"Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan jangan berdusta melawan kebenaran. Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas tetapi dari dunia, dari napsu manusia, dari setan-setan. Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Yakobus 3:14-16
Yakobus mengajarkan bahwa iri hati dan mementingkan diri sendiri bukanlah karakter dari seorang yang berhikmat. Jadi seorang yang pintar dan cerdas, namun ia sombong dan suka berbohong, menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak memiliki hikmat. Iri hati dan keinginan untuk memegahkan diri bersumber dari napsu manusia yang distimulasi oleh pekerjaan setan yang kemudian membuahkan kekacauan dan segala perbuatan jahat.
Kita tentu masih ingat dengan peristiwa bagaimana Kain membunuh adiknya sendiri. Kekacauan dan perbuatan jahat Kain bersumber dari perasaan iri hati saat melihat bahwa persembahan adiknya diindahkan Tuhan sedangkan persembahan dia tidak. Perasaan iri tersebut kemudian membuahkan kebencian dan pembunuhan terhadap saudara kandungnya sendiri. Itulah bahaya dari iri hati yang sumbernya adalah napsu/dosa yang akan menyeret kita pada perbuatan-perbuatan atau sikap yang jahat terhadap sesama kita.
Salah satu ciri dari seseorang yang iri hati adalah tidak senang dengan keberhasilan orang lain. Kita tidak bisa bersukacita saat orang lain mendapatkan apa yang diinginkannya dan kita tidak; kita marah saat anak teman kita dapat sekolah keluar negri dan anak kita tidak; kita marah saat orang lain mendapatkan pujian tertentu; itulah ciri dari orang yang iri hati. Orang iri hati bahkan bisa membuat seseorang senang saat melihat seseorang jatuh dalam dosa, jatuh dalam kesukaran bahkan mengalami hal-hal yang buruk.
Orang yang demikian, walaupun ia adalah seorang yang cerdas dan mampu menyelesaikan banyak persoalan, ia bukanlah orang yang berhikmat didalam Tuhan. Mengapa demikian? Sebab hikmat yang dimiliki seseorang berbanding lurus dengan kualitas hidup dan karakter dari orang tersebut. Seseorang yang berhikmat otomatis menjadi seorang yang memiliki kualitas hidup dan karakter yang baik/bertumbuh. Kualitas karakter dan hidup yang bertumbuh juga menjadi ciri dari bertumbuhnya hikmat dari seseorang. Itulah sebabnya, kita diajar untuk tidak sekedar mengejar kecerdasan dan pengetahuan, namun mengejar hikmat; namun bagaimana caranya? Kita membutuhkan yang namanya kerendahan hati untuk selalu mau belajar; belajar dari Firmaan Tuhan, dari pengalaman diri kita, dari orang pengalaman dan pengetahuan orang lain, bahkan belajar dalam segala hal yang kita lihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar