaya Yesus.
Doctor R.
C. Sproul mengatakan iman yang menyelamatkan itu melibatkan tiga aspek, yaitu
(i) noticia, yaitu informasi yang benar mengenai apa yang kita yakini; (ii) Assensus, yaitu pengertian yang benar dari apa
yang kita imani; (iii) fiducia, kepercayaan dan kebergantungan pada yang kita
yakini dan pahami dengan benar. Jadi, untuk memiliki iman yang benar kepada
Kristus, manusia perlu informasi-informasi yang benar tentang Kristus; dan
untuk memiliki iman yang benar, manusia juga perlu untuk memahaminya dengan
benar, baru kita dapat mempercayainya dengan benar.
Persoalannya
adalah dapatkah iman yang benar itu muncul jika seseorang Kristen tidak
mengetahui informasi-informasi yang benar tentang apa yang harus diimani dan
diyakininya? tidak mungkin bukan; seandainya orang-orang Kristen mempunyai data
dan informasi yang benar tentang apa yang harus diimaninya, namun jika dia
tidak memahaminya dengan benar, dapatkan ia kemudian beriman dengan cara benar?
Tidak mungkin bukan.
Jadi, untuk
menjadi orang yang benar-benar percaya Kristus, kita harus mengenal
kebenaran-kebenaran Tuhan. Namun, mengenal kebenaran Tuhan saja tidak cukup,
kita harus mempercayakan hidup kita kepada kebenaran-kebenaran Tuhan itu, itu
baru namanya beriman. Jadi, adakah orang yang benar-benar dapat beriman, tanpa
mengenal kebenaran? tidak mungkin, itulah sebabnya jangan menolak ajakan untuk
mempelajari kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar