Kamis, 27 Maret 2014

Untuk Siapa dan Bagi Siapa Kita Hidup (Galatia 6:13-14)

Sebab mereka yang menyunatkan dirinyapun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah. Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Galatia 6:13-14

Paulus menegaskan bahwa para guru palsu di Galatia walaupun mereka seolah-olah mentaati hukum Tuhan dengan meminta bahkan memaksakan jemaat Galatia untuk disunatkan, namun mereka sebenarnya tidak memelihara hukum Tuhan. Mengapa demikian? Sebab tuntutan sunat yang mereka minta sebenarnya bukanlah perintah Tuhan; Tuhan memerintahkan hukum sunat bagi orang-orang Yahudi tujuannya bukanlah sebagai syarat masuk untuk menjadi umat Allah namun sebagai tanda/identitas dari orang Yahudi sebagai keturunan Abraham; namun tanda/identitas ini bukanlah syarat masuk untuk jadi umat Allah dan tanda serta identitas ini tidak ditujukan bagi orang-orang yang lahir diluar orang Yahudi. Itulah sebabnya bagi Paulus, para guru palsu tersebut pada akhirnya memaksakan sunat kepada jemaat Galatia karena mereka menjadikan "masukknya jemaat Galatia" kedalam agama Yahudi sebagai kemegahan atas hal yang lahiriah.

Berbeda dengan guru palsu di Galatia, Paulus tidak ingin bermegah untuk hal-hal lahiriah yang sama sekali tidak diperintahkan Tuhan yakni menjadikan orang lain sebagai orang Yahudi, namun ia hanya mau bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus. Paulus ingin mengerjakan apa yang diperitahkan Tuhan walaupun hal tersebut akan membuat dia dimusuhi bahkan dianiaya oleh kaum sebangsanya sendiri; namun bagi Paulus itulah "salib" yang harus dia pikul dan dia rela serta bangga jika Tuhan mempercayakan salib itu kepadanya. Paulus tahu betul bahwa oleh kematian (salib Kristus), dosa telah dimatikan dalam diri Paulus, itulah sebabnya Paulus sebagai tidak lagi hidup bagi dunia (bagi dosa), namun hidup bagi Tuhan. Itulah sebabnya, bagi Paulus, panggilan utama dirinya bukanlah untuk hidup bagi dirinya sendiri ataupun hidup mencari kebanggaan bagi sukunya atau bangsanya, namun hidup hanya bagi Kristus dan mentaati perintah Kristus walaupun hal tersebut akan membuatnya menderita.

Kita harus belajar dari Paulus dalam memandang kehidupan kita sekarang setelah kita ada dalam Tuhan. Pertama, kita harus belajar bahwa hidup yang kita miliki sekarang adalah hidup yang sudah menjadi milik Kristus dan hidup yang didedikasikan untuk Kristus. Kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri; itulah sebabnya penting sekali kita selalu bertanya kepada Tuhan dan diri kita sendiri, apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita; apakah pekerjaan yang kita sekarang jalani adalah sesuai dengan kehendak Tuhan, apakah hubungan pribadi yang saya jalani dengan pacar saya sekarang adalah hubungan yang dikehendaki Tuhan, apakah sikap saya terhadap teman atau keluarga saya adalah seperti yang Tuhan kehendaki; pertanyaan-pertanyaan seperti itu haruslah terus kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Kedua, kita pun harus belajar untuk memandang kesulitan bahkan penderitaan yang harus kita alami atau jalani saat setia kepada Tuhan bukan sebagai beban, namun sebagai kebanggan; jika Tuhan berkenan memakai diri kita dan jika diri kita harus berkorban sesuatu untuk pekerjaan Tuhan, hal ini bukalah beban namun kehormatan bagi kita; mungkinkah kita bisa melakukan hal yang demikian? bisa jika yang menjadi pusat dalam hidup kita adalah Tuhan dan bukan diri kita sendiri.

Tidak ada komentar: