Selasa, 01 April 2014

Bukti dari Pemilihan (1 tesalonika 1:3-4)

Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita. Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu. 1 Tesalonika 1:3-4

Paulus menyebut jemaat Tesalonika sebagai jemaat yang dipilih Allah. Gagasan mengenai pemilihan Allah bukanlah ajaran yang mudah untuk dipahami dan diterima; meskipun demikian, ajaran ini adalah ajaran Alkitab. Paulus sendiri berkata bahwa jemaat Tesalonika adalah jemaat yang telah dipilih oleh Allah; itulah sebabnya orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh mau berpegang pada ajaran Alkitan tidak bisa menolak ajaran mengenai pemilihan Allah.

Tahu dari manakah bahwa jemaat Tesalonika adalah jemaat yang dipilih Allah? Paulus mengetahui hal tersebut dari realitas hidupj jemaat Tesalonika yang menjadi saksi/bukti nyata dari siapa diri mereka sekarang setelah mereka dalam Kristus. Kehidupan jemaat Tesalonika yang Paulus katakan bertumbuh baik dalam buah-buah iman mereka, dalam kasih dan pengharapan merupakan sebuah kenyataan yang mengindikasikan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menerima keselamatan atau menjadi orang-orang pilihan. Jadi, menjadi orang-orang pilihan bukanlah hal yang abstrak; ada bukti-bukti yang harus dapat dilihat dan dirasakan dari orang-orang yang menerima keselamatan; dan bukti-bukti tersebut bukan hanya bisa dirasakan secara pribadi oleh orang tersebut, namun hal tersebut juga bisa dirasakan dan dilihat oleh orang lain.

Apa yang Rasul Paulus bicarakan ini mengingatkan kita untuk berani dengan jujur melihat diri sendiri supaya kita dapat mengidentifikasi diri kita dengan lebih baik. Kita jangan sampai menjadi orang Kristen yang rasa yakin diselamatkan, namun realitanya tidak demikian. Seseorang bisa saja merasa bahwa dirinya adalah umat Tuhan, namun kesejatiaan umat Tuhan tidaklah sekedar ditentukan oleh perasaan diri kita, namun oleh kenyataan hidup dari proses pembaharuan karakter dan diri yang bisa dilihat baik oleh kita maupun oleh orang lain. Itulah sebabnya, kita perlu menilai diri kita dengan benar; kita perlu bertanya apakah kita benar-benar melihat ada hal-hal yang berubah dalam diri kita? Bagaimana dengan sikap kita terhadap Tuhan, apakah ada hal yang bertumbuh disana? Bagaimana dengan kebiasaan-kebiasaan buruk kita, apakah ada perubahan yang kita bisa lihat disana? Bagaimana dengan penguasaan diri kita, apakah ada pertumbuhan disana? Bagaimana dengan sikap kita terhadap orang lain, apakah ada pertumbuhan juga disana. Selain itu kita juga bisa bertanya kepada diri kita, apakah menurut anda, orang lain merasa bahwa diri anda atau kehadiran anda membawa berkat bagi mereka ataukah diri anda dan kehadiran anda tidak pernah diinginkan oleh mereka. Jika diri dan kehadiran kita tidak diinginkan oleh orang-orang disekitar kita karena hidup kita yang tidak menjadi berkat bagi mereka; itu berarti masih ada yang tidak beres dengan diri kita; apakah ada perubahan dalam hidup kita dalam hal tersebut  (hal-hal yang jadi batu sandungan) yang dilihat oleh orang-orang disekitar kita? 


Tidak ada komentar: