Jumat, 01 November 2013

Siapa Berhak Menilai Sesama Kita? (Yakobus 2:2-5)

Sebab, jika ada seseorang masuk kedalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian yang indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya : “silahkan tuan duduk di tempat yang baik ini,” sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: “duduklah disana” atau “duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku.” Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat.” Yakobus 2:2-5

Yakobus kembali membicarakan mengenai sebagian sikap sebagian orang-orang percaya yang suka membeda-bedakan orang dengan menggunakan sebuah perbandingan. Ia menyebutkan mengenai sebuah kisah yang sepertinya mengambil “setting” ruang tempat pengadilan.  Seseorang yang digambarkan berpakaian indah, jelas menunjuk pada orang yang kaya yang digambarkan sebagai orang yang menikmati perlakukan istimewa dimana ia diijinkan untuk duduk. Sedangkan orang yang berpakaian buruk, jelas menunjuk pada orang miskin yang diperlakukan berbeda dengan si orang kaya dimana ia diminta untuk berdiri atau duduk di bawah sebagai gambaran dari orang yang dianggap rendah. Yang unik adalah orang yang menyuruh untuk orang kaya duduk dan orang miskin berdiri/duduk di bawah adalah sang hakim yang seharusnya berlaku sebagai penegak keadilan, namun ia ternyata telah berlaku tidak adil dengan orang yang dia sedang layani.

Yakobus menggunakan penggambaran ini untuk memperlihatkan itulah ironisnya orang-orang Kristen yang memperlakukan sesamanya secara deskriminatif. Orang Kristen pasti tahu bahwa Kristus adalah hakim yang adil, Ia tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan kondisi lahiriahnya baik dalam penghakimannya maupun dalam karya keselamatannya. Orang yang kaya tidak akan diperlakukan lebih istimewa dari pada orang miskin di hari penghakiman kelak; orang miskin juga tidak berarti mendapat kesempatan yang lebih banyak untuk diselamatkan dibandingkan dengan orang kaya. Kristus menyelamatkan seseorang berdasarkan kasih-Nya yang tidak bersyarat.

Inilah yang mendasari peringatan Yakobus bahwa sikap yang membeda-bedakan manusia berdasarkan status ekonomi dan sosialnya adalah sebuah kejahatan. Mengapa demikian? Yakobus mengatakan  ketika seseorang merendahkan seseorang karena kondisinya yang miskin, namun disisi yang lain ia menghormati orang lain karena kondisinya yang kaya, maka orang tersebut telah menjadi seperti seorang hakim. Mengapa demikian? Sebab ia telah memberikan penilaian kepada orang yang kaya sebagai orang yang layak dihormati dan orang yang miskin sebagai orang yang tidak layak dihormati. Padahal Tuhan saja tidak menilai seperti itu. Itulah sebabnya orang-orang Kristen yang menghina seseorang karena ia adalah seorang miskin, telah melakukan penghakiman terhadap orang lain yang salah dan jahat.

Dalam sebuah gereja terdapat sebuah kebiasaan yang tidak baik dalam menyambut orang yang akan menyampaikan kotbah di hari Minggu. Jika pengkhotbah di minggu itu adalah seorang pendeta yang terkenal, maka banyak orang dalam gereja tersebut mengajukan diri untuk mengajak pendeta tersebut untuk dapat makan siang/malam bersama dengan mereka. Namun, jika pengkhotbah di minggu itu adalah pengkhotbah biasa yang berkotbah karena diutus oleh sinode gerejanya, maka tugas untuk menyambut atau mengajak pengkhotbah itu diserahkan ke hamba Tuhan gereja lokalnya. Hal ini sungguh menggelikan, namun ini adalah kenyataan bahwa dalam gereja sikap membeda-bedakan orang masih bisa terjadi.


Itulah sebabnya nasehat Yakobus sangat relevan bagi kita; saat kita membeda-bedakan orang maka kita telah menjadi seseorang yang menghakimi orang lain dan kita telah jatuh dalam penilaian yang bukan saja salah, namun jahat. Itulah sebabnya belajarlah untuk menghormati semua orang, bahkan orang-orang yang secara status sosial, ekonomi ataupun kemampuan berbeda dengan kita.

Tidak ada komentar: