Kamis, 24 Oktober 2013

Pembaharuan Bukan Untuk Sendiri (Yakobus 1:18)

“Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.” Yakobus 1:18.

Dalam bacaan kita sebelumnya, kita sudah mempelajari bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya; itulah sebabnya kalaupun Tuhan menginjinkan penderitaan (ujian iman) pasti hasilnya selalu baik dan positif. Melanjutkan gagasan tersebut, Yakobus kemudian menjelaskan hal baik apa yang Tuhan sebenarnya kerjakan dalam diri umat Tuhan; maka Yakobus menegaskan yang Tuhan kerjakan dalam diri umatnya adalah menjadikan kita sebagai ciptaan baru.

Yakobus menegaskan atas kehendaknya sendiri, Tuhan telah menciptakan kita oleh firman kebenaran. Dalam PB, karya penciptaan yang Tuhan kerjakan melalui firman kebenaran berkaitan dengan karya Tuhan dalam menjadikan manusia sebagai ciptaan baru. Yang menarik adalah Yakobus mengatakan karya tersebut didasarkan atas kehendaknya sendiri; istilah ini menegaskan bahwa dalam diri Tuhan ada keingingan yang kuat dan positif untuk memperbaharui manusia, itulah sebabnya melalui firman Tuhan, ia melahirbarukan/menjadikan kita sebagai ciptaan baru.

Namun apa tujuannya Tuhan menjadikan kita sebagai ciptaan baru? Maka Yakobus mengajarkan, tujuannya adalah supaya umat Tuhan menjadi anak/buah sulung dari semua ciptaan. Istilah buah sulung biasanya digunakan untuk membicarakan hasil panen pertama yang menjadi tanda dari keberhasilan/kegagalan hasil panen secara kesuluruhan. Waktu Yakobus menggunakan gagasan tersebut untuk umat Tuhan, maka Yakobus hendak menegaskan bahwa pembaharuan dalam hidup umat Tuhan merupakan sebuah “miniature karya Allah” dalam memperbaharui dunia ini.

Dari apa yang Yakobus ajarkan, kita belajar bahwa Allah ternyata menghendaki sebuah perbaharuan yang tidak hanya terjadi secara individual dalam diri seorang percaya, namun ia juga mengkehendaki sebuah proses pembaharuan yang bersifat menyeluruh termasuk pembaharuan dalam dunia ini. Dari sini kita belajar bahwa Tuhan ingin berkarya bukan hanya dalam diri kita namun dalam dunia ini. Namun, bagaimana cara Tuhan akan berkarya dalam dunia ini? Salah satu jawabannya adalah melalui pembaharuan diri kita.

Seorang biarawan Kristen mewariskan sebuah tulisan sebelum ia mati. Dalam tulisannya ia menulis: dulu waktu aku muda, aku berharap supaya aku bisa merubah dunia ini. Namun, setelah berjuang belasan tahun, aku tahu bahwa aku tidak bisa mengubah dunia. Kemudian aku berpikir untuk mengubah bangsaku, dan aku berjuang belasan tahun untuk mengubah bangsanya; nyatanya aku kembali gagal. Kemudian aku berpikir jika bangsaku tidak berhasil aku rubah, lebih baik aku berkonsentrasi merubah keluargaku; dan setelah bertahun-tahun aku mencoba mengubah keluargaku, dan usiaku sekarang sudah mendekati kematian, namun aku mendapati bahwa keluargaku pun tidak berubah. Saat itulah aku menyadari bahwa seharusnya yang aku rubah duluan adalah diriku sendiri, dan siapa tahu perubahan dalam diriku akan mempengaruhi keluargaku, dan perubahan keluargaku akan mempengaruhi bangsaku, dan perubahan bangsaku akan mempengaruhi dunia ini.

Kisah ini sungguh menarik; kisah ini mengingatkan kita bahwa hal pertama yang harus berubah adalah diri kita; sebelum kita menuntut orang lain untuk berubah, maka kita harus berubah duluan. Manusia pada dasarnya tidak mampu berubah sebab dosa menguasai kita; namun syukur karena karya Tuhan yang sudah melahirbarukan dan menjadikan kita ciptaan baru; maka kita memiliki kemampuan untuk berubah menjadi lebih baik. Apakah anda dan saya setiap harinya sudah berubah menjadi orang yang lebih baik?


Tidak ada komentar: