Dalam PL gagasan keadilan Allah dibicarakan tidak terlepas dari kasih Allah. Misalnya saja, dalam peristiwa penghukuman manusia di zaman Nuh; kecemburuan Allah dan keadilan Allah membuat Ia menghukum manusia saat manusia hidup dalam dosa; namun dalam keadilan-Nya, kasih Allah tetap nyata, itulah sebabnya Allah masih menyelamatkan Nuh dan keluarganya bahkan membangun perjanjian yang baru dengan mereka. Kerangka yang sama nampaknya ada dalam pemikiran Yakobus saat ia membicarakan mengenai pribadi Allah yang pencemburu, namun di sisi yang lain Allab juga adalah pribadi yang penuh kasih.
Yakobus menegaskan bahwa kasih Allah lebih besar dari pada kecemburuan atau kemarahan Allah terhadap dosa; maksudnya tentu adalah Allah lebih suka melihat manusia bertobat ketimbang melihat manusia dibinasakan sebagai hukuman dari dosa-dosa mereka. Itulah sebabnya, Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk luput dari penghukuman Allah. Allah akan mengasihani atau mengampuni orang-orang yang renah hati. Siapakah yang dimaksudkan dengan orang-orang yang renah hati di sini? Tentu yang Yakobus maksudkan dengan rendah hati adalah orang-orang yang mau mengakui segala dosa-dosanya dihadapan Tuhan dan bertobat; orang-orang yang seperti ini akan mendapatkan kasih dan pengampunan Tuhan. Di sisi yang lain, orang-orang gang congkak; yang menganggap diri benar dan merasa tidak membutuhkan pertobatan, mereka akan berhadapan dengan penghukuman Tuhan.
Kita tentu masih ingat dengan perumpamaan yang Tuhan Yesus ceritakan mengenai dua orang yang datang menghadap Tuhan, yakni seorang Farisi dan seorang pemungut cukai. Seorang Farisi datang dengan kecongkakan dan merasa bahwa dirinya adalah yang tidak membutuhkan pengampunan, sementara itu pemungut cukai datang dengan kesadaran bahwa dirinya adalah orang berdosa, dan yang justru dinilai sebagai orang benar adalah pemungut cukai.
Kita sering kali merasa diri kita sebagai orang yang "paling benar." Itulah sebabnya kita jarang mau mendengarkan orang lain saat kita berdiskusi khususnya saat kita berbeda pendapat dengan orang lain. Sikap yang sama juga muncul saat kita menghadap Tuhan; kita sering datang menghadap Tuhan tanpa kesadaran bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan anugerah Tuhan; kita sering datang menghadap Tuhan dengan segala kecongkakan bahkan dengan perasaan/sikap bahwa kita lebih baik dari orang lain. Hari ini Yakobus mengingatkan kita bahwa kesombongan itu adalah sikap yang dibenci Tuhan, namun kerendahan hati dan tahu diri adalah sikap yang disukai Tuhan. Apakah kita mempunyai karakter tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar