Minggu, 19 Januari 2014

Melihat Dengan Kaca Mata Kristus (Galatia 2:17)

"Tetapi jika kami sendiri, sementara kami berusaha untuk dibenarkan dalam Kristus ternyata adalah orang-orang berdosa, apakah hal itu berarti Kristus adalah pelayan dosa? Sekali-kali tidak.
Galatia 2:17

Perkataan Paulus dalam ayat diatas tidak mudah untuk dipahami. Paulus sebelumnya mengutip pandangan orang Yahudi yang memandang bahwa orang bukan Yahudi bukan umat Allah (orang berdosa) jika mereka tidak menjadi Yahudi walaupun mereka sudah menerima (percaya) kepada Yesus. Petrus sebenarnya sudah tahu dan memahami bahwa hal tersebut salah; itulah sebabnya Petrus dengan Paulus berjabat tangan. Meskipun demikian dalam peristiwa di Anthiokhia, Petrus telah melakukan kesalahan dengan melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran yang dia tahu; ia telah berlaku seolah-olah orang bukan Yahudi yang percaya Yesus masih tetap orang berdosa sehingga mereka tidak boleh makan semeja dengan orang bukan Yahudi. Dalam konteks inilah Paulus menegaskan bahwa jika memang orang bukan Yahudi yang telah percaya Yesus itu masih orang berdosa, maka Kristus menjadi pelayan dari orang-orang berdosa; mungkinkah hal ini terjadi? Tidak mungkin; realitas bahwa Roh Kudus juga diberikan kepada bangsa bukan Yahudi yang percaya Yesus memperlihatkan bahwa Kristus ternyata juga hadir dan berperan (menjadi pelayanan) dalam komunitas orang percaya walaupun mereka tidak menjadi Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang bukan Yahudi tersebut sudah menjadi umat Allah sebab tidak mungkin Kristus menjadi pelayanan dari komunitas yang belum menjadi umat Tuhan (orang berdosa).

Paulus mengajar kita untuk tidak menggunakan ukuran manusia dalam menilai sesama orang percaya. Saat dunia ini cenderung menilai manusia berdasarkan ras, warna kulit, latar belakang, kemampuan dst, kita harus memandang sesama kita berdasarkan "kaca mata Kristus." Jika Kristus sebagai Tuhan dan Raja dalam hidup kita berkenan menerima seseorang tanpa melihat kualitas-kualitas lahiriahnya, demikianlah kita juga harus melihat sesama kita. Cara pandang terhadap manusia yang seperti ini akan membuat kita lebih bisa mengasihi dan menerima sesama kita tanpa melihat keterbatasan lahiriah ataupun kekurangan lainnya.

Jika kita mau jujur, selalu ada orang-orang tertentu yang dalam kaca mata budaya kita termasuk orang-orang yang dianggap kelas dua. Dimata orang Tiong Hoa ada suku-suku tertentu yg mereka tidak sukai; demikian juga dimata suku Sunda dan Jawa, ada suku tertentu yg mereka tidak bisa terima; hal yang sama tejadi dengan suku-suku bangsa lainnya. Persoalannya adalah orang Kristen tidaklah luput dari pengaruh "kaca mata negatif" terhadap suku-suku tertentu. Inilah tantangan kita bagaimana kita harus belajar melihat orang-orang yang kita anggap secara sadar ataupun tidak "bermasalah" dengan kaca mata Kristus; kita mesti belajar untuk tidak menggeneralisir manusia; kalaupun ada orang-orang yang punya kebiasaan dan perilaku buruk, namun tidak semua orang dari suku tersebut buruk. Dan kalaupun ada hal yang buruk dari sesama kita, kita perlu belajar untuk menunjukkan kasih kita kepada mereka dari pada menghakimi mereka. Jika Kristus mengasihi mereka, bukankah kita juga harus mengasihi mereka.


Tidak ada komentar: