Jumat, 10 Januari 2014

Belajar Menghargai Orang Lain (Galatia 1:18-20)

Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi aku tidak melihat seorangpun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. Galatia 1:18-20

Sebelumnya kita sudah membahas bagaimana Paulus menegaskan bahwa injil yang dia beritakan adalah dari Tuhan sendiri dan ia tidak membutuhkan peneguhan dari manusia atas penugasan dan pelayanannya. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti Paulus tidak menghargai atau tidak menghormati rasul-rasul lain yang lain; itulah sebabnya Paulus setelah tiga tahun melayani, ia kemudian mendatangi Petrus untuk berbicara secara pribadi dengannya. Kemungkinan besar Paulus ingin mendengar mengenai apa yang Petrus dapat saksikan tentang Yesus dan Paulus pun sepertinya menggunakan kesempatan ini untuk juga menceritakan mengenai panggilan Tuhan atas dirinya untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Itulah sebabnya dalam ps. 2: 9, baik Petrus maupun Yohanes dan Yakobus dapat memahami dan menerima panggilan Tuhan atas Paulus dan mereka mendukung pelayanan tersebut.

Kepergiaan Paulus ke Yerusalem untuk bertemu Petrus sepertinya digunakan oleh lawan-lawan Paulus di Galatia untuk menyudutkan Paulus dengan mengatakan bahwa Paulus berada dibawah otoritas rasul-rasul yang lain. Paulus menegaskan bahwa kepergiaannya ke Yerusalem bukanlah untuk meminta otoritas para rasul bagi pelayanan yang diembannya, namun kepergiaannya adalah untuk mensharingkan apa yang Tuhan sedang kerjakan dalam bangsa-bangsa bukan Yahudi. Hal inilah yang menyebabkan Paulus sampai berkata dengan tegas bahwa apa yang dia katakan adalah hal yang benar.

Sikap Paulus kepada Petrus memperlihatkan bahwa Paulus adalah orang yang dapat menghargai rekan sepelayanannya. Walaupun Paulus tidak memiliki posisi yang lebih rendah dari rasul yang lain, namun ia tetap menghargai orang-orang yang menerima panggilan menjadi rasul sebelum dirinya; itulah sebabnya ia tetap mau pergi menjumpai Petrus dan Yakobus untuk mendengarkan panggilan pelayanan maupun kisah injil mengenai Kristus. Sikap Paulus yang demikian menunjukkan kebesaran hatinya sekaligus kerandahan hatinya dalam melayani. Jika kita melihat secara sekilas mengenai karakter Paulus, kita mungkin menduga bahwa Paulus adalah seorang yang keras; Paulus memang seorang yang tegas dengan kebenaran, namun tidak berarti ia adalah seorang yang kasar dan tidak dapat menghormati orang lain.

Kita harus belajar dari Paulus dalam melayani Tuhan; tantangan kita adalah dalam pelayanan kita sering kali merasa bahwa diri kita adalah yang paling benar dan yang paling tahu segala sesuatu sehingga kita sering kali tidak mau mendengarkan orang lain dan tidak mau kalah dengan sesama rekan dalam sepelayanan. Kita memang tidak boleh kompromi dengan hal-hal yang jelas salah; namun untuk hal-hal yang memang tidak mutlak, kita harus belajar untuk bisa mendengar dan menerima pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangan kita. Inilah tantangan kita dimana kita harus bisa membedakan mana yang mutlak dan tidak; kemudian memilih tegas dengan apa yang mutlak dan belajar bisa menerima keperbedaan pandangan untuk hal-hal yang tidak dimutlakan. 

Tidak ada komentar: