Sabtu, 26 Oktober 2013

Kunci Pembaharuan Manusia (Yakobus 1:21)

"Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." Yakobus 1:21

Yakobus memberikan dua nasehat yang penting dalam kaitannya dengan perkataan yang mempengaruhi kehidupan. Nasehat yang pertama adalah kita harus membuang segala sesuatu yang kotor dan jahat. Kita tahu bahwa apa yang keluar dari mulut, yakni perkataan-perkataan yang kejam, kotor, ataupun jahat sebenarnya merupakan representasi dari hati kita yang sering kali jahat, kotor ataupun kejam. Seperti yang Tuhan Yesus ajarkan bahwa apa yang keluar dari hati melalui (salah satunya) mulut kita, itulah yang menajiskan kita.

Yakobus menasehatkan supaya kita membuang semua hal yang jahat dan buruk tersebut. Namun bagaimana caranya? Tentu hati kita harus diubahkan terlebih dahulu sebab persoalan buruknya sikap dan perkataan manusia bersumber dari hati. Namun bagaimana caranya supaya hati kita dapat diubahkan? maka Yakobus mengatakan Firman Tuhan itulah kuncinya; firman Tuhan berkuasa untuk menyelamatkan jiwa kita. Ingat dengan apa yang Yakobus katakan dalam ayat 18:

"Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya."

Firman kebenaran atau firman Allah adalah sarana yang Tuhan gunakan untuk menjadikan kita sebagai ciptaan baru. Firman Tuhan inilah yang akan terus membentuk kehidupan kita hingga satu kali nanti saat hari penghakiman tiba, maka kita akan dinyatakan sebagai orang benar.

Meskipun demikian, firman Tuhan akan bekerja dengan efektif dalam kehidupan kita jika kita menyambutnya. Itulah sebabnya, Yakobus mengingatkan supaya firman Tuhan itu diterima dengan lemah lembut. Yang dimaksudkan Yakobus dengan lemah lembut di sini tidaklah sekedar berarti "penuh keterbukaan," namun istilah tersebut menunjuk kepada sikap seseorang yang dengan rela hati mempercayakan hidupnya kepada apa yang diterimanya. Dengan demikian, firman Tuhan itu bukanlah sekedar harus diterima dengan terbuka, namun harus dipercayai dan dan dijadikan pegangan hidup bagi kita, barulah firman Tuhan itu efektif dalam pembaharuan hidup kita.

Satu kali seorang anak memanjat pohon, ayahnya yang berada di bawah pohon membiarkan anak tersebut melakukan hal tersebut karena ia memang terbiasa melakukannya. Saat si ayah sedang asik-asik melihat bunga-bunga di sekitar pohon, tiba-tiba anaknya berteriak dari atas "Dad ... it is me ... ." Sewaktu si ayah melihat ke atas, ia kaget sekali karena anaknya loncat dari atas pohon ke arahnya; maka ia langsung menangkap anaknya yang dengan sengaja melompat ke arahnya. Untunglah si ayah berhasil menangkap anak tersebut; setelah itu si ayah bertanya "ada apa dengan kamu, kenapa kamu melakukan itu?" Lalu si anak berkata, karena "ayah ada dibawah, aku percaya ayah pasti bisa menangkap aku."

Keberaniaan untuk mempercayakan hidup, seperti yang diperlihatkan oleh anak dalam kisah di atas, itulah yang Tuhan minta ada dalam diri kita saat kita mendengar firman Tuhan. Saat Abraham dipanggil Tuhan untuk meninggalkan keluarganya untuk pergi ke tanah yang dijanjikan Tuhan, Abraham mempercayakan hidupnya kepada apa yang dikatakan Tuhan dan ia mentaati Tuhan. Apakah kualitas sikap terhadap firman Tuhan yang seperti itu ada dalam diri kita?

Tidak ada komentar: