Selasa, 29 Oktober 2013

Kesatuan Antara Kasih Kepada Allah dan Sesama (Yakobus 1.26)

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 1:26

Sungguh menarik apa yang Yakobus katakan dalam bagian ini, dia mengkaitkan antara sikap seseorang terhadap Tuhan (ibadah) dengan sikap seseorang terhadap sesama (mengontrol perkataan) yang dipandangnya sebagai satu kesatuan (terintegrasi) atau tidak dapat terpisahkan. Jika sebelumnya Yakobus berbicara mengenai integritas antara apa yang seseorang dengar dari firman Tuhan dan ketaatan yang harus dimilikinya; maka sekarang ia berbicara mengenai kesatuan antara sikap manusia terhadap Tuhan dan sesama. 

Dalam Yakobus 3:9-10, Yakobus mengatakan bahwa dalam satu mulut yang sama seseorang bisa memuji Tuhan dan mengutuk sesama manusia, dan hal ini tidak dapat terjadi dalam kehidupan seseorang yang sungguh-sungguh sudah lahir baru. Seseorang yang mengaku bahwa dirinya beribadah kepada Tuhan, namun di sisi yang lain, ia seringkali menyakiti orang lain melalui perkataan atau lidahnya, maka ibadahnya adalah kebohongan. Mengapa demikian? sebab ibadah itu adalah ekspresi kasih manusia kepada Allah yang seharusnya "terepresentasikan" dan "terekspresikan" melalui kasih kita kepada sesama; jika seseorang tidak bisa mengasihi sesamanya dengan mulutnya, ia bukanlah orang yang benar-benar mengasihi Allah dalam hidupnya.

Perkataan merupakan bentuk/ekspresi kasih kita terhadap sesama yang paling nyata. Kita tidak mungkin benar-benar mengasihi sesama kita, jika perkataan kita selalu menyakiti hati sesama kita; mungkinkah seorang suami benar-benar mengasihi istrinya, namun setiap hari ia mencela kelemahan-kelemahan pasangannya? Mungkinkah seorang istri mengasihi suaminya, jika ia selalu merendahkan suaminya melalui perkataannya yang sering kali memuji kelebihan suami orang lain dibanding suaminya sendiri? Tidak mungkin bukan, sebab melalui perkataan yang keluar dari mulut kita, kasih kita terhadap sesama kita dinyatakan. Seseorang yang benar-benar beribadah kepada Allah, pastilah ia mengasihi Allah; dan seseorang yang mengasihi Allah, pastilah ia mengasihi istrinya/suaminya, orang tuanya/mertuanya, anak-anaknya/menantunya, kerabatnya, rekan kerjanya bahkan tetangganya; dan seseorang yang benar-benar mengasihi keluarganya, rekan kerjanya, bahkan tetangganya tidak mungkin menyakiti mereka melalui perkataannya. Jadi, benar yang dikatakan Yakobus, jika seseorang sungguh-sungguh beribadah kepada Allah, ia pasti mampu mengekang lidahnya dan mampu menggunakan lidahnya untuk kebaikan bagi sesamanya.

Ada seorang bapak yang memutuskan dirinya untuk menjadi seorang pencinta makanan. Ia selalu mencari makanan-makanan yang dikenal enak; ia tidak peduli jika makanan tersebut berkalori sangat tinggi, asalakan makanan itu enak, ia akan membelinya dan menyantapnya. Setelah bertahun-tahun, ia melakukan hobinya yakni menyantap makanan-makanan enak yang sering kali berkalori tinggi, akhirnya berat badannya semakin tidak terkendali dan akhirnya ia terkena komplikasi sakit kencing manis dan darah tinggi yang membawanya kepada kematian. Kisah ini ironis, namun mengingatkan kita bahwa apa yang seseorang masukkan dalam tubuhnya (baik itu makanan yang sehat ataupun tidak), turut menentukan kondisi kesehatan seseorang. 

Hal yang sama berlaku dengan kehidupan iman kita; apa yang kita masukkan dalam pikiran kita setiap harinya turut menentukan kesehatan iman kita dan turut juga mempengarui apa yang keluar dari mulut kita. Jika yang kita masukkan setiap hari dalam pikiran kita adalah hal-hal negatif, maka hidup kita menjadi lebih negatif dan perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita pun menjadi negatif. Sebaliknya, jika yang kita masukkan dalam pikiran kita setiap hari adalah kebenaran Tuhan, maka hidup kita pun akan dipengaruhi oleh kebenaran Tuhan dan apa yang keluar dari mulut kitapun adalah kebenaran Tuhan. 

Pertanyaannya adalah hal-hal apakah yang paling banyak kita masukkan dalam pikiran kita setiap harinya? Ingat dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan, "carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya," maka hidup kita akan dikuasai oleh damai sejahtera Allah dan bukan oleh kekuatiran-kekuatiran hidup. 

Tidak ada komentar: