Dalam pembahasan sebelumnya, kita telah mempelajari bahwa seorang berhikmat pastilah menghasilkan kehidupan yang baik; salah satu dari kualitas hidup yang baik tersebut adalah membawa damai. Sekarang Yakobus mengajarkan bahwa mereka yang membawa (mengadakan damai) yang menaburkan/mengajarkan hikmat akan menghasilkan buah kebenaran. Yakobus sepertinya ingin menekankan bahwa suasana/konsisi damai menjadi syarat utama supaya hikmat itu berhasil mengubahkan seseorang.
Apakah yang dimaksudkan dengan suasana/kondisi damai disini? dalam Alkitab istilah "damai" biasanya terkait dengan dua hal yakni "beresnya hubungan sesama manusia" dan "kondisi hati yang tenang." Jika melihat konteks pembahasan Yakobus yang berbicara mengenai bahaya perkataan, juga mengenai bahaya iri hati, mementingkan diri sendiri (ay. 16-17), maka Yakobus sepertinya menggunakan istilah "damai" untuk membicarakan mengenai kondisi hubungan yang dibangun secara sehat tanpa perselisihan dan pertengkaran. Dengan demikian, Yakobus melihat bahwa hikmat yang diajarkan akan efektif (menghasilkan buah kebenaran), jika disampaikan tanpa pertengkaran/perdebatan.
Banyak orang terjebat untuk berdebat saat mereka memberitakan injil ataupun berdiskusi mengenai kebenaran Firman Tuhan. Perdebatan memang tidak selalu buruk tetapi sangatlah sulit untuk saling belajar saat kita dalam perdebatan. Mengapa demikian? Sebab saat kita berdebat, yang sering kali jadi persoalan bukan lagi isi atau topik dari apa yang sedang didiskusikan, namun harga diri yang jadi persoalan utamanya. Itulah sebabnya sulit sekali untuk kita dapat belajar sesuatu dalam sebuah perdebatan.
Saya pernah memiliki sebuah pengalaman ditolak saat memberitakan injil karena jatuh dalam perdebatan. Saat saya masih remaja, saya merasa terpanggil untuk memberitakan injil seberapapun mahalnya harga yang saya harus bayar, maka saya pergi ke rumah seorang tetangga yang memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya, dan saya berdiskusi dengan orang tersebut mengenai Kristus. Saya berusaha menunjukkan kepada bapak tersebut bahwa ia telah jatuh dalam penyembahan berhala karena ia menyembah nenek moyangnya; namun usaha saya tidak berhasil, malah membuat orang tersebut semakin menutup dirinya. Dalam perdebatan dengan orang tersebut, saya berhasil karena orang tersebut tidak bisa membantah apa yang saya katakan, namun saya kalah dalam pembicaraan tersebut sebab orang tersebut tidak berhasil untuk dibawa kepada Kristus.
Kita mungkin menggunakan cara yang salah dalam bersaksi; kita mungkin menyangka jika kita berhasil menjatuhkan pandangan orang lain, maka orang tersebut akan percaya dengan apa yang kita beritakan. Pada kenyataannya hal tersebut tidak terjadi; itulah sebabnya apa yang Yakobus katakan penting untuk kita perhatikan. Hikmat itu haruslah ditaburkan dalam damai, barulah buah kebenaran akan muncul dari padanya. Kita perlu menyampaikan hikmat Tuhan/ajaran Tuhan dengan cara yang benar dan dalam situasi yang tepat (damai); kita tidak dapat membagikan pesan injil dengan efektif, jika kita sibuk dengan usaha kita untuk mendebat orang yang sedang kita injili.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar