Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
Galatia 1:8-9
Mengapa Paulus begitu tegas dengan berita injil yang disampaikannya sehingga ia berkata bahwa jika malaikat menyampaikan berita injil yang berbeda, jemaat Galatia haruslah menolaknya? Jawabannya tentu saja karena Paulus memandang bahwa berita injil yang disampaikannya adalah berita yang bersumber dari Tuhan sendiri; itulah sebabnya jika ada seseorang atau bahkan malaikat yang menyampaikan berita yang berbeda dari apa yang disampaikan Paulus, maka apa yang mereka sampaikan itu pastilah bukan dari Tuhan. Rasul Paulus berani berkata demikian, karena ia memiliki otoritas rasuli dari Kristus sendiri; pengalaman Paulus saat dipanggil Tuhan ketika ia dalam perjalanan ke Damsyik adalah dasar utama dari baik pelayanan maupun pemberitaan injilnya.
Dalam renungan sebelumnya, kita sudah membahas bahwa berita injil yang Paulus sampaikan nampaknya terkait dengan berita mengenai karya Kristus yang telah melepaskan manusia dari perbudakan dosa dan bagaimana dalam Kristus jemaat tidak boleh menjadikan identitas kesukuan sebagai ukuran dari status seseorang dalam komunitas umat Tuhan. Dari apa yang Rasul Paulus bicarakan, kita dapat melihat bahwa injil yang benar memiliki memberikan danpak pembaharuan bukan hanya dalam aspek personal yakni dibebaskannya kita dari perbudakan dosa, namun juga membawa dampak sosial/komunal dimana kita diajar untuk melihat dan mengasihi orang lain dari "kaca mata Kristus."
Kedua aspek dari injil di atas haruslah dipertahankan sebab jika kita menghilangkan salah satunya maka pemberitaan injil akan menjadi tidak utuh; saat kita memberitakan injil, kita harus menolong orang lain untuk mengerti bahwa Kristus dapat memberikan kepada manusia kelepasan dari perbudakan dosa; namun di sisi yang lain, kita pun harus mengajarkan bahwa Kristus melepaskan kita dari perbudakan dosa supaya kita dapat hidup bagi Allah. Hidup bagi Allah secara kongkrit dapat dipahami juga sebagai hidup bagi sesama kita. Kita harus paham bahwa kasih kepada Allah dan kepada manusia tidaklah bisa dipisahkan; kita tidak bisa hidup bagi Allah dan melupakan sesama kita; jika kita mau hidup bagi Allah, maka kita harus bisa menerima dan melayani sesama kita.
Kita sering kali diperhadapkan antara mengutamakan pembaharuan sosial atau pembaharuan personal. Sebagian orang cenderung memperjuangkan keadilan dan kebenaran sosial dan menganggapnya sebagai inti dari injil; sebagian yang lain mengutamakan pembaharuan personal sebagai inti dari berita injil. Jika kita melihat ajaran Yesus, Paulus dan Alkitab, kita melihat bahwa kedua dimensi tersebut sama-sama ditekankan; itulah sebabnya dari pada kita condong menekankan salah satunya, lebih baik kita menekankan keduanya. Seorang yang sungguh-sungguh percaya Yesus haruslah mengalami pembaharuan hidup baik secara persoanal maupun sosial; kesalehan yang dimiliki oleh orang percaya seharusnya meliputi baik kesalehan personal maupun kesalehan sosial. Apakah kita sudah mengalami pembaharuan yang demikian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar