Sabtu, 01 Februari 2014

Dipanggil Menjadi Anak-Anak Allah (Galatia 3:23-26)

Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.  Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.  Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. 
Galatia 3:23-26

Dalam konteks keselamatan, hukum Taurat berfungsi sebagai "penuntun" sampai Kristus datang. Istilah "penuntun" digunakan untuk mengambarkan seorang "pendamping" yang biasa dihadirkan untuk mendampingi dan mengajar seorang anak sampai ia menjadi dewasa. Istilah "penuntun" digunakan Paulus untuk menegaskan fungsi yang sementara dari hukum taurat sebagai penjaga dari bangsa Israel sampai satu kali ketika waktunya tiba, maka peran penuntun itu tidak lagi dibutuhkan. Taurat berperan sebagai "penunjuk" bagi kesemalatan sampai Kristus datang; oleh karena Kristus sudah datang maka fungsi dari Taurat sebagai "penuntun" sudah tidak ada lagi. Meskipun demikian, kita harus waspada sebab dalam konteks etika/moralitas; hukum-hukum Tuhan (termasuk hukum-hukum dalam PL) masih berlaku; yang dikatakan tidak lagi berlaku adalah perannya sebagai "penuntun" dalam konteks keselamatan.

Dalam Kristus, Paulus menegaskan, kita menjadi anak-anak Allah. Paulus mengidentifikasikan semua orang percaya baik orang-orang Yahudi maupun bukan Yahudi sebagai anak-anak Allah. Istilah ini sebenarnya juga digunakan untuk dalam konteks posisi orang percaya sebagai umat Allah ataupun orang percaya sebagai orang-orang yang dikasihi Allah (anggota keluarga Allah). Sebagai umat Allah, maka semua orang-orang percaya dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan; artinya hidup kita seluruhnya menjadi kepunyaan Tuhan; di sisi yang lain, sebagai anak-anak Allah (anggota keluarga Allah), kita sekarang memiliki hubungan yang baru dengan Allah, dimana ia menjadi Bapa kita dan kita menjadi anak-anak yang dikasihinya. Semua hal ini didapatkan oleh orang-orang percaya karena iman mereka kepada Kristus.

Orang-orang percaya haruslah menjaga status dan identitas dirinya sebagai anak-anak Allah. Bagaimanakah kita dapat menjaga baik status maupun diri kita? Tentu bukan dengan mengembangkan sebuah perilaku lahiriah tertentu yang sebenarnya bisa menjadi semacam kemunafikan rohani dalam diri kita; yang harus kita lakukan adalah membangun integritas hidup kita. Kita harus memperbaiki apa yang ada dalam diri kita yakni hati dan pikiran kita sehingga apa yang keluar dari diri kita adalah apa yang ada dalam diri kita. Namun bagaimana hal itu bisa terjadi? Itulah sebabnya kita membutuhkan yang namanya "pembaharuan watak dan akal budi." Namun bagaimana caranya kita bisa mengalami hal tersebut? Ada dua kuncinya yakni (i) jangan biarkan dunia dan dosa terus mempengaruhi diri kita; tinggalkan dan lawan dosa terus dalam hidup kita; (ii) bertumbuhlah dalam firman Tuhan; kita membutuhkan baik relasi maupun komunitasi yang hidup dengan Tuhan; dan doa serta belajar firman Tuhan adalah sarananya.

Tidak ada komentar: