Rabu, 19 Februari 2014

Dalam Keadaan Hina (Galatia 4:27-28)

Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami." Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. Galatia 4:27-28

Paulus mengutip perkataan nabi Yesaya untuk menegaskan bahwa orang-orang Kristen adalah penggenapan dari nubuatan dari nabi Yesaya. Nabi Yesaya berbicara kepada bangsa Israel yang dibuang Tuhan dengan memberikan kepada mereka pengharapan; bangsa Israel yang dihukum Tuhan digambarkan sebagai seorang perempuan mandul seperti halnya Sara istri Abraham; meskipun demikian kepada bangsa Israel yang dalam keadaan terhina tersebut, Tuhan telah memberika janjinya bahwa Tuhan akan kembali mengangkat mereka. Paulus sepertinya ingin menyoroti aspek janji Allah yang menjadi dasar dari pengaharapan bangsa Israel dan bukan hal-hal lainnya (misalnya saja identitas mereka sebagai umat Allah); seperti halnya dengan perempuan mandul yang hidup tanpa memiliki suatu kebanggaan apapun, demikianlah manusia dihadapan Tuhan. Jadi, jika kemudian bangsa Israel mendapatkan pemulihan dari Tuhan, itu terjadi karena janji/anugerah Tuhan, dan bukan karena keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh bangsa Israel.

Prinsip yang sama Paulus lihat berlaku dengan panggilan bangsa-bangsa bukan Yahudi; mereka mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan karena janji Tuhan yang mereka terima dan bukan karena identitas mereka. Seperti halnya dengan perempuan mandul yang dalam keadaan terhina, demikianlah baik bangsa Israel maupun bangsa non-Israel dihadapan Tuhan; jika seorang menjadikan dirinya Yahudi dengan tujuan ia dapat diterima sebagai umat Allah, maka orang tersebut akan mengalami kekecewaan sebab orang-orang Yahudi pun tidak beda dengan mereka yang pada dasarnya sama-sama orang berdosa; dengan kata lain identitas Yahudi tidaklah membuat mereka memiliki kekhususan tertentu dihadapan Tuhan. Satu-satunya hal yang membuat seseorang jadi umat Allah atau menjadi ahli-ahli waris janji Allah adalah jika seseorang ada dalam Kristus atau percaya kepada Kristus.

Itulah sebabnya, bagi Paulus, sungguh bodoh jika orang-orang Kristen di Galatia kemudian mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak akan membawa mereka kepada Tuhan. Paulus sudah memiliki apa yang dikejar oleh jemaat Galatia yakni status sebagai bangsa Yahudi, namun Paulus tidak menemukan bahwa status sebagai bangsa Yahudi membawanya kepada hubungan yang benar dengan Tuhan; dosa membuat Paulus malah melawan Tuhan. Inilah inti dari berita injil bahwa kita perlu percaya/beriman kepada Kristus; kita harus keluar dari "zona hidup yang berpusat pada diri sendiri," dan mulai menjadi orang yang "berpusatkan pada Tuhan." Alasan satu-satunya yang membuat seseorang tidak mau menerima bahwa seseorang diselamatkan hanya dengan iman adalah karena orang tersebut merasa bahwa dirinya perlu ambil bagian dalam keselamatan hidupnya; dengan kata lain orang tersebut ingin supaya dirinyalah yang menjadi juru selamat dan bukan Tuhan. Dari semula inilah hakekat dari dosa dimana manusia tidak ingin Tuhan jadi "pusat hidupnya," manusia ingin dirinyalah yang jadi "pusat hidup," "juru selamat," dan "tuhan atas dirinya sendiri." Selama kita berpusatkan pada diri sendiri, kita tidak akan pernah bisa menerima bahwa kita adalah orang-orang yang tanpa harapan yang membutuhkan anugerah Tuhan untuk keselamatan dan perjalanan hidup kita setiap harinya dalam mengikut Tuhan. 

Tidak ada komentar: