Kamis, 07 November 2013

Dosa dan Kekayaan (Yakobus 2:5-7)

"... Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajaan yang dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghinakan orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat nama yang Mulia, yang olehnya kamu menjadi milik Allah." Yakobus 2:5-7

Jika dalam renungan sebelumnya kita membaca mengenai salah satu dasar/alasan mengapa jemaat Kristen tidak boleh menghina orang miskin yakni karena mereka memiliki pengalaman bagaimana walaupun mereka miskin namun Allah tetap mengasihi dan memanggil mereka; maka Yakobus dalam ayat 6-7 memberikan alasan yang kedua yang berasal dari pengalaman mereka sendiri yakni karena mereka mengalami sendiri penindasan dari orang-orang kaya. Rupanya ada orang-orang kaya yang kemudian menjerumuskan dan mencelakakan jemaat Kristen yang dilayani oleh Yakobus. Orang-orang kaya ini bahkan menghujat nama Kristus yang telah menjadi juru selamat bagi jemaat yang dilayani oleh Yakobus.

Orang-orang kaya yang dibicarakan Yakobus kemungkinan menunjuk pada orang-orang kaya yang tidak mengenal Allah dan tidak percaya kepada Kristus. Itulah sebabnya sikap dan perilaku mereka bukan saja kejam, namun mereka juga menolak Kristus yang menjadi satu-satunya juru selamat umat manusia. Tentu, orang-orang ini menjadi demikian bukan karen mereka kaya, namun karena mereka adalah orang berdosa. Dosa membuat seorang yang kaya menjadi seorang yang "kaya dalam dosa." Kondisi yang sama juga terjadi dengan orang miskin yang berdosa; persoalannya bukan terletak pada kaya atau miskinnya seseorang, namun pada dosa yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap sesama mereka.

Nasehat Yakobus ini berbicara baik kepada orang-orang kaya ataupun miskin. Bagi orang-orang kaya, mereka diingatkan bahwa sejak mereka percaya Kristus, mereka adalah orang-orang kaya dalam Tuhan, jadi mereka tidak boleh menghina orang-orang miskin, namun harus mengasihi orang-orang miskin yang ada disekitar mereka termasuk diantaranya dalam jemaat Kristen. Orang-orang kaya Kristen hendaknya menjadi orang-orang yang juga kaya dengan kemurahan. Di sisi yang lain, orang-orang miskin dalam jemaat harus belajar untuk belajar bertekun dalam Tuhan walaupun mereka harus hidup dalam kekurangan; mereka harus memandang pengalaman mereka sebagai sebuah kebahagiaan sebab pada akhirnya Tuhan akan menggunakan pengalaman tersebut untuk mendewasakan mereka (Yak 1.2-3).

Apakah kita adalah seorang yang kaya? Atau kita adalah seorang yang miskin? Atau seorang yang biasa-biasa saja? Kita harus tahu bahwa baik kita kaya, miskin atau biasa saja, kita harus kaya dengan kemurahan. Seseorang yang kaya perlu menggunakan kekayaannya untuk mempermuliakan Tuhan; sebaliknya seorang yang tidak kaya, tidak perlu menjadi kaya terlebih dahulu untuk menjadi orang yang kaya dengan kemurahan hati. Kekayaan bisa menjadi jerat bagi kita ataupun menjadi alat untuk mempermuliakan Tuhan dan membantu sesama kita, persoalannya terletak pada siapa yang menjadi tuan dan hamba dalam hubungan antara kekayaan dan diri kita; jika tuannya adalah kita dan kekayaan adalah hambanya kita, maka kekayaan akan menjadi alat bagi kita untuk mempermuliakan Tuhan; namun jika kekayaan adalah tuan dalam hidup kita dan kita menjadi budaknya, maka kita akan menjadi orang-orang yang dikuasai dan diperbudak dengan kekayaan yang hidupnya tidak akan pernah merasa puas ataupun bahagia walaupun ia sudah mendapatkan segala hal yang diinginkannya. 

Tidak ada komentar: