Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Galatia 1:11-12
Ketegasan Paulus dalam mempertahankan injil yang diberitakannya bersumber dari wahyu yang diterimanya dari Kristus sendiri; dan wahyu tersebut diterima Paulus dalam pengalamannya saat bertemu dengan Kristus yang bangkit saat ia dalam perjalanan ke Damsyik. Pemberitaan injil Paulus yakni seseorang hanya dibenarkan oleh karena iman Kristus, juga oleh iman orang tersebut kepada Kristus dan bukan karena identitas keyahudian orang tersebut bersumber dari pengalaman hidup Paulus. Dalam beberapa bagian kitab suci (misalnya saja Galatia 1 dan Filipi 3) Paulus mengaitkan injil dengan pengalaman masa lalunya dimana sebelum bertemu dengan Kristus, Paulus adalah seseorang yang memiliki identitas yang istimewa; meskipun demikian Paulus mendapati bahwa identitasnya yang istimewa tidak membuatnya mengerti jalan Tuhan ataupun memasukinya bahkan membuatnya menganiaya umat Tuhan yang sejati; itulah yang membuat Paulus mengerti bahwa kalaupun Tuhan memanggil dia menjadi umat-Nya dan rasul-Nya, itu bukan karena keistimewaan identitasnya, namun karena anugerah Allah bagi dirinya.
Paulus secara konsisten mengaplikasikan apa yang dia yakini dengan kehidupannya; ia tahu bahwa seseorang tidak diterima dalam rumah Tuhan karena identitasnya, itulah sebabnya Paulus dengan tegas upaya beberapa orang Kristen Yahudi yang ingin meyahudikan orang-orang Kristen bukan Yahudi di kota Galatia sebab bagi Paulus menjadi Yahudi tidak membuat seseorang otomatis menjadi umat Allah, namun karya Kristus yang diimani oleh orang percaya, itulah yang membuat seseorang menjadi umat Tuhan.
Dari apa yang Rasul Paulus saksikan, kita dapat belajar bahwa pemahaman dan pengalaman seseorang akan kebenaran merupakan sebuah kesatuan. Kita cenderung menjadi orang yang memiliki pemahaman namun tidak mengalami apa yang kita pahami tersebut; di sisi yang lain orang Kristen ada yang memiliki banyak pengalaman, namun tidak memiliki pemahaman yang benar sehingga salah memahami pengalamannya dalam terang kebenaran Tuhan. Keduanya adalah salah; kita harus memiliki pemahaman yang benar dan pemahaman yang benar seharusnya membawa kita pada pengalaman yang benar.
Alkitab mengajarkan bahwa kita adalah orang-orang yang menerima anugerah saat kita menerima keselamatan; pertanyaannya adalah apakah saat kita menerima Kristus, kita benar-benar merasakan bahwa kita hidup dalam anugerah Tuhan? Kita memahami bahwa Yesus datang untuk melepaskan kita dari perbudakan dosa, pertanyaannya adalah: apakah saat kita percaya kepada Yesus, kita mengalami bahwa kita mampu lepas dari ikatan dosa atau kebiasaan-kebiasaan buruk kita. Pemahaman tidaklah terpisahkan dari pengalaman; tanpa pengalaman, pemahaman tidak akan kokoh, dan sebaliknya tanpa pemahaman, pengalaman bisa menyesatkan.
Saya sendiri sering kali mengalami bagaimana saat saya mempelajari bagian-bagian tertentu kitab suci, misalnya saja saat saya mempelajari mengenai pentingnya iman dalam mengikut Tuhan, maka dalam beberapa waktu Tuhan membawa saya untuk berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang sukar yang membuat saya harus mempraktekan apa yang saya pelajari pada waktu itu. Anda mungkin juga mengalami hal yang sama dengan saya, dan jika anda mengalaminya bersyukurlah kepada Tuhan sebab anda sedang diproses Tuhan untuk menjadi orang-orang yang bukan saja memahami kebenaran dan hidup dalam kebenaran yang anda pahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar