Minggu, 23 Februari 2014

Merdeka Untuk Melayani (Galatia 5:1)

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (Galatia 5:1)

Setelah cukup banyak berbicara mengenai peran dari Taurat dalam sejarah keselamatan dan prinsip iman dalam karya pembenaran yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan umat-Nya, sekarang Paulus berbicara mengenai aspek-aspek praktis yang menjadi pergumulan nyata dari jemaat Galatia. Hal pertama yang Paulus ingin ajarkan kepada jemaat Galatia adalah mengenai tujuan Kristus memerdekakan/melepaskan kita; tujuannya tiada lain adalah supaya kita lepas dari berbagai hal yang memperhamba kita. Hal-hal yang dapat memperhamba kita adalah dosa, tradisi manusia ataupun hal-hal lainnya. Saat manusia mencoba untuk mengikuti cara-caranya sendiri untuk mendapatkan keselamatan, maka manusia secara tidak sadar telah diperbudak oleh hal tersebut sebab tidak ada satupun cara manusia yang dapat benar-benar melepaskan manusia dari persoalan dosa yang memperbudak kita, dan akibatnya saat manusia terus menerus menggunakan cara tersebut, maka ia tidak akan pernah dipuaskan dengannya/tidak akan pernah benar-benar mendapatkan jawaban dari apa yang dicarinya (keselamatan).

Sebagai contoh, saat kita menjadikan perbuatan baik sebagai syarat bagi keselamatan kita, maka kita akan terus berjuang untuk memiliki perbuatan baik yang sebanyak-banyaknya; namun saat perbuatan baik yang kita upayakan tidak dapat memenuhi tuntutan yang Tuhan tetapkan maka tuntutan perbuatan baik itu kemudian akan memperbudak diri kita dan membawa kita pada kondisi frustasi karena berhadapan dengan kenyataan bahwa kita tidak mampu melakukannya dan memenuhinya. Jadi, hal yan baik pun dapat menjadi memperbudak kita dan membawa kita pada rasa fristasi saat hal itu dijadikan sebagai syarat keselamatan.Sebaliknya, jika perbuatan baik kita lakukan bukan sebagai syarat dari keselamatan, namun buah atau akibat dari keselamatan, maka perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan bukanlah menjadi sebuah target percapaian namun menjadi produk dari keselamatan kita; dalam konteks ini, perbuatan baik yang kita miliki tidak harus sempurna, namun akan terus semakin banyak dan berkualitas seiring dengan proses pertumbuhan kita. 

Sewaktu Paulus berkata bahwa Kristus melepaskan kita dari dosa supaya kita benar-benar merdeka, hal ini tidak berarti bahwa kita dilepaskan dari dosa supaya menjadi manusia yang boleh berbuat semau diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab kemerdekaan yang sejati bukanlah kemerdekaan yang boleh melakukan segala sesuatu, namun kemerdekaan untuk hidup bagi Tuhan. Manusia bukanlah mahluk yang netral, namun mahluk yang terikat. Jika kita terikat dengan dosa, maka kita akan hidup melawan Allah; sebaliknya jika kita lepas dari dosa, maka kita otomatis akan hidup bagi Tuhan. Itulah sebabnya saat kita dilepaskan dari perbudakan dosa dan dijadikan sebagai orang yang merdeka, maka konsekuensi yang ada pada kita sekarang adalah kita harus hidup bagi Tuhan.

Bagaimanakah hidup bagi Tuhan itu? Secara sederhana, hidup bagi Tuhan itu adalah menjadikan diri kita sepenuhnya milik Tuhan; dengan kata lain hidup bagi Tuhan itu adalah menjadikan Tuhan sebagai pusat dari hidup kita. Saat kita mau hidup bagi Tuhan, maka "tahta hidup kita" haruslah ditempati oleh Tuhan; dengan demikian bagi orang yang hidup bagi Tuhan, baik itu masa depan, ambisi, harta, keluarga, dst bukanlah hal yang utama lagi. Dalam hidupnya ia tidak menjadikan semua hal-hal tersebut sebagai hal-hal yang paling utama, namun semuanya itu dilihat sebagai alat/sarana untuk melayani Tuhan.

Tidak ada komentar: