Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. Yakobus 1:27
Jika dalam pembahasan sebelumnya (Yakobus 1:26), kita melihat pesan Alkitab mengenai integrasi antara hubungan pribadi dengan Tuhan (ibadah) dengan perkataan-perkataan yang kita gunakan; maka dalam ayat 27, Yakobus berbicara mengenai integrasi antara ibadah kepada Tuhan dengan kehidupan pribadi kita dan kehidupan sosial kita. Seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan beribadah kepada Tuhan, ia haruslah memperhatikan baik kesucian hidupnya maupun kebaikan-kebaikan sosialnya.
Satu kali ada sebuah berita yang mengejutkan komunitas dari satu gereja di salah satu kota. Hal tersebut terkait dengan sebuah skandal yang memalukan yang terungkap dari salah satu dewan pengurus gereja. Berita ini sangat mengejutkan sebab orang yang terlibat dalam skandal tersebut ternyata adalah seseorang yang dikenal dermawan dan menjadi penyokong keuangan gereja. Banyak orang bertanya-tanya mengapa orang yang nampak begitu baik kemudian terjerat dalam skandal yang mempermalukan gereja mereka.
Tentu semua orang bisa jatuh dalam dosa, kita tidak boleh gampang menghakimi orang lain, kita bahkan bisa jatuh juga seperti mereka. Di sisi yang lain, peristiwa kejatuhan orang-orang Kristen dalam dosa/skandal tertentu yang kemudian terungkap harus menyadarkan kita bahwa seharusnya ada kesatuan/integrasi yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya antara kesalehan personalnya dan kesalehan sosialnya. Kita tidak boleh hanya menjadi seorang yang baik secara sosial namun kehidupan pribadinya kotor dan tercela dalam dosa; di sisi yang lain lagi, kita tidak boleh menjadi orang yang cuma peduli dengan kesalehan pribadi dan tidak menaruh perhatian terhadap pergumulan sosial sesama kita. Seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan pastilah tidak akan hidup dalam dosa sebab ia tahu bahwa kehidupan dalam dosa melukai hati Tuhan dan menghancurkan hidupnya sendiri; di sisi yang lainnya lagi, orang yang mengasihi Tuhan, pastilah tidak akan melalaikan tanggung jawab sosialnya dalam mengusahakan hal-hal yang baik dalam komunitasnya, salah satunya adalah dengan menaruh perhatian terhadap anak-anak yatim dan para janda.
Terkait dengan panggilan kita untuk memperhatikan orang-orang yang membutuhkan bantuan, pesan ini disampaikan kepada jemaat yang sebenarnya juga sedang dalam kesukaran. Ini berarti kondisi kita yang dalam keadaan kesukaran bukanlah alasan bagi kita untuk tidak membantu sesama kita yang membutuhkan. Dengan kata lain, kita tidak seharusnya menunggu menjadi orang yang berkelebihan dahulu untuk dapat menjadi orang yang dapat membantu sesama kita. Jemaat di kota Makedonia adalah contoh nyata dari jemaat yang tetap mampu memberi dan membantu sesama mereka bahkan saat mereka sedang dalam kesukaran.
Tentu kita harus realistis dengan kondisi kita; namun seseorang yang realistis dengan kondisinya tidak berarti ia harus menjadi seseorang yang pelit; seseorang yang "tidak punya" bisa menjadi seseorang yang tetap kaya dengan kemurahan; inilah orang yang walaupun miskin, namun tetap kaya di hadapan Tuhan. Sebaliknya ada orang yang walaupun ia kaya, namun ia miskin dengan kemurahan, dan orang yang seperti ini pastilah tidak akan mau memberi walaupun ia mampu.
Ada dua orang ibu yang mengikuti sebuah acara ret-ret dalam sebuah gereja. Ibu pertama berasal dari keluarga yang cukup mampu; walaupun ia adalah seorang janda namun anak-anaknya tergolong orang-orang mampu dan anak-anaknya selalu mencukupkan kebutuhan ibu mereka; sedangkan ibu kedua berasal dari keluarga yang kurang mampu, ia adalah seorang pembantu rumah tangga dengan 3 anak kecil yang menjadi tanggungannya. Yang menarik adalah saat gereja mengumumkan bahwa jemaat yang merasa berat untuk membayar biaya ret-ret boleh membayar semampunya, ibu yang pertama ternyata hanya membayar setengah dari biaya ret-ret yang dibutuhkan, dan ibu yang kedua malah membayar penuh biaya ret-retnya.
Coba lihat, menjadi orang yang tidak punya tidak berarti harus jadi orang pelit; di sisi yang lain, jika kita memang diberkati Tuhan dengan kecukupan hendaknya kita pun jangan jadi orang pelit. Tuhan menyukai baik orang kaya ataupun orang miskin yang hidupnya dipenuhi oleh kemurahan hati. Pertanyaannya adalah apakah anda dan saya adalah orang yang murah hati atau pelit?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar