Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Yakobus 1:16-17
Bagian ini sebenarnya masih kelanjutan dari ayat 13-15. Jika dalam ayat 13-15 Yakobus mengingatkan pembacanya (orang-orang percaya) bahwa ada penderitaan yang dialami karena hasrat dosa, maka dalam ayat 16-17 Yakobus menegaskan ulang untuk tidak menuduh Tuhan sebagai penyebab penderitaan yang dia alami yang muncul sebenarnya akibat hastrat dosanya sendiri. Itulah sebabnya Yakobus berkata "jangan sesat."
Istilah "jangan sesat" yang digunakan Yakobus memiliki pengertian yang jauh lebih dalam dari sekedar "sesat" dalam konteks "ajaran" ataupun "moralitas." Istilah tersebut digunakan Yakobus dalam konteks iman/kepercayaan seseorang kepada Tuhan. Dengan kata lain, menuduh Tuhan sebagai penyebab dari penderitaan yang muncul akibat hasrat dosa seseorang merupakan sebuah bentuk ketidakberimanan seseorang kepada Tuhan. Mengapa demikian? Sebab Tuhan tidak pernah memberikan yang buruk kepada anak-anaknya.
Yakobus mengingatkan bahwa setiap pemberian yang baik (kebaikan yang manusia alami dan terima) adalah dari Tuhan; artinya apa? Artinya Tuhan itu hanya memberikan yang terbaik bagi manusia; itulah sebabnya penderitaan yang diijinkan Tuhan (yang kita sebut sebagai ujian iman) pasti akan menghasilkan kebaikan, yakni ketekunan orang-orang percaya (lih ay.2-3); jadi jika seseorang mengalami penderitaan yang menghancurkan sebagai akibat/konsekuensi dari pilihan seseorang untuk mengikuti hasrat dosanya, maka penderitaan itu bukan merupakan ujian iman dan bukan datang dari Tuhan. Di sisi yang lain Yakobus juga menegaskan bahwa Tuhan itu adalah Bapa segala terang yang dalam dirinya tidak ada perubahan atau bayangan; apakah artinya kalimat ini? Bapa segala terang berarti ia adalah pencipta yang sempurna; sedangkan istilah tidak ada perubahan atau bayangan, menunjuk pada sifat/karaktter Allah yang konsisten; dimana Tuhan tidak pernah menjadi tidak baik kepada manusia dan anugerah Tuhan tidak bisa dihalangi oleh sesuatu apapun. Jadi, tidak mungkin Tuhan kemudian mengerjakan hal yang jahat/buruk bagi anak-anaknya.
Saya pernah melihat ada seorang ayah yang mewariskan sebuah toko kepada anaknya. Dalam perjalanan waktu, ayah tersebut yang merupakan seorang duda kemudian mendapatkan pasangan baru dan ia menikah; setelah ia menikah kemudian terjadi perubahan dalam pikiran sang ayah, maka ayah tersebut kemudian bermaksud untuk mengambil alih wasiat yang sudah dituliskannya dan diberikannya ke noratis. Lalu apa yang terjadi? Akhirnya ayah dan anak masuk ke ranah hukum untuk memperebutkan toko yang sekarang menjadi sengketa. Perseteruaan ini akhirnya berakhir dengan kondisi baik si ayah maupun si anak akhirnya tidak ada yang mendapatkan hak atas toko tersebut sebab mereka harus menjual toko tersebut dan menggunakan uang mereka untuk melunasi tagihan baik untuk penasehat hukum maupun "ongkos lainnya" diseputar kasus mereka.
Sungguh menggelikan, namun itulah manusia; kita bisa berubah dan keputusan kita bisa bergantung pada situasi dan kondisi. Namun Tuhan, tidak seperti itu; ia adalah Allah yang tidak berubah, ia adalah Allah pencipta langit, bumi, dan manusia yang telah mengasihi manusia sejak semula bahkan sejak kekekalan. Percayakah anda bahwa Tuhan tetap mengasihi kita? percayakah anda bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar