Senin, 10 Februari 2014

Menjadikan Orang Lain Pengikut (Galatia 4:17)

"Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya dengan giat kamu mengikuti mereka. Galatia 4:17

Dari apa yang Paulus sampaikan kita melihat bahwa pengajar-pengajar palsu dengan sangat giat mencoba untuk menarik atau menjadikan jemaat Galatia sebagai pengikut mereka. Meskipun demikian Paulus hendak mengingatkan jemaat Galatia bahwa motivasi dari guru-guru palsu itu adalah tidak murni bahkan jahat. Mereka begitu giat dalam mengajak jemaat Galatia supaya jemaat akhirnya bukan hanya jadi pengikut mereka, namun supaya mereka mendapatkan sokongan tertentu dari jemaat Galatia. Guru-guru palsu itu menjadikan jemaat Galatia bukan sebagai pengikut Kristus, namun sebagai pengikut diri mereka sendiri; inilah yang dimaksudkan Paulus sewaktu ia berkata bahwa para guru palsu ini berinat untuk mengucilkan mereka; maksudnya mengucilkan/memisahkan mereka dari Kristus.

Jika kita memikirkan mengenai perilaku dari guru-guru palsu ini, kita seharusnya teringat dengan kelemahan yang sama yang bisa ada dalam diri semua orang Kristen dimana kita sering kali mengajak orang bukan untuk menjadi pengikut Kristus, namun untuk menjadi pengikut dan pendukung kita. Hal ini adalah salah; itulah sebabnya penting sekali bagi kita untuk mendorong orang-orang yang kita layani (misalnya adik-adik rohani kita) untuk bergantung pada Tuhan dan bukan pada kita. Selain itu, motivasi yang murni dan tulus dalam membimbing sesama orang percaya juga harus terus kita tanamkan dalam diri kita. Kita hendaknya jangan ingin mengambil keuntungan tertentu dari orang-orang yang kita layani dan bimbing termasuk dalamnya adalah 'dukungan pengaruh.' Kita mungkin tidak mengharapkan orang-orang yang kita bimbing memberikan dukungan finansial atau material, namun kita sering mengharapkan orang-orang yang kita bimbing akan menjadi "pendukung-pendukung" kita dalam pelayanan.

Saya menjadi teringat dengan persoalan "favoritisme" dalam gereja; persoalan ini selalu muncul karena masalah motivasi yang tidak murni. Dalam pelayanan sekalipun kita cenderung senang untuk difavoritkan dan senang untuk mencari orang-orang yang akan memfavoritkan/mendukung diri kita. Persoalan akan muncul ketika jemaat kemudian terpecah belah karena favoritisme. Seorang teman sepelayanan saya pernah berkata bahwa jemaat itu memilili "hamba Tuhannya sendiri." Jika sebagai jemaat kita bersikap seperti ini; kita memfavoritkan orang-orang tertentu dan menjadi orang-orang lain sebagai hamba Tuhan yang 'kurang penting,' kita telah jatuh dalam menciptakan sebuah kondisi gereja yang tidak sehat. Itulah sebabnya baik para hamba Tuhan (pendeta dan penginjil) maupun jemaat hendaknya memahami bahwa hanya Tuhanlah yang menjadi kepala dari Gereja; baik jemaat maupun para hamba Tuhan adalah pelayan-pelayan Tuhan, mereka tidak boleh diutamakan dan disembah, yang harus kita lihat dan utamakan adalah Tuhan sendiri.

Tidak ada komentar: