"Mendekatkan kepada Allah dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati." Yakobus 4:8
Yakobus masih membicarakan mengenai kerendahan hati; orang yang rendah hati adalah orang yang menyadari bahwa dirinya membutuhkan Tuhan; itulah sebabnya Yakobus meminta supaya pembaca suratnya mendekat kepada Allah. Apakah yang Yakobus maksudkan dengan "mendekat kepada Allah?" Pada umunnya, istilah tersebut digunakan dalam konteks ibadah; namun dalam konteks Yakobus 4, istilah tersebut digunakan dalam konteks pertobatan. Itulah sebabnya Yakobus mengaitkan ajakan untuk mendekat kepada Allah dengan perintah supaya kita mentahirkan tangan kita dan mensucikan hati kita.
Kita mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin orang berdosa bisa mendekat kepada Allah, bisa mentahirkan tangannya dan bisa mensucikan hatinya sendiri? bukankah Alkitab juga mengajarkan bahwa dalam keberdosaannya manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tentu saja, Yakobus melihat hal yang sama, namun ia melihat dari sisi yang berbeda. Anugerah Allah memang mutlak dibutuhkan supaya seseorang dapat diselamatkan; meskipun demikian, anugerah Allah tidak berkerja secara sepihak; maksudnya anugerah Allah bekerja melalui kehendak manusia sehingga kita pada dasarnya secara aktif mengambil keputusan untuk bertobat dan menerima Kristus. Yakobus berbicara dari sisi tersebut; ia melihat dalam anugerah Allah, manusia perlu datang jepada Tuhan, menyesali dosa-dosanya dan memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk hanya hidup bagi Tuhan (tidak mendua hati).
Apa yang Yakobus ajarkan kepada kita memperlihatkan bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan sepenuhnya yang berkerja secara efektif dalam diri kita melalui pertobatan. Pertobatan sendiri selalu melibatkan dua aspek yakni penyesalan akan dosa dan komitmen untuk mempercayakan diri kepada Tuhan dan tidak lagi hidup dalam dosa.
Ada seorang ibu yang karena beban mental yang berat, ia kemudian suka melakukan kekerasan kepada anak-anaknya. Setiap kali ibu ini melakukan kekerasan kepada anak-anaknya, ia kemudian merasa sangat menyesal; terkadang ia menangis dan kemudian meminta maaf kepada anak-anaknya; namun keesokan harinya ia kembali melakukan hal yang sama.
Banyak orang mengalami seperti ibu di atas saat mereka berdosa; ketika orang Kristen berdosa, kita datang kepada Tuhan dan meminta maaf; kita mengatakan kepada Tuhan bahwa kita menyesal telah melakukan dosa; namun anehnya penyesalan itu hanya terjadi sekitar 5 menit selama kita berdoa, setelahnya kita segera lupa dengan penyesalan kita. Hal ini menimbulkan pertanyaan benarkah kita menyesali perbuatan dosa kita dan benarkan kita sudah bertobat dari dosa tersebut? jika kita membaca Mazmur 51, yang menceritakan mengenai penyesalan dan pertobatan Daud, kita melihat bahwa penyesalan dan pertobatan Daud sungguh mendalam dan serius; penyesalan dan pertobatan Daud jauh lebih dalam dan serius dari pada penyesalan akan dosa dan pertobatan yang biasa kita lakukan dihadapan Tuhan.
Yakobus mengingatkan kita bahwa pertobatan yang sejati itu melibatkan komitmen dan perubahan; tangan dan hati harus berubah, barulah kita dikatakan bertobat. Artinya, baik perbuatan, pemikiran dan hati kita memang harus berbalik arah terlebih dahulu baru kita bisa benar-benar bertobat. Mari kita merenungkan apakah pengakuan dan penyesalan dosa yang kita biasa lakukan adalah pengakuan dan penyesalan yang sejati di hadapan Tuhan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar