Kamis, 31 Oktober 2013

Sikap Terhadap Sesama (Yakobus 2:1)

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Yakobus 2.1

Nasehat Yakobus dalam bagian ini sepertinya terkait dengan kondisi jemaat yang dilayani dimana sebagian dari mereka ada yang memperlakukan kaum tertentu (orang-orang miskin) dengan cara yang tidak baik/kurang hormat. Di sisi yang lain, orang-orang tertentu yang memiliki kekhususan (orang-orang kaya) mendapatkan perlakukan yang lebih istimewa. Bagi Yakobus hal ini salah; itulah sebabnya ia menasehatkan “sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus … janganlah kamu … memandang muka (memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan statusnya).”

Hal apakah yang membuat seorang percaya tidak boleh merendahkan seorang pun juga termasuk diantaranya orang-orang miskin? Maka Yakobus memberikan dua alasan. Alasan yang pertama adalah sebab kita adalah orang yang beriman kepada Yesus; orang yang beriman kepada Yesus, pastilah mengerti bahwa dirinya diselamatkan Tuhan bukan karena ia memiliki kelebihan-kelebihan tertentu (termasuk dalamnya dalam hal kekayaan), namun ia diselamatkan karena iman. 

Yakobus menyebut Yesus sebagai "Tuhan kita yang mulia," istilah ini digunakan untuk membicarakan kedatangan Yesus yang kedua sebagai hakim yang adil. Yakobus menggunakan gagasan ini untuk mengingatkan orang-orang Kristen mengenai hal apakah yang membuat mereka akan diselamatkan kelak saat Yesus datang yang kedua kalinya; dan hal itu adalah iman bukan status sosial ataupun kekayaan seseorang. Itulah sebabnya jika Tuhan sama sekali tidak memperlakukan seseorang berbeda karena status ekonomi atau sosialnya, maka orang percaya pun tidak boleh membeda-bedakan orang lain karena status ekonomi atau sosialnya yang berbeda.

Alasan yang kedua adalah sebab iman kita tidak boleh kita “amalkan” dengan memandang muka. Istilah kita “amalkan” dapat diterjemahkan sebagai kita gabungkan/kombinasikan dengan memandang muka. Apakah maksud Yakubus? Yakobus hendak menegaskan bahwa seseorang yang berkata bahwa ia beriman kepada Yesus namun ia membeda-bedakan orang, ini adalah hal yang kontradiksi. Artinya, seseorang yang beriman kepada Yesus tidak bisa pada saat yang sama ia membeda-bedakan orang; mengapa demikian? Sebab iman seseorang kepada Yesus membuat seseorang bisa mengasihi setiap orang; seseorang yang mengaku beriman kepada Yesus, namun tidak bisa mengasihi semua orang, ia tidaklah benar-benar beriman kepada Yesus. Di sisi yang lain, saat kita berkata bahwa kita beriman kepada Yesus, maka perkataan tersebut menegaskan komitmen kita untuk mengikut dan meneladani Yesus dalam hidup kita; jika Yesus sama sekali tidak menilai seseorang berdasarkan kondisi lahiriahnya, namun kita menilai orang lain berdasarkan keterbatasan lahiriahnya, maka kita telah gagal dalam mengikut/meneladani Yesus.

Dalam sebuah tayangan televisi terdapat sebuah wawancara terhadap salah satu orang tua dari anak yang meninggal akibat penebakan secara brutal oleh seorang remaja di Colorado. Pembawa acara dalam siaran tersebut bertanya kepada orang tua tersebut, apakah yang dia rasakan sekarang? Maka orang tua tersebut berkata “kami sangat sedih dan sangat kehilangan, kami merasa anak kami direnggut secara paksa oleh sang penembak.” Kemudian pembawa acara tersebut bertanya kembali, “apakah kalian membenci si pelaku?” Salah satu dari orang tua tersebut kemudian berkata, “memang tidak mudah bagi kami untuk menerima kenyataan ini, namun kami adalah seorang yang percaya kepada Kristus, dan kami diajarkan untuk tidak membenci musuh kami, namun untuk mengampuni dan mendoakannya, itulah sebabnya walaupun hati kami sangat sakit, namun kami memaafkan orang tersebut.”

Itulah ciri dari seorang yang percaya kepada Kristus, ia mampu mengampuni dan mengasihi semua orang bahkan orang-orang yang pernah menyakiti mereka. Seorang pengikut Kristus tidak bisa di saat yang sama mengasihi Yesus dan menolak sesama kita yang lain. Ingat perkataan Alkitab mengenai hukum yang pertama dan terutama yakni kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu dengan segenap hatimu … .” Bagaimana sikap kita terhadap sesama kita selama ini? Apakah kita pernah menjadi orang yang hanya bisa menghormati orang-orang tertentu saja? Atau kita malah menjadi orang yang tidak bisa menghormati siapapun juga? Jika sikap kita demikian, kita perlu bertobat; seseorang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, tidak akan pernah dan tidak boleh membeda-bedakan atau mendeskriminasikan sesama manusia. 

Apakah kita pernah merasa dibeda-bedakan atau dideskriminasikan karena adanya kekurangan atau keterbatasan tertentu dengan kondisi kita? Jika kita pernah mengalami hal yang demikian, ketahuilah bahwa Tuhan tidak akan memperlakukan kita dengan cara yang demikian; Tuhan mengasihi setiap kita walaupun ada begitu banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasan dalam diri kita. Mari kita belajar untuk menghargai diri kita sendiri seperti Tuhan menghargai kita.





Tidak ada komentar: