Sabtu, 22 Februari 2014

Menjadi Anak-Anak Perjanjian (Galatia 4:30-31)

Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu." Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Galatia 4:30-31

Teks ini merupakan bagian dari kutipan PL mengenai kisah Sarah dan Hagar yang Paulus gunakan untuk membedakan antara dua pola/model dari bagaimana seseorang menjadi umat Allah. Hagar dan keturunannya muncul karena Abraham berusaha untuk mendapatkan apa yang Allah janjika melalui usahanya sendiri; sedangkan Sarah dan keturunannya adalah model dari penggenapan janji Allah pada Abraham yang didasarkan atas iman. Dalam teks diatas diperlihatkan bahwa apa yang manusia usahakan diluar jalan yang Allah tetapkan dalam rangka mendapatkan janji Allah tidaklah mendapat tempat ikatan perjanjian dengan Tuhan; itulah sebabnya kitab suci menceritakan bagaimana akhirnya Hagar dan anaknya harus keluar dari rumah/keluarga Abraham. Dari gambaran tersebut, Paulus ingin mengingatkan jemaat Galatia bahwa jika mereka masih mencoba untuk mendapatkan janji Allah (menjadi keturunan Abraham) dengan cara disunatkan/diproselitkan dan menjadi seorang Yahudi, maka mereka akan menjadi seperti Hagar dan keturunannya yang tidak akan mendapatkan tempat dalam komunitas umat Tuhan; namun Paulus berharap supaya jemaat Galatia tidak sampai melakukan hal tersebut; itulah sebabnya Paulus mengingatkan kembali mereka bahwa mereka itu bukanlah seperti anak-anak Hagar tetapi seperti anak-anak Sarah yang menjadi umat Tuhan semata-mata karena iman kepada Tuhan.

Banyak orang Kristen memandang bahwa iman saja tidaklah cukup untuk membuat seseorang menjadi umat Tuhan; mereka cenderung ingin menambahkan hal-hal lainnya entah itu ketaatan pada aturan agama ataupun perbuatan-perbuatan baik lainnya. Kita sebenarnya harus membedakan antara bagaimana seseorang menjadi umat Tuhan, bagaimana seseorang memeliharakan statusnya sebagai umat Tuhan dan bagaimana seseorang kelak akan dihakimi oleh Tuhan. Dalam konteks masuknya seseorang menjadi umat Tuhan, kita semata-mata menjadi umat Tuhan karena iman; dalam konteks memeliharakan status kita sebagai umat Tuhan, kita membutuhkan baik anugerah Tuhan maupun kesungguhan dan ketekunan kita dalam menjalani proses pembentukan diri kita sebagai umat Tuhan (proses ini disebut sebagai "penyucian") dan dalam konteks hari penghakiman, kita harus tahu bahwa kita pada akhirnya akan dilihat berdasarkan buah-buah pertobatan kita; pertobatan yang benar selalu menghasilkan sesatu, dan hal itu adalah perbuatan-perbuatan baik yang menyenangkan hati Tuhan.

Dalam menjalani kehidupan sebagai orang percaya, kita harus terus menerus bergatung pada anugerah Tuhan. Di sisi yang lain, kita pun harus terus bertekun dengan apa yang harus kita jalani sebagai umat Tuhan yakni ketaatan pada perintah Tuhan; kedua hal ini tidaklah bertentangan, namun keduanya merupakan satu kesatuan; seseorang yang sungguh-sungguh beriman pada Tuhan pastilah akan taat pada Tuhan; sebaliknya seseorang yang taat pada Tuhan pastilah hal tersebut karena imannya kepada Tuhan. Itulah sebabnya menjadi anak-anak perjanjian adalah sebuah anugerah yang melibatkan konsekuensi dalamnya; karena anugerah Tuhan-lah kita menjadi anak-anak perjanjian, dan anugerah Tuhan itulah juga yang memampukan kita untuk mencapai tujuan dari panggilan kita menjadi anak-anak perjanjian yakni hidup dalam ketaatan pada Tuhan. 

Tidak ada komentar: