Jika kita membaca sekilas nasehat Yakobus di atas, kita bisa mengira bahwa Yakobus menganggap bahwa perencanaan itu adalah sesuatu yang tidak baik. Namun kesimpulan tersebut salah sebab Yakobus sebenarnya sedang membicarakan sebuah perencanaan yang tidak melibatkan Tuhan dalamnya; dengan kata lain perencanaan yang dikutip Yakobus adalah perencanaan dari seorang yang sombong yang merasa tidak memerlukan atau tidak perlu melibatkan Tuhan dalam hidupnya.
Yakobus menegaskan bahwa manusia itu tidak tahu dan tidak bisa memastikan hari esoknya; artinya sebaik-baiknya sebuah perencanaan dibuat, kita tidak bisa memastikan bahwa segala sesuatu akan berjalan seperti yang kita rencanakan. Apa yang Yakobus ajarkan sebenarnya menggemakan apa yang penulis kita Amsal ajarkan mengenai perencanaan bahwa manusia hanya dapat membuat rencana, namun Tuhan lah yang menjadi penentu dari segala sesuatu. Oleh karena kita tidak menguasai hari esok, maka penting sekali bagi kita untuk menyerahkan hidup dan perencanaan kita kepada Tuhan.
Di sisi yang lainnya lagi, Yakobus mengingatkan pembacanya bahwa hidup manusia itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan kemudian lenyap. Gagasan yang dibicarakan Yakobus nampaknya memiliki beberapa kemungkinan arti. Yakobus mungkin sedang membicarakan mengenai hidup manusia yang pendek atau ia mungkin juga sedang membicarakan mengenai hidup manusia yang rapuh; di lihat dari konteks dekatnya, sepertinya gagasan hidup manusia yang rapuh lebih bisa diterima. Yakobus memandang karena hidup manusia itu rapuh (artinya manusia itu lemah) dimana manusia tidak berkuasa atas hidupnya dan masa depannya, maka sangatlah penting bagi kita untuk melibatkan Tuhan dalam hidup dan perencanaan kita.
Dalam kehidupan saya, ada banyak perencanaan yang berhasil, tertunda bahkan tidak jadi. Ada kalanya saya mengalami bahwa perencanaan yang sudah hampir berhasil (90 persen) jadi ternyata kemudian tidak terjadi; sebaliknya ada kalanya perencanaan yang dianggap sudah tidak mungkin terjadi, malag justru tercapai. Itulah hidup, kita tidak bisa memastikan apa yang terjadi pada hari esok; itulah sebabnya adalah baik jika kita memulai perencanaan kita dengan melibatkan Tuhan, dan bukan melibatkan Tuhan setelah perencanaan kita dibuat. Salah satu hal utama yang harus menjadi pertimbangan kita dalam membuat perencanaan adalah "apakah Tuhan memang menginginkan kita melakukan apa yang akan kita perbuat/sedang rancangkan?"
Kita sekarang berada di penghujung tahun dan kita biasa membuat perencanaan untuk tahun mendatang; mari kita memulai perencanaan hidup kita dari mengenal kehendak Tuhan; dari pada kita memulai dengan pertanyaan "apa yang saya ingin lakukan tahun depan," lebih baik kita memulai dengan pertanyaan "apa yang Tuhan ingin saya lakukan di tahun mendatang." Selamat Berencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar