Setiap orang Kristen pada umumnya
merayakan paskah, namun hal ini tidak berarti bahwa kita mengerti apa yang
dipahami dibalik perayaan ini. Dulu waktu kecil, saya biasa merayakan paskah di
sekolah minggu, dengan jalan mencari telur-telur yang disembunyikan oleh
guru-guru SM saya. Ada kalanya saya pun merayakan paskah dengan jalan mengikuti
lomba menghias telur dengan menggunakan berbagai kertas warna. Persoalannya
adalah saya waktu kecil tidak pernah diberi tahukan mengapa saya diberi telur
saat merayakan paskah, apakah arti telur tersebut dan apakah kaitannya dengan
paskah? Saya pun yakin kalau saya tanyakan ke guru SM saya, merekapun paling
berkata “teu nyaho,” atau berkata “geus tidituna,” kalau saya tanyakan mengenai
alasan mengapa kita merayakan paskah dengan telur.
Setahu saya bahkan sampai hari
ini kita masih sering merayakan paskah dengan cara yang sama, bagaimana kita
sepulang dari gereja mendapatkan telur, biasanya telurnya adalah telur asin.
Saya pernah tanyakan kepada seseorang, mengapa kita mendapatkan telur asin saat
paskah? Dan jawabnya adalah supaya saat dimakan lebih enak. Walaupun jawaban
itu benar, namun kurang memuaskan saya, sebab yang ingin saya tanyakan adalah
apa hubungannya telur asin dengan paskah? Dan saya yakinm sampai hari ini ada
banyak orang Kristen yang juga tidak paham mengenai kaitan antara telur dan
paskah.
Untuk
mengerti tentang paskah atau hari raya Paskah, kita harus kembali ke awal mula
bagaimana perayaan ini dapat muncul. Perayaan Paskah dirayakan sejak zaman
Perjanjian Lama. Perayaan Paskah dirayakan oleh orang-orang Israel dalam PL
untuk memperingati hari dimana Allah melepaskan mereka dari perbudakan mesir. Istilah
paskah sendiri berasal dari kata “pesakh,” yang berarti melewatkan. Istilah ini
digunakan untuk membicarakan bagaimana Tuhan melewatkan rumah-rumah orang Israel,
saat tulah ke sepuluh diturunkan atas bangsa Mesir. Rumah orang-orang Israel
ini dilepaskan dari tulah kesepuluh sebab mereka telah mengoleskan darah anak
domba yang mengsimbolkan keselamatan dari Tuhan. Itulah sebabnya saat orang
Israel merayakan paskah, mereka memberikan korban persembahan kepada Tuhan
dalam bentuk anak domba. Persembahan itu mengingatkan mereka bahwa saat paskah,
karena darah anak domba itulah, mereka luput dari penghukuman Allah.
Selain memberikan korban dalam
bentuk anak domba, orang-orang Israel juga merayakan paskah dengan jalan makan
roti tidak beragi. Itulah sebabnya perayaan paskah oleh orang-orang Yahudi juga
disebut sebagai perayaan roti tidak beragi. Tradisi memakan roti yang beragi
ini mengingatkan mereka bahwa pada hari mereka dilepaskan dari perbudakan
mesir, mereka sebenarnya tidak memiliki persiapan apa-apa, mereka tidak
menyangka bahwa pada hari itu juga, Tuhan menyuruh mereka pergi meninggalkan
mesir. Itulah sebabnya mereka tidak pernah mempersiapkan roti yang sudah mengembang,
mereka membawa roti yang belum jadi, yang keras. Semua peringatan ini mereka
lakukan untuk mengingatkan mereka bahwa dalam peristiwa tersebut, manusia atau
bangsa Israel sesunggunya tidak mempunyai peran apapun. Jadi, dalam PL, Tuhan
memerintahkan supaya peringatan paskah ini dilakukan untuk memberikan kepada
mereka sebuah peringatan bahwa Allah pernah melepaskan mereka dari perbudakan
Mesir, dan tindakan Allah itu semata-mata adalah karena anugerah Allah semata.
Perayaan Paskah kemudian diberikan
arti yang baru dalam gereja mula-mula. Perayaan Paskah kemudian digunakan untuk
menjadi peringatan akan karya Allah yang membebaskan manusia dari perbudakan
dosa melalui kematian Yesus. Gereja mula-mula, karena sebagian besar diantara
mereka adalah orang-orang Yahudi, mereka biasnya merayakan paskah dalam dua
konteks. Pertama-tama mereka merayakan paskah dalam kerangka peringatan akan
karya Allah dalam PL yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan mesir,
namun di sisi yang lain mereka merayakan paskah dalam rangka mengingatkan
mereka akan karya Yesus yang telah membebaskan manusia dari perbudakan dosa.
Yesus sendiri memang mati pada
hari raya paskah. Kematian Yesus pada hari raya paskah ini dipandang oleh
gereja mula-mula bukan sebagai kebetulan namun pengggenapan dari janji Allah
dalam PL. Orang-orang Yahudi tahu bahwa dulu Allah melepaskan mereka dari
bangsa mesir dengan berbagai macam tulah, dan tulah yang dipandang paling hebat
adalah tulah kesepuh dimana anak-anak sulung orang Mesir mati, dan tulah inilah
yang kemudian membuat raja Firaun melepaskan bangsa Israel. Orang Israel dalam
peristiwa tulah itu selamat oleh karena mereka mengoleskan darah anak domba, di
tiang pintu rumah mereka. Bagi gereja mula-mula, apa yang terjadi dalam PL
merupakan gambaran dari apa yang Yesus kerjakan. Yesus itu telah menjadi
seperti anak domba yang darahnya menyelamatkan kita dari penghukuman Tuhan atas
keberdosaan manusia.
Dalam 1 Timotius 2: 5-6
dituliskan “Karena Allah itu esa dan esa
pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia
Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua
manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” Bagi gereja
mula-mula, Yesuslah sebenarnya yang menyelamatkan manusia, bukan anak domba.
Anak domba pada dasarnya adalah gambaran pribadi Yesus. Itulah sebabnya Yohanes
Pembaptis mengatakan "Lihatlah Anak
domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Dalam Yohanes 1:29. Itulah sebabnya juga, dalam gereja mula-mula
sebelum mereka merayakan paskah mereka selalu menyelenggarakan perjamuan kudus,
mengapa demikian? Sebab perjamuan kudus itu mengingatkan mereka akan
perkataan-perkataan Yesus yang terakhir mengenai makna dari kematiannya, yang
ditujukan supaya manusia beroleh keselamatan. Sekarang ini, perjamuan kudus menjelang paskah biasanya kita lakukan dalam
pada hari raya jumat agung.
Mengapa orang Kristen sering
menggunakan telur dalam paskah. Menurut tradisi kebiasaan menghias telur adalah
kebiasaan orang Mesir dan Yunani. Mereka biasanya menghias telur dan menaruhnya
di kuburuan-kuburan. Tujuan mereka menghias telur dan menaruhnya dikuburan
adalah mereka sedang menyatakan pengharapan mereka bahwa orang yang mati
tersebut satu kali akan hidup kembali. Mengapa memakai telur? Sebab orang-orang
melihat bagaimana telur ini melambangkan kehidupan, dari telur kemudian dapat
muncul ayam. Orang-orang Kristen menggunakan symbol telur tersebut untuk
memperlihatkan bahwa harapan mereka bagaimana manusia yang mati dapat kelak
dihidupkan kembali telah digenapi dalam karya Yesus. Bagaimana dalam Yesus,
manusia yang mati dalam dosanya, oleh karena ia percayakan kepada Yesus, maka
ia pasti akan dibangkitkan Allah kelak. Dibangkitkan bukan untuk dihukum, namun
dibangkitkan untuk mendapatkan hidup yang kekal. Jadi, tradisi telur paskah
pada mulanya adalah salah satu bentuk penginjilan, supaya orang-orang yang
merindukan bagaimana mereka setelah mati dapat kembali dibangkitkan, tahu dan
menyadari bahwa dalam Yesuslah mereka akan mendapatkan apa yang mereka
harapkan.
Persoalannya adalah tradisi
menghias telur ini dan menyembunyikannya, nampaknya telah bergeser dari makna
yang sebenarnya, ada banyak orang Kristen yang merayakan paskah dengan
membagikan telur tanpa mengerti apa yang disimbolkan oleh telur tersebut. Jika
kita ditanyakan kenapa kita memakai telur? Paling banter kita berkata “sudah
dari sononya.” Sekarang kita kan sudah tahu sejarahnya, jadi penggunaan telur
pada hari paskah sebenarnya merupakan bentuk sebuah pengaharpan bahwa satu kali
dalam Kristus manusia akan mendapatkan kebangkitan dari kematiannya.
Mengapa orang Kristen sering
berkata ‘Happy Easter” saat paskah? Istilah “Happy Easter” sepertinya berasal
dari perayaan orang-orang Eropa utara yang merayakan hari datangnya musim semi
yang dikaitkan dengan peringatan atau tradisi dari “dewi ester.” Di Eropa, kita
tahu mereka berhadapan dengan 4 musim yakni musim dingin, semi, panas dan
rontok. Nah, orang-orang Eropa ini dulu percaya bahwa kalaupun musim dingin
berhasil dilewati, itu karena Dewi Estre ini. Sewaktu orang-orang Kristen pada
abad ke-2 Masehi mencoba menginjili Eropa utara ini, maka mereka kemudian
menggunakan atau mengadopsi tradisi ini supaya bangsa eropa utara ini lebih
gampang memahami karya Kristus.
Bagaimana Yesus mati dan bangkit,
disejajarkan dengan bagaimana Yesus mengalahkan musim dingin yang luar biasa
menyengat dan membawa manusia kepada musim semi yang hangat. Begitulah karya
Yesus bagi manusia, Sejak itulah, orang-orang Eropa utara ini mengucapkan Happy
Easter, untuk mengingatkan mereka bagaimana Kristus telah mengubahkan hidup
mereka yang dulunya seperti musim dingin, hidup yang sangat mencekam kedalam
musim semi, hidup yang penuh dengan kehangatan.
Jika kita melihat sejarah paskah,
kita akan mengerti bahwa paskah ini digunakan untuk menginjili, untuk menolong
orang-orang mengerti karya kematian dan kebangkitan Yesus dalam “tradisi” yang
mereka telah kenali dan pahami. Metoda ini sekarang disebut dengan nama
kontekstualisasi. Kita sebenarnya juga bias merayakan paskah dengan menggunakan
bentuk-bentuk yang telah dikenal oleh masyarakat kita. Contohnya, saya pernah
melihat ada jemaat-jemaat Kristen dari suku Sunda yang merayakan paskah dengan
membuat “nasi tumpeng.” Saya pernah tanya, mengapa mereka melakukan hal ini?
Apakah hubungan antara paskah dan tumpeng? Mereka mengatakan tumpeng bagi
komunitas sunda dilakukan dalam konteks selamatan. Dengan menggunakan tumpeng,
orang sunda menyatakan harapan mereka bahwa mereka akan mendapatkan rahmat dan
naungan Tuhan. Melalui tumpeng ini, orang-orang sunda mengingat bagaimana
rahmat dan naungan Tuhan itu telah Allah berikan dalam Kristus Yesus.
Dengan demikian, kita melihat
bahwa ada yang tidak boleh berubah dalam paskah dan ada juga yang boleh
berubah. Yang tidak boleh berubah adalah pesan dari paskah itu sendiri,
bagaimana Yesus telah menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa, sedangkan
yang boleh berubah adalah bagaimana cara kita merayakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar