Yakobus masih membicarakan mengenai kerendahan hati. Jika sebelumnya (dalam ay. 6), Yakobus mengaitkan kerendahan hati dengan kesombongan; orang yang rendah hati adalah lawan dari orang sombong; jika orang sombong merasa dirinya benar, maka orang yang rendah hati tahu bahwa dirinya orang berdosa. Dalam ayat 7, Yakobus sekarang berbicara mengenai kerendahan hati dalam konteks ketaatan kepada Tuhan. Yakobus memandang seorang yang rendah hati tidak sekedar tahu bahwa dirinya orang berdosa, namun orang rendah hati akan menyerahkan dirinya kepada Tuhan; dan bagi Yakobus, kenyerahkan diri kepada Tuhan artinya menempatkan diri dibawah otoritas Tuhan. Seseorang yang menempatkan dirinya dibawah otoritas Tuhan, maka ia akan mentaati Tuhan dengan sukarela dan sukacita.
Yakobus juga mengatakan bahwa jika orang percaya mentaati Tuhan, maka iblis akan lari dari kita. Pekerjaan iblis adalah memisahkan atau menjauhkan manusia dari Tuhan; seseorang yang rendah hati (tahu siapa dirinya dalam Tuhan) dan hidup dekat degan Tuhan (itulah sebabnya ia mentaati Tuhan), ia pastilah tidak bisa disahkan/dijauhkan dari Tuhan. Inilah yang membuat Yakobus yakin bahwa orang yang taat kepada Tuhan pasti akan mengalahkan pekerjaan iblis.
Ketaatan kepada Tuhan adalah bagian penting dalam kehidupan seorang Kristen. Ketaatan kepada Tuhan bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu tujuan dari kira diselamatkan Tuhan. Kita diselamatkan Tuhan bukan untuk hidup dalam dosa ataupun bagi diri sendiri, namun untuk hidup bagi Tuhan (untuk mentaati Tuhan). Bagi orang percaya mentaati Tuhan bukanlah sebah beban, namun sebuah anugerah; mengapa demikan? Sebab dalam ketaatan kepada Tuhan seseorang akan dibawa kepada kebahagiaan sejati. Jika manusia hidup dalam dosa, ia akan dibawa pada kehancuran hidup, maka ketaatan kepada Tuhan akan membawa manusia kepada kebahagiaan.
Sewaktu Luther menjelang akhir hidupnya, lawan-lawan Luther ingin melihat bagaimana rupa dirinya setelah mati. Banyak orang dizaman itu percaya bahwa orang yang berdosa dan meninggalkan gereja akan mati dengan wajah yang mengerikan. Meskipun demikian, saat Luther meninggal, ia meninggal dengan wajah yang tenang dan bahagia. Luther sepanjang hidupnya mencoba untuk mentaati setiap Firman yang dia pahami; dan orang seperti ini mengakhiri hidupnya dengan kebahagiaan.
Kita sering menyangka bahwa kebahagiaan datang saat kita memiliki apa yang kita inginkan; kita kenyangka bahwa kita akan bahagia jika cita-cita kita tercapai atau target-target hidup kita berhasil dicapai. Kebahagiaan yang didapatkan dari hal-hal ekternal adalah sementara. Jika kita ingin memiliki kebahagiaan hidup sejati, kuncinya adalah hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar