Sabtu, 19 April 2014

Paskah: Sejarah dan Makna Pentingnya Bagi Kita



Setiap orang Kristen pada umumnya merayakan paskah, namun hal ini tidak berarti bahwa kita mengerti apa yang dipahami dibalik perayaan ini. Dulu waktu kecil, saya biasa merayakan paskah di sekolah minggu, dengan jalan mencari telur-telur yang disembunyikan oleh guru-guru SM saya. Ada kalanya saya pun merayakan paskah dengan jalan mengikuti lomba menghias telur dengan menggunakan berbagai kertas warna. Persoalannya adalah saya waktu kecil tidak pernah diberi tahukan mengapa saya diberi telur saat merayakan paskah, apakah arti telur tersebut dan apakah kaitannya dengan paskah? Saya pun yakin kalau saya tanyakan ke guru SM saya, merekapun paling berkata “teu nyaho,” atau berkata “geus tidituna,” kalau saya tanyakan mengenai alasan mengapa kita merayakan paskah dengan telur.

Setahu saya bahkan sampai hari ini kita masih sering merayakan paskah dengan cara yang sama, bagaimana kita sepulang dari gereja mendapatkan telur, biasanya telurnya adalah telur asin. Saya pernah tanyakan kepada seseorang, mengapa kita mendapatkan telur asin saat paskah? Dan jawabnya adalah supaya saat dimakan lebih enak. Walaupun jawaban itu benar, namun kurang memuaskan saya, sebab yang ingin saya tanyakan adalah apa hubungannya telur asin dengan paskah? Dan saya yakinm sampai hari ini ada banyak orang Kristen yang juga tidak paham mengenai kaitan antara telur dan paskah.

Untuk mengerti tentang paskah atau hari raya Paskah, kita harus kembali ke awal mula bagaimana perayaan ini dapat muncul. Perayaan Paskah dirayakan sejak zaman Perjanjian Lama. Perayaan Paskah dirayakan oleh orang-orang Israel dalam PL untuk memperingati hari dimana Allah melepaskan mereka dari perbudakan mesir. Istilah paskah sendiri berasal dari kata “pesakh,” yang berarti melewatkan. Istilah ini digunakan untuk membicarakan bagaimana Tuhan melewatkan rumah-rumah orang Israel, saat tulah ke sepuluh diturunkan atas bangsa Mesir. Rumah orang-orang Israel ini dilepaskan dari tulah kesepuluh sebab mereka telah mengoleskan darah anak domba yang mengsimbolkan keselamatan dari Tuhan. Itulah sebabnya saat orang Israel merayakan paskah, mereka memberikan korban persembahan kepada Tuhan dalam bentuk anak domba. Persembahan itu mengingatkan mereka bahwa saat paskah, karena darah anak domba itulah, mereka luput dari penghukuman Allah.

Selain memberikan korban dalam bentuk anak domba, orang-orang Israel juga merayakan paskah dengan jalan makan roti tidak beragi. Itulah sebabnya perayaan paskah oleh orang-orang Yahudi juga disebut sebagai perayaan roti tidak beragi. Tradisi memakan roti yang beragi ini mengingatkan mereka bahwa pada hari mereka dilepaskan dari perbudakan mesir, mereka sebenarnya tidak memiliki persiapan apa-apa, mereka tidak menyangka bahwa pada hari itu juga, Tuhan menyuruh mereka pergi meninggalkan mesir. Itulah sebabnya mereka tidak pernah mempersiapkan roti yang sudah mengembang, mereka membawa roti yang belum jadi, yang keras. Semua peringatan ini mereka lakukan untuk mengingatkan mereka bahwa dalam peristiwa tersebut, manusia atau bangsa Israel sesunggunya tidak mempunyai peran apapun. Jadi, dalam PL, Tuhan memerintahkan supaya peringatan paskah ini dilakukan untuk memberikan kepada mereka sebuah peringatan bahwa Allah pernah melepaskan mereka dari perbudakan Mesir, dan tindakan Allah itu semata-mata adalah karena anugerah Allah semata.

Perayaan Paskah kemudian diberikan arti yang baru dalam gereja mula-mula. Perayaan Paskah kemudian digunakan untuk menjadi peringatan akan karya Allah yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa melalui kematian Yesus. Gereja mula-mula, karena sebagian besar diantara mereka adalah orang-orang Yahudi, mereka biasnya merayakan paskah dalam dua konteks. Pertama-tama mereka merayakan paskah dalam kerangka peringatan akan karya Allah dalam PL yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan mesir, namun di sisi yang lain mereka merayakan paskah dalam rangka mengingatkan mereka akan karya Yesus yang telah membebaskan manusia dari perbudakan dosa.

Yesus sendiri memang mati pada hari raya paskah. Kematian Yesus pada hari raya paskah ini dipandang oleh gereja mula-mula bukan sebagai kebetulan namun pengggenapan dari janji Allah dalam PL. Orang-orang Yahudi tahu bahwa dulu Allah melepaskan mereka dari bangsa mesir dengan berbagai macam tulah, dan tulah yang dipandang paling hebat adalah tulah kesepuh dimana anak-anak sulung orang Mesir mati, dan tulah inilah yang kemudian membuat raja Firaun melepaskan bangsa Israel. Orang Israel dalam peristiwa tulah itu selamat oleh karena mereka mengoleskan darah anak domba, di tiang pintu rumah mereka. Bagi gereja mula-mula, apa yang terjadi dalam PL merupakan gambaran dari apa yang Yesus kerjakan. Yesus itu telah menjadi seperti anak domba yang darahnya menyelamatkan kita dari penghukuman Tuhan atas keberdosaan manusia.

Dalam 1 Timotius 2: 5-6 dituliskan “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” Bagi gereja mula-mula, Yesuslah sebenarnya yang menyelamatkan manusia, bukan anak domba. Anak domba pada dasarnya adalah gambaran pribadi Yesus. Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis mengatakan "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Dalam Yohanes 1:29. Itulah sebabnya juga, dalam gereja mula-mula sebelum mereka merayakan paskah mereka selalu menyelenggarakan perjamuan kudus, mengapa demikian? Sebab perjamuan kudus itu mengingatkan mereka akan perkataan-perkataan Yesus yang terakhir mengenai makna dari kematiannya, yang ditujukan supaya manusia beroleh keselamatan. Sekarang ini, perjamuan kudus menjelang paskah biasanya kita lakukan dalam pada hari raya jumat agung.

Mengapa orang Kristen sering menggunakan telur dalam paskah. Menurut tradisi kebiasaan menghias telur adalah kebiasaan orang Mesir dan Yunani. Mereka biasanya menghias telur dan menaruhnya di kuburuan-kuburan. Tujuan mereka menghias telur dan menaruhnya dikuburan adalah mereka sedang menyatakan pengharapan mereka bahwa orang yang mati tersebut satu kali akan hidup kembali. Mengapa memakai telur? Sebab orang-orang melihat bagaimana telur ini melambangkan kehidupan, dari telur kemudian dapat muncul ayam. Orang-orang Kristen menggunakan symbol telur tersebut untuk memperlihatkan bahwa harapan mereka bagaimana manusia yang mati dapat kelak dihidupkan kembali telah digenapi dalam karya Yesus. Bagaimana dalam Yesus, manusia yang mati dalam dosanya, oleh karena ia percayakan kepada Yesus, maka ia pasti akan dibangkitkan Allah kelak. Dibangkitkan bukan untuk dihukum, namun dibangkitkan untuk mendapatkan hidup yang kekal. Jadi, tradisi telur paskah pada mulanya adalah salah satu bentuk penginjilan, supaya orang-orang yang merindukan bagaimana mereka setelah mati dapat kembali dibangkitkan, tahu dan menyadari bahwa dalam Yesuslah mereka akan mendapatkan apa yang mereka harapkan.

Persoalannya adalah tradisi menghias telur ini dan menyembunyikannya, nampaknya telah bergeser dari makna yang sebenarnya, ada banyak orang Kristen yang merayakan paskah dengan membagikan telur tanpa mengerti apa yang disimbolkan oleh telur tersebut. Jika kita ditanyakan kenapa kita memakai telur? Paling banter kita berkata “sudah dari sononya.” Sekarang kita kan sudah tahu sejarahnya, jadi penggunaan telur pada hari paskah sebenarnya merupakan bentuk sebuah pengaharpan bahwa satu kali dalam Kristus manusia akan mendapatkan kebangkitan dari kematiannya.

Mengapa orang Kristen sering berkata ‘Happy Easter” saat paskah? Istilah “Happy Easter” sepertinya berasal dari perayaan orang-orang Eropa utara yang merayakan hari datangnya musim semi yang dikaitkan dengan peringatan atau tradisi dari “dewi ester.” Di Eropa, kita tahu mereka berhadapan dengan 4 musim yakni musim dingin, semi, panas dan rontok. Nah, orang-orang Eropa ini dulu percaya bahwa kalaupun musim dingin berhasil dilewati, itu karena Dewi Estre ini. Sewaktu orang-orang Kristen pada abad ke-2 Masehi mencoba menginjili Eropa utara ini, maka mereka kemudian menggunakan atau mengadopsi tradisi ini supaya bangsa eropa utara ini lebih gampang memahami karya Kristus.

Bagaimana Yesus mati dan bangkit, disejajarkan dengan bagaimana Yesus mengalahkan musim dingin yang luar biasa menyengat dan membawa manusia kepada musim semi yang hangat. Begitulah karya Yesus bagi manusia, Sejak itulah, orang-orang Eropa utara ini mengucapkan Happy Easter, untuk mengingatkan mereka bagaimana Kristus telah mengubahkan hidup mereka yang dulunya seperti musim dingin, hidup yang sangat mencekam kedalam musim semi, hidup yang penuh dengan kehangatan.

Jika kita melihat sejarah paskah, kita akan mengerti bahwa paskah ini digunakan untuk menginjili, untuk menolong orang-orang mengerti karya kematian dan kebangkitan Yesus dalam “tradisi” yang mereka telah kenali dan pahami. Metoda ini sekarang disebut dengan nama kontekstualisasi. Kita sebenarnya juga bias merayakan paskah dengan menggunakan bentuk-bentuk yang telah dikenal oleh masyarakat kita. Contohnya, saya pernah melihat ada jemaat-jemaat Kristen dari suku Sunda yang merayakan paskah dengan membuat “nasi tumpeng.” Saya pernah tanya, mengapa mereka melakukan hal ini? Apakah hubungan antara paskah dan tumpeng? Mereka mengatakan tumpeng bagi komunitas sunda dilakukan dalam konteks selamatan. Dengan menggunakan tumpeng, orang sunda menyatakan harapan mereka bahwa mereka akan mendapatkan rahmat dan naungan Tuhan. Melalui tumpeng ini, orang-orang sunda mengingat bagaimana rahmat dan naungan Tuhan itu telah Allah berikan dalam Kristus Yesus.

Dengan demikian, kita melihat bahwa ada yang tidak boleh berubah dalam paskah dan ada juga yang boleh berubah. Yang tidak boleh berubah adalah pesan dari paskah itu sendiri, bagaimana Yesus telah menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa, sedangkan yang boleh berubah adalah bagaimana cara kita merayakannya.




Tidak ada komentar: