Jumat, 03 Januari 2014

Injil Yang Salah (Galatia 1:6-7)

Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,  yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Galatia 1:6-7

Dari apa yang Rasul Paulus tuliskan, kita melihat bahwa ada kemungkinan bahwa pengajar-pengajar Kristen tertentu telah mengajarkan injil yang salah kepada jemaat Galatia yang merupakan jemaat rintisan Paulus. Persoalannya adalah jemaat Galatia percaya dengan apa yang diajarkan oleh pengajar-pengajar tersebut. Hal inilah yang membuat Paulus diawal tulisannya menegur jemaat Galatia.

Injil yang seperti apakah yang diberitakan oleh pengajar-pengajar yang salah tersebut? Injil yang diberitakan oleh pengajar-pengajar yang salah tersebut kemungkinan besar terkait dengan ajaran bahwa seseorang untuk dapat diterima sepenuhnya sebagai umat Tuhan haruslah menjadi seorang "proselit." Siapakah itu seorang "proselit"? "Proselit" adalah orang-orang bukan Yahudi yang kemudian masuk agama Yahudi; untuk masuk agama Yahudi maka mereka harus melakukan ritual sunat. Pengajar-pengajara yang salah tersebut kemungkinan besar mengharuskan orang-orang percaya di Galatia yang bukan orang Yahudi untuk disunatkan dan menjadi orang Yahudi sebelum mereka dapat diterima sebagai jemaat Allah.

Rasul Paulus tentu saja tidak dapat menerima ajaran seperti itu sebab keselamatan/menjadi umat Allah tidaklah ditentukan oleh identitasnya baik ia sebagai orang Yahudi maupun bukan; seseorang menjadi umat Tuhan adalah karena anugerah Allah yang dikerjakan oleh Kristus dan diterima melalui iman; dengan kata lain, bagi Paulus menjadi seorang Yahudi tidaklah otomatis menjadikan seseorang sebagai umat Tuhan, seseorang dapat menjadi umat Tuhan hanya jika ia berada dalam Kristus. Itulah yang menyebabkan Paulus menegaskan bahwa "oleh kasih karunia" Kristus memanggil kita menjadi umat-Nya dan bukan karena identitas kesukuan kita.

Dari apa yang Paulus ajarkan kita belajar bahwa karya Kristus membuat kita seharusnya belajar bisa menerima orang lain yang berbeda identitas sukunya dengan kita. Tentu bukan maksud Paulus untuk mengatakan bahwa identitas kesukuan adalah buruk, sebab identitas suku adalah bagian dari keunikan jati diri kita. Meskipun demikian, menjadikan dan mengagungkan identitas kesukuan kita sehingga membuat kita "memandang rendah" orang lain yang berbeda suku dengan kita adalah salah. Apalagi jika sikap tersebut terjadi dalam lingkup komunitas umat Tuhan (gereja); sikap tersebut berlawanan dengan nilai-nilai injil Kristus.

Mari kita melihat sesama kita yang berbeda budaya, kebiasaan dan identitas kesukuan dengan kaca mata Kristus; sama seperti Kristus mengasihi dan menerima mereka, demikianlah juga kita harus belajar untuk mengasihi dan menerima semua orang yang ada dalam Kristus dengan penuh kasih dan kehangatan. Hal ini tidaklah mudah sebab kebiasaan yang berbeda dan tata cara hidup yang berbeda dapat menimbulkan ketegangan bahkan pertengkaran; namun jika kita memandang mereka dengan kasih, kita pasti bisa menerima mereka sebab "kasih menutupi banyak perkara."

Tidak ada komentar: