Saudara-saudara, baiklah kupergunakan suatu contoh dari hidup sehari-hari. Suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorangpun. Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya. Galatia 3:15-16
Paulus membandingkan antara dua sistem yang berbeda yakni hukum Tuarat dan anugerah/iman; sejak Allah memanggil Abraham, Tuhan telah menyatakan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan turut diberkati melalui satu keturunan Abraham yakni Kristus; jadi dasar dari panggilan Tuhan atas bangsa-bangsa bukan Yahudi adalah janji/anugerah Allah bagi mereka. Di sisi yang lain, hukum Taurat diberikan jauh setelah Allah memberikan janjinya kepada Abraham; hukum Taurat diberikan bukan sebelum bangsa Israel terikat perjanjian dengan Tuhan namun setelahnya; artinya bangsa Israel pun sebenarnya masuk dalam perjanjian dengan Tuhan bukan karena ketaatan pada hukum, namun karena anugerah dan janji Allah pada Abraham dan keturunannya. Jadi jelas bahwa dasar dari panggilan seseorang untuk menjadi umat Tuhan bukanlah ketaatan pada hukum Taurat, namun anugerah dan janji Allah; hukum Taurat memiliki peran yang berbeda, dalam konteks keselamatan, Taurat berperan terutama untuk menyadarkan manusia akan keberdosaan mereka dan perlunya anugerah Allah dalam hidup mereka.
Gagasan anugerah Allah dalam keselamatan membuat beberapa orang merasa bahwa keselamatan menjadi "murahan." Itulah sebabnya, kita perlu memahami mengapa keselamatan itu merupakan anugerah Allah dan bukan sesuatu yang harus dicapai oleh manusia? Alasan pertama adalah sebab manusia tidak mampu untuk meraihnya; alasan mengapa keselamatan perlu dianugerahkan adalah karena ketidakmampuan kita untuk meraihnya; mengapa kita tidak mampu untuk meraihnya? sebab dosa membuat kita tidak mengerti tentang kebenaran Tuhan bahkan membuat kita menolak Tuhan; dalam keberdosaan manusia tidak pernah benar-benar mencari Allah. Alasan kedua adalah sebab ketidaklayakan manusia untuk menerimanya; konsekuensi dari keberdosaan manusia adalah penghukuman atau murka Allah yang harus kita terima; jadi hal yang seharusnya menjadi bagian kita adalah neraka; itulah sebabnya kita sebenarnya bukanlah orang-orang yang pantas menerima keselamatan, dan jika kita sekarang menerimanya maka itu adalah anugerah Allah. Alasan ketiga adalah sebab ketidakmanuan manusia untuk diselamatkan; realitas bahwa manusia pada dasarnya akan menolak injil Tuhan jika Tuhan tidak mengaruniakan kemampuan bagi orang tersebut untuk meresponsnya menunjukkan bahwa dalam keberdosaannya manusia bahkan tidak memiliki kamauan untuk mencari Tuhan apalagi menerima Tuhan dalam hidupnya.
Keselamatan yang merupakan anugerah Allah patut kita syukuri setiap harinya; pikirkanlah baik-baik, jika Allah tidak memanggil kita dan memberikan kita anugerahnya, maka kita pasti tetap sedang berjalan dalam jalan kebinasaan dan penghukuman cepat atau lambat akan kita hadapi. Saya pernah melihat ada seorang yang ditetapkan oleh dokter bahwa usianya tidak lebih dari 3 bulan lagi; saat orang tersebut mendengar apa yang dikatakan dokter, dia setiap harinya hidup dalam penderitaan sebab ia tahu bahwa hidupnya dapat berakhir kapan saja. Kita pun sebenarnya orang yang dalam kondisi yang sama, hidup kita bisa berakhir kapan saja, dan coba bayangkan apa jadinya hidup kita jika kita belum memiliki jaminan keselamatan dan kemudian besok atau lusa kita meninggal dunia, bukankah kita akan berhadapan dengan penghukuman dan murka Allah? Itulah sebabnya anugerah keselamatan yang Tuhan berikan pada kita, orang-orang yang percaya kepada Kristus, adalah hal yang sangat bernilai yang sudah sepatutnya untuk kita syukuri setiap harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar