Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 1 Tesalonika 2:9-10
Dari kesaksian rasul Paulus, kita melihat bahwa saat Paulus memberitakan injil di Tesalonika, ia tidak mendapatkan banyak dukungan finansial baik dari jemaat yang dilayani ataupun dari jemaat lainnya. Pada saat itu, kemungkinan orang-orang yang percaya kepada Kristus berjumlah sedikit sehingga mereka mungkin kesulitan untuk menanggung kebutuhan hidup rasul Paulus. Dalam keadaan yang seperti ini, Paulus rela untuk bekerja keras untuk mencukupkan kebutuhannya sendiri supaya ia jangan menjadi beban bagi jemaat yang dilayani. Paulus juga menegaskan bahwa jemaat juga telah menyaksikan bagaimana walaupun Paulus tidak didukung secara finansial oleh jemaat Tesalonika, namun ia tetaplah sungguh-sungguh dalam melayani dan kesungguhan mereka dalam melayani nampak jelas melalui teladan hidup mereka. Paulus mengatakan bahwa ia dan rekan-rekan sepelayanannya telah hidup dalam kesalehan, keadilan dan tanpa ada cacat cela (secara moral).
Paulus menuliskan semuanya ini pastilah untuk mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa sejak awal pelayanan Paulus dan rekan-rekannya, bahkan sampai saat Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat Tesalonika, ia telah menunjukkan kemurniaan motivasi dan kesungguhan komitmennya dalam melayani Tuhan dan jemaat Tuhan. Paulus menuliskan semuanya ini pastilah untuk mengajar jemaat Tesalonika supaya mereka pun memiliki kemurniaan dan komitmen yang sama dalam mengikut dan melayani Tuhan. Kehidupan dan kesaksian hidup Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya menjadi "surat yang terbuka" bagi jemaat Tesalonika sehingga saat Paulus menyampaikan nasehatnya, jemaat pasti bisa menerimanya sebab Paulus bukan hanya berbicara/menyampaikan nasehat, namun ia mengajarkan hal-hal yang sudah dia jalani sendiri.
Kita harus belajar dari Paulus untuk memiliki hidup yang berintegritas. Ada banyak orang yang tahu mengajar, namun tidak menghidupi ajaran yang dia sampaikan. Tuhan Yesus menegur prilaku yang seperti ini dan menilai prilaku yang seperti ini sebagai sebuah kemunafikan. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk bukan hanya tahu menasehati, namun menghidupi nasehat yang kita sampaikan. Jika kita menyampaikan sebuah nasehat yang sudah kita jalani, maka nasehat kita akan jauh lebih kuat dan akan didengarkan orang lain. Itukah sebabnya, jika kita adalah orang tua, kita hendaknya jangan hanya tahu menasehati anak-anak kita untuk melakukan hal-hal yang baik, namun hendaknya orang tua menghidupi juga nasehatnya. Demikian juga jika kita adalah seorang kakak pembina rohani atau guru sekolah minggu, hendaknya kita jangan hanya tahu mengajar, namun kita tidak menghidup apa yang kita ajarkan. Mari kita belajar untuk menghidup kebenaran yang kita yakini dan ajarkan kepada orang lain; hanya dengan demikian, maka kita akan menjadi berkat dan efektif dalam pelayanan di dunia ini sebagai saksi-saksi Tuhan yang hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar