Jumat, 31 Januari 2014

Supaya Kita Beriman (Galatia 3:20-22)

Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.  Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya. 
Galattia 3:20-22

Sebagaimana kita bahas sebelumnya, Paulus kembali menegaskan bahwa tidak ada pertentangan antara hukum Taurat dengan Anugerah Allah yang dinyatakan melalui janji-janji-Nya. Meskipun demikian, kita harus memahami dengan benar dan jelas bahwa hukum Taurat memiliki fungsi dan peran yang berbeda dari janji-janji/anugerah Allah dalam keselamatan manusia. Peran dan fungsi dari hukum taurat bukanlah dalam rangka memberikan kepada manusia jalan keselamatan, namun menyadarkan manusia akan keberdosaan dirinya sehingga mereka bersandar pada anugerah Allah dan percaya kepada Kristus. Dengan demikian, kunci utama bagi keselamatan seseorang terletak terutama pada iman mereka pada Kristus.

Apakah itu iman? Martin Luther mengaitkan iman dengan kerendahan hati; maksudnya iman adalah kesadaran manusia akan keberdosaannya yang begitu serius sehingga ia sadar bahwa dirinya tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri dan bergantung sepenuhnya pada anuegrah Tuhan. Apa yang Luther ajarkan ada benarnya bahwa iman adalah penyerahan diri seseorang kepada Tuhan; namun penyerahan diri ini haruslah didasarkan atas kesadaran diri sebagai orang berdosa yang tanpa pengharapan. Kesadaran diri sebagai orang berdosa yang tanpa pengharapan ini penting untuk dimiliki oleh seseorang sebab tanpanya kita tidak mungkin benar-benar memahami bahwa dirinya benar-benar butuh anugerah Allah dan butuh diselamatkan.

Merasa diri benar adalah lawan dari kerendahan hati yang merupakan ciri/karakter dari iman yang sejati. Tuhan Yesus sendiri sering mengkritik orang-orang yang merasa dirinya benar dan sebaliknya Yesus selalu mengingatkan bahwa anugerah Allah diberikan kepada orang-orang yang hancur hati; yang tahu benar bahwa dirinya orang berdosa yang tanpa pengharapan sehingga ia benar-benar membutuhkan anugerah Tuhan dalam hidupnya. Oleh karena pengalaman keselamatan juga melibatkan proses dimana kita disadarkan akan betapa berdosanya kita, maka janganlah kita terkejut jika dalam perjalanan iman kita, Tuhan terkadang ijinkan kita untuk jatuh bangun dalam dosa. Pengalaman tersebut menyadarkan kita bahwa pembaharuan hidup kita tidaklah bergantung semata-mata pada kekuatan diri kita sendiri, namun pada anugerah Tuhan.

Jika kita sekarang merasa diri sebagai orang yang baik-baik saja dan tidak lagi bergumul dengan dosa, kita mesti berhati-hati. Mengapa demikian? sebab bisa saja kita sekarang sedang berubah menjadi orang yang merasa diri benar atau mulai lupa dengan segala kerapuhan dan kelemahan diri kita; berhati-hatilah supaya kita jangan berubah menjadi orang yang kemudian menganggap dirinya tidak lagi membutuhkan anugerah Tuhan. Sebaliknya, jika sampai hari ini kita masih bergumul dengan kondisi kita yang sangat lemah dan rentan dengan dosa; maka arahkanlah hidup kita selalu pada Tuhan dan mintalah kekuatan dari Tuhan setiap harinya dan mintalah ampun dengan sungguh-sungguh untuk setiap dosa yang masih terus mengganggu hidup kita. Seperti yang Yesus katakan "berbahagialah mereka yang berduka cita, karena mereka akan dihiburkan," itulah sebabnya datanglah kepada Tuhan dengan hancur hati, sesali dosa dan mintalah ampun dan kemurahan akan diberikan bagi kita. 

Tidak ada komentar: