“Atas
kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya
kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua
ciptaan-Nya.” Yakobus 1:18.
Dalam bacaan kita sebelumnya, kita sudah
mempelajari bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya; itulah
sebabnya kalaupun Tuhan menginjinkan penderitaan (ujian iman) pasti hasilnya
selalu baik dan positif. Melanjutkan gagasan tersebut, Yakobus kemudian
menjelaskan hal baik apa yang Tuhan sebenarnya kerjakan dalam diri umat Tuhan;
maka Yakobus menegaskan yang Tuhan kerjakan dalam diri umatnya adalah
menjadikan kita sebagai ciptaan baru.
Yakobus menegaskan atas kehendaknya sendiri,
Tuhan telah menciptakan kita oleh firman kebenaran. Dalam PB, karya penciptaan
yang Tuhan kerjakan melalui firman kebenaran berkaitan dengan karya Tuhan dalam
menjadikan manusia sebagai ciptaan baru. Yang menarik adalah Yakobus mengatakan
karya tersebut didasarkan atas kehendaknya sendiri; istilah ini menegaskan
bahwa dalam diri Tuhan ada keingingan yang kuat dan positif untuk memperbaharui
manusia, itulah sebabnya melalui firman Tuhan, ia melahirbarukan/menjadikan
kita sebagai ciptaan baru.
Namun apa tujuannya Tuhan menjadikan kita sebagai
ciptaan baru? Maka Yakobus mengajarkan, tujuannya adalah supaya umat Tuhan
menjadi anak/buah sulung dari semua ciptaan. Istilah buah sulung biasanya
digunakan untuk membicarakan hasil panen pertama yang menjadi tanda dari
keberhasilan/kegagalan hasil panen secara kesuluruhan. Waktu Yakobus
menggunakan gagasan tersebut untuk umat Tuhan, maka Yakobus hendak menegaskan
bahwa pembaharuan dalam hidup umat Tuhan merupakan sebuah “miniature karya
Allah” dalam memperbaharui dunia ini.
Dari apa yang Yakobus ajarkan, kita belajar bahwa
Allah ternyata menghendaki sebuah perbaharuan yang tidak hanya terjadi secara
individual dalam diri seorang percaya, namun ia juga mengkehendaki sebuah
proses pembaharuan yang bersifat menyeluruh termasuk pembaharuan dalam dunia
ini. Dari sini kita belajar bahwa Tuhan ingin berkarya bukan hanya dalam diri
kita namun dalam dunia ini. Namun, bagaimana cara Tuhan akan berkarya dalam
dunia ini? Salah satu jawabannya adalah melalui pembaharuan diri kita.
Seorang biarawan Kristen mewariskan sebuah
tulisan sebelum ia mati. Dalam tulisannya ia menulis: dulu waktu aku muda, aku
berharap supaya aku bisa merubah dunia ini. Namun, setelah berjuang belasan
tahun, aku tahu bahwa aku tidak bisa mengubah dunia. Kemudian aku berpikir
untuk mengubah bangsaku, dan aku berjuang belasan tahun untuk mengubah
bangsanya; nyatanya aku kembali gagal. Kemudian aku berpikir jika bangsaku
tidak berhasil aku rubah, lebih baik aku berkonsentrasi merubah keluargaku; dan
setelah bertahun-tahun aku mencoba mengubah keluargaku, dan usiaku sekarang
sudah mendekati kematian, namun aku mendapati bahwa keluargaku pun tidak
berubah. Saat itulah aku menyadari bahwa seharusnya yang aku rubah duluan
adalah diriku sendiri, dan siapa tahu perubahan dalam diriku akan mempengaruhi
keluargaku, dan perubahan keluargaku akan mempengaruhi bangsaku, dan perubahan
bangsaku akan mempengaruhi dunia ini.
Kisah ini sungguh menarik; kisah ini mengingatkan
kita bahwa hal pertama yang harus berubah adalah diri kita; sebelum kita
menuntut orang lain untuk berubah, maka kita harus berubah duluan. Manusia pada
dasarnya tidak mampu berubah sebab dosa menguasai kita; namun syukur karena
karya Tuhan yang sudah melahirbarukan dan menjadikan kita ciptaan baru; maka
kita memiliki kemampuan untuk berubah menjadi lebih baik. Apakah anda dan saya
setiap harinya sudah berubah menjadi orang yang lebih baik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar