Jumat, 25 Oktober 2013

Kepekaan Dan Kendali Atas Amarah (Yakobus 1:19-20)

Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Yakobus 1:19-20.

Jika kita membaca kitab Amsal, kita akan menemukan bahwa hikmat dalam berkata-kata dan kemarahan merupakan topik yang banyak dibicarakan; tema ini memang menjadi salah satu tema utama dalam literatutr hikmat Yahudi. Surat Yakobus pun demikian, surat ini memiliki kemiripan isi dengan literatur hikmat, yang juga membicarakan aspek yang sama yakni hikmat dalam perkataan dan kemarahan.

Hal pertama yang harus kita cermati adalah mengenai nasehat untuk lambat dalam berkata-kata; tentu hal ini tidak dapat diartikan secara harafiah dimana Yakobus meminta kita untuk selalu berbicara dengan lambat; perkataan hendaklah kita "lambat untuk berkata-kata," harus diartikan dalam kaitannya dengan istilah "lambat untuk marah." Yang Yakobus maksudkan dengan lambat berkata-kata disini menunjuk kepada kontrol perkataan yang harus kita miliki khususnya saat kita sedang marah. 

Tentu Yakobus pun tidak sedang membicarakan marah dalam konteks yang umum, sebab marah bukanlah hal yang salah ataupun dosa; Yesus saja pernah marah. Marah yang dibicarakan oleh Yakobus adalah "marah" yang tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Allah, artinya marah yang muncul bukan karena melihat kebenaran Tuhan dilecehkan atau marah karena melihat ketidakadilan, namun rasa marah yang muncul terutama karena hasrat dosa/napsu kita yang tidak terpenuhi atau terhambat. Ingat dalam ayat 13-14 Yakobus membicarakan mengenai hasrat dosa yang membuat seseorang terjerat dan terjerumus dalam dosa; konteks yang sama sepertinya masih terkait dengan ayat 19-20.

Sedangkan istilah "cepat untuk mendengar" pada umumnya/seringkali diartikan sebagai "sikap empati." Hari ini, kita akan melihat pengertian dari istilah ini dari aspek yang berbeda. Menurut saya, kita sebaiknya mengartikan istilah "cepat untuk mendengar" dalam konteks Yakobus 1 ayat 21 (lihat kalimat dibawah).

Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. (Yakobus 1:21)

Istilah "sebab itu" yang digunakan dalam ayat 21, jelas menunjukkan bahwa ayat ini merupakan bagian dari ayat 20. Dalam ayat 21 istilah "buanglan segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak" kemungkinan besar terkait dengan perkataan yang jahat yang keluar dari mulut kita; hal inilah yang harus kita buang. Sedangkan istilah "terimalah dengan lemah lembut firman" digunakan dalam kaitannya dengan nasehat untuk "cepat mendengar." Dengan demikian, istilah "cepat untuk mendengar" dalam konteks ini menunjuk kepada kepekaan seseorang untuk mendengarkan suara Tuhan. 

Masih ingatkah kita dengan kisah Kain dan Habel; kita tahu bahwa saat Kain melihat persembahannya tidak diindahkan Tuhan, ia menjadi sangat marah dan ia tidak menghiraukan peringatan Tuhan atas dirinya sebelum ia akhirnya membunuh adiknya sendiri Habel. Yakobus mengingatkan kita, bahwa kita perlu peka untuk mendengarkan suara Tuhan dan perlu untuk mengendalikan amarah diri kita serta perkataan kita supaya kita tidak jatuh dalam dosa.

Dengan demikian kita belajar bahwa pengedaliaan diri atas amarah dan perkataan, pada dasarnya terkait dengan kepekaan seseorang untuk mendengar suara Tuhan melalui nurani dan firman Tuhan yang setidap hari kita baca dan pelajari. Di sinilah kita melihat pentingnya belajar firman Tuhan; apakah kita setidap hari sudah belajar firman Tuhan?

Tidak ada komentar: