Sewaktu Paulus berkata bahwa bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, hal ini bukan berarti Paulus merendahkan ritual sunat sebagai pemberiaan identitas bagi anak-anak Yahudi. Yang Paulus maksudkan adalah menjadi orang bersunat ataupun tidak (menjadi Yahudi ataupun bukan Yahudi) bukanlah hal yang utama lagi. Jika Paulus sebelumnya pernah menjadi seorang yang begitu menyanjung tinggi keyahudiaan, maka dalam Kristus, ia sekarang mengerti bahwa keyahudian bukanlah hal yang utama dan tidaklah menjadikan dirinya lebih baik dari yang lain.
Menarik sekali bagaimana Paulus mengalami proses pembaharuan bukan hanya dalam memandang orang lain, namun juga dalam memandang dirinya. Kita tahu bahwa manusia cenderung untuk berlebihan atau berkekurangan dalam memandang dirinya dan diri orang lain. Sebagian orang terlalu berlebihan dalam memandang orang lain dan berkekurangan dalam memandang diri sendiri; jika hal ini terjadi, kita akan menjadi seorang yang minder. Di sisi yang lain, sebagian orang Kristen terlalu berlebih dalam memandang diri sendiri dan kurang dalam memandang orang lan, akibatnya kita jadi sombong. Kita seharusnya belajar dari Paulus untuk dapat mendang diri sendiri dengan tapat; caranya adalah dengan melihat siapa diri kita dari kaca mata Kristus.
Disisi yang lain, Paulus juga mengajarkan kita untuk menjadikan keberadaan seseorang dalam Kristus sebagai hal yang utama bahkan terpenting. Dengan kata lain, walaupun seseorang memiliki kesukuan yang dipandang istimewa oleh masyarakatnya seperti halnya Paulus, namun jika ia tidak ada dalam Kristus, sungguh malang orang tersebut sebab ia aka binasa walaupun punya status sosial yang istimewa. Hal yang sama berlaku dengan orang yang memiliki kekayaan yang banyak, kecerdasan yang luar biasa, pengalaman hidup yang banyak, dst, walaupun semuanya itu dipandang penting oleh manusia dan dapat membuat seseorang dihormati oleh orang lain, namun jika kita tidak ada dalam Kristus, sungguh malang nasib kita.
Hal inilah yang menyebabkan Paulus berani berkata bahwa dibandingkan dengan apa yang dia dapatkan saat ada dalam Kristus, semua yang dulunya ia punya yang menjadi kebanggaan bagi manusia tidaklah senilai atau tidaklah sebanding. Jika apa yang manusia dapatkan saat ada dalam Kristus dapat digambarkan sebagai emas yang murni, maka semua kebanggaan manusiawi itu saat dibandingkan dengan keberadaan seseorang dalam Kristus. Setara dengan sampah. Artinya, semua hal tersebut tidaklah sebanding.
Itulah sebabnya jika kita sudah ada dalam Kristus, kita harusnya bangga dan bisa bersyukur kepada Tuhan walaupun ada banyak hal-hal lahiriah yanga tidak memuaskan kita. Mengapa demikian? Sebab apa yang paling bernilai dan berharga sudah kita dapatkan. Itulah sebabnya marilah kita hari ini belajar bersyukur pada Tuhan dalam segala keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar