Sabtu, 12 April 2014

Bukan Diberi tetapi Memberi (1 Tesalonika 2:7-8)

Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. 1 Tesaolonika 2:7-8

Beberapa waktu yang lalu, kita telah belajar bahwa Paulus menyatakan bahwa dalam pelayanannya ia selalu menjaga motivasi yang murni; ia tidak pernah memiliki maksud-maksud tersembunyi (untuk mencari keuntungan diri sendiri) dalam melayani jemaat-jemaat Tuhan, khususnya jemaat Tesalonika. Dalam bagian Alkitab yang menjadi bacaan kita hari ini, Paulus masih membicarakan hal yang sama, namun dalam bentuk kalimat yang berbeda; Paulus menegaskan bahwa ia bukan hanya tidak pernah memiliki motivasi untuk mencari keuntungan diri sendiri, malah ia pada kenyataannya rela untuk berbagi hidupnya dengan jemaat Tesalonika; dan hal ini Paulus lakukan kerena ia begitu mengasihi jemaat Tesalonika seperti seorang ibu mengasihi anak-anaknya.

Sikap dan perhatian Paulus kepada jemaat Tesalonika sungguh luar biasa; hal ini patut diteladani bukan saja oleh orang-orang yang melayani Tuhan secara penuh waktu (para pendeta, calon pendeta, penginjil dst), namun setiap orang Kristen hendaknya memiliki "semangat" atau "jiwa" yang sama dengan Paulus dalam melihat dan melayani jemaat Tuhan. Kita  mungkin sering menganggap bahwa hubungan antara diri kita dengan gereja itu seperti hubungan seorang anggota dalam sebuah organisasi; namun Paulus mengajarkan hal yang berbeda; ia menggunakan metafora hubungan ibu dan anak untuk menggambarkan bagaimana ia melihat gereja dimana bagi Paulus gereja itu adalah jemaat yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk dirawat, diasuh dan dibesarkan; Paulus rela berkorban dan "membayar harga" supaya gereja dalam bertumbuh dan berkembang.

Sebagai pendeta, calon pendeta, penginjil dst, kita harus juga belajar untuk menjaga motivasi kita dalam melayani; situasi dan kondisi dalam pelayanan yang tidak baik dapat membuat seorang pelayanan Tuhan seolah menjadi seorang "karyawan" dalam sebuah gereja; jika hal ini terjadi, maka 'jiwa' atau 'semangat' pelayanan kita dalam gereja sudah mulai tidak sesuai dengan yang seharusnya. Jika hal ini terjadi dalam pelayanan para pendeta, penginjil dan rohaniawan Kristen, kita perlu kembali membangun "orientasi" pelayanan kita. Di sisi yang lain, setiap jemaat pun harus belajar untuk melihat gereja sebagai "keluarga" dan bukan sekedar sebagai organisasi; sebagai sebuah keluarga maka dalam gereja seharusnya "hubungan" itu didasarkan atas kasih; hubungan yang dibangun antara jemaat, antar pelayanan Tuhan dan antara rohaniwan dan pengurus gereja, haruslah dasarnya adalah kasih. Jika kasih yang mendasari hubungan-hubungan jemaat dalam gereja, maka disana kita akan melihat adanya kesatuan dan persaudaraan yang indah yang akan menjadi kesaksian yang hidup bagi orang-orang yang belum ada dalam Kristus.

Tidak ada komentar: