Saudara-saudaraku,
sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia,
janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Yakobus 2.1
Nasehat Yakobus
dalam bagian ini sepertinya terkait dengan kondisi jemaat yang dilayani dimana sebagian
dari mereka ada yang memperlakukan kaum tertentu (orang-orang miskin) dengan
cara yang tidak baik/kurang hormat. Di sisi yang lain, orang-orang tertentu yang
memiliki kekhususan (orang-orang kaya) mendapatkan perlakukan yang lebih
istimewa. Bagi Yakobus hal ini salah; itulah sebabnya ia menasehatkan “sebagai
orang yang beriman kepada Yesus Kristus … janganlah kamu … memandang muka
(memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan statusnya).”
Hal apakah yang
membuat seorang percaya tidak boleh merendahkan seorang pun juga termasuk
diantaranya orang-orang miskin? Maka Yakobus memberikan dua alasan. Alasan yang
pertama adalah sebab kita adalah orang yang beriman kepada Yesus; orang yang
beriman kepada Yesus, pastilah mengerti bahwa dirinya diselamatkan Tuhan bukan
karena ia memiliki kelebihan-kelebihan tertentu (termasuk dalamnya dalam hal
kekayaan), namun ia diselamatkan karena iman.
Yakobus menyebut Yesus sebagai "Tuhan kita yang mulia," istilah ini digunakan untuk membicarakan kedatangan Yesus yang kedua sebagai hakim yang adil. Yakobus menggunakan gagasan ini untuk mengingatkan orang-orang Kristen mengenai hal apakah yang membuat mereka akan diselamatkan kelak saat Yesus datang yang kedua kalinya; dan hal itu adalah iman bukan status sosial ataupun kekayaan seseorang. Itulah sebabnya jika Tuhan sama sekali tidak
memperlakukan seseorang berbeda karena status ekonomi atau sosialnya, maka
orang percaya pun tidak boleh membeda-bedakan orang lain karena status ekonomi
atau sosialnya yang berbeda.
Alasan yang
kedua adalah sebab iman kita tidak boleh kita “amalkan” dengan memandang muka.
Istilah kita “amalkan” dapat diterjemahkan sebagai kita gabungkan/kombinasikan
dengan memandang muka. Apakah maksud Yakubus? Yakobus hendak menegaskan bahwa
seseorang yang berkata bahwa ia beriman kepada Yesus namun ia membeda-bedakan
orang, ini adalah hal yang kontradiksi. Artinya, seseorang yang beriman kepada
Yesus tidak bisa pada saat yang sama ia membeda-bedakan orang; mengapa
demikian? Sebab iman seseorang kepada Yesus membuat seseorang bisa mengasihi
setiap orang; seseorang yang mengaku beriman kepada Yesus, namun tidak bisa
mengasihi semua orang, ia tidaklah benar-benar beriman kepada Yesus. Di sisi yang lain, saat kita berkata bahwa kita beriman kepada Yesus, maka perkataan tersebut menegaskan komitmen kita untuk mengikut dan meneladani Yesus dalam hidup kita; jika Yesus sama sekali tidak menilai seseorang berdasarkan kondisi lahiriahnya, namun kita menilai orang lain berdasarkan keterbatasan lahiriahnya, maka kita telah gagal dalam mengikut/meneladani Yesus.
Dalam sebuah
tayangan televisi terdapat sebuah wawancara terhadap salah satu orang tua dari
anak yang meninggal akibat penebakan secara brutal oleh seorang remaja di
Colorado. Pembawa acara dalam siaran tersebut bertanya kepada orang tua tersebut,
apakah yang dia rasakan sekarang? Maka orang tua tersebut berkata “kami sangat
sedih dan sangat kehilangan, kami merasa anak kami direnggut secara paksa oleh
sang penembak.” Kemudian pembawa acara tersebut bertanya kembali, “apakah
kalian membenci si pelaku?” Salah satu dari orang tua tersebut kemudian
berkata, “memang tidak mudah bagi kami untuk menerima kenyataan ini, namun kami
adalah seorang yang percaya kepada Kristus, dan kami diajarkan untuk tidak membenci
musuh kami, namun untuk mengampuni dan mendoakannya, itulah sebabnya walaupun
hati kami sangat sakit, namun kami memaafkan orang tersebut.”
Itulah ciri dari
seorang yang percaya kepada Kristus, ia mampu mengampuni dan mengasihi semua orang bahkan
orang-orang yang pernah menyakiti mereka. Seorang pengikut Kristus tidak bisa di saat yang sama
mengasihi Yesus dan menolak sesama kita yang lain. Ingat perkataan Alkitab
mengenai hukum yang pertama dan terutama yakni kasihilah Tuhan Allahmu dan
sesamamu dengan segenap hatimu … .” Bagaimana sikap
kita terhadap sesama kita selama ini? Apakah kita pernah menjadi orang yang
hanya bisa menghormati orang-orang tertentu saja? Atau kita malah menjadi orang
yang tidak bisa menghormati siapapun juga? Jika sikap kita demikian, kita perlu
bertobat; seseorang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, tidak akan
pernah dan tidak boleh membeda-bedakan atau mendeskriminasikan sesama manusia.
Apakah kita pernah merasa dibeda-bedakan atau dideskriminasikan karena adanya kekurangan atau keterbatasan tertentu dengan kondisi kita? Jika kita pernah mengalami hal yang demikian, ketahuilah bahwa Tuhan tidak akan memperlakukan kita dengan cara yang demikian; Tuhan mengasihi setiap kita walaupun ada begitu banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasan dalam diri kita. Mari kita belajar untuk menghargai diri kita sendiri seperti Tuhan menghargai kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar