"Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." Galatia 4:19
Paulus benar-benar mengasihi jemaat Galatia. Hal ini terlihat dari ungkapan diatas; bagaimana Paulus menyebut jemaat Galatia sebagai anak-anaknya menunjukkan bahwa bagi Paulus jemaat Galatia adalah orang-orang yang begitu ia kasihi dan mereka dipandang begitu berharga bagi Paulus. Paulus memiliki perasaan yang demikian terhadap jemaat Galatia sebab ia menyadari bahwa jemaat Galatia, dalam segala kekurangannya, adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada Paulus untuk dipelihara dan dilayani. Itulah sebabnya ketika Paulus melihat jemaat Galatia mulai menjauh dari ajaran yang benar, Paulus mengalami kesedihan dan dukacita yang mendalam; perasaan Paulus tersebut diungkapkan dengan menggambarkan dirinya seperti orang yang sedang sakit bersalin.
Sikap Paulus terhadap jemaat yang dia layani sungguh patut diteladani oleh setiap orang percaya bagi itu para pendeta, penginjil, pengurus gereja ataupun jemaat. Ada banyak orang Kristen yang memandang gereja tanpa kasih; itulah yang menyebabkan ketika seseorang kecewa dengan gereja, mereka begitu gampang meninggalkan gereja. Tentu ada alasan-alasan tertentu yang dapat dimengerti dari pilihan seseorang saat ia meninggalkan suatu gereja, namun kebanyakan kita meninggalkan gereja sebab kita tidak memandang gereja seperti keluarga kita sendiri. Seperti halnya dalam keluarga, kita tidak mungkin meninggalkan mereka dengan mudah sekedar karena kekurangan-kekurangan tertentu, demikianlah orang yang mengasihi dan melihat gereja seperti keluarganya tidak akan gampang meninggalkan gereja dimana Tuhan telah tempatkan orang tersebut.
Hal kedua yang indah dari apa yang Paulus ajarkan adalah alasan mengapa Paulus begitu sedih dan berdukacita dengan jemaat Galatia yakni mereka telah menjauh dari tujuan keselamatan mereka yakni menyerupai Kristus. Menyerupai Kristus adalah panggilan sekaligus tujuan dari keselamatan kita dan menyerupai Kristus berarti kita dibentuk menjadi orang-orang percaya dengan karakter yang dimiliki oleh Kristus yakni karakter moral yang ilahi. Selama Yesus ada dalam dunia, Ia telah menunjukkan bagaimana ia mengasihi dan bisa menerima orang-orang bukan Yahudi apa adanya; itulah sebabnya bagi Paulus jemaat Galatia telah mengambil sikap yang salah saat mereka mencoba untuk menjadikan diri mereka orang Yahudi setelah mereka diselamatkan; bukan hanya itu, mereka nampaknya berada dalam bahaya sebab mereka mulai ikut-ikutan orang Yahudi yang cenderung untuk memisahkan diri mereka dari bangsa bukan Yahudi karena mereka menganggap bangsa bukan Yahudi sebagai kumpulan orang berdosa. Bagi Paulus hal ini berlawanan dengan karakter Kristus dan hal inilah yang menyebabkan Paulus begitu sedih dan berdukacita.
Menyerupai/meneladani Kristus dalam hal karakter moral adalah panggilan setiap orang percaya. Kristus adalah pribadi yang merupakan "gambar dan rupa Allah" yang sejati, artinya dalam Kristuslah kita dapat melihat bagaimana manusia sebagai gambar dan rupa Allah seharusnya bersikap baik terhadap Allah dan sesama. Sama seperti Kristus menjadikan ketaatan kepada Allah sebagai hal yang utama, kita pun seharusnya belajar hal yang sama. Taman Getsemani adalah bukti nyata dari ketaatan Kristus yang total kepada Tuhan, dan kita pun dalam hidup juga akan mengalami banyak cobaan "getsemani" juga, dan saat kita mengalami hal tersebut, maka ketaatan pada Tuhan haruslah jadi pilihan kita. Kristus juga adalah pribadi yang tidak memandang orang sebagai pendosa sekedar karena keberdosaan mereka; bagi Kristus pendosa sejati bukanlah sekedar orang yang jatuh dalam perbuatan-perbuatan jahat, namun orang-orang yang menolak dan menyingkirkan Tuhan dalam hidupnya; prinsip yang sama haruslah jadi pengangan orang percaya. Kita haruslah melihat orang-orang yang berdosa dengan kaca mata kasih; kita perlu mendoakan mereka supaya mengenal jalan keselamatan. Apakah karakter Kristus benar-benar menjadi karakter kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar