Minggu, 13 Oktober 2013

Orang Kristen dan Tanggung Jawabnya (Yakobus 1:1)

Yakobus 1:1 "Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan."

Yakobus bukan hanya berbicara mengenai siapa dirinya, namun ia juga berbicara mengenai siapa pendengarnya. Yakobus menyebut pendengarnya yang merupakan orang-orang Kristen sebagai 12 suku di perantauan (diaspora). Istilah tersebut memiliki berbagai kemungkinan arti; sebagain ahli memandang istilah 12 suku digunakan untuk membicarakan orang-orang Kristen sebagai Israel sejati (the true Israel), sedangkan istilah di perantauan (diaspora) diartikan secara berbeda oleh para ahli; sebagian ahli mengartikan istilah diaspora/di perantauan secara harafiah yakni menunjuk pada orang-orang Kristen di luar Palestina, sebagian ahli yang lain mengusulkan supaya istilah diaspora/di perantauan dipahami sebagai metafora dari orang Kristen yang tidak memiliki tanah air dunia namun tanah air sorgawi.

Menurut saya, istilah 12 suku diaspora/perantauan seharusnya dipahami secara kesatuan; 12 suku diaspora/perantauan adalah gambaran dari bangsa Israel yang sedang menantikan penggenapan dari janji pemulihan Allah. Dalam Yeremia 29 kita membaca pesan dari sang Nabi bagi suku-suku Israel yang ada di pembuangan supaya mereka bukan saja setia menantikan janji pemulihan Tuhan melalui New Covenant, namun mereka haruslah terlibat aktif dan berjuang dalam mensejahterakan kota dimana mereka tinggal. Yakobus menggunakan istilah 12 suku diaspora/perantauan bagi orang-orang Kristen sebab orang-orang Kristen, walaupun telah menerima dan mengalami anugerah pemulihan (new covenant), namun mereka masih menantikan penggenapan secara menyeluruh dari janji tersebut; di sisi yang lain, orang Kristen pun tetap masih harus tinggal dalam dunia ini dan harus berkarya dalam membangun masyarakat dimana mereka tinggal.

Ajaran ini mengingatkan kita untuk tidak hanya berorientasi pada pengharapan akan masa yang akan datang, namun disisi yang lain untuk tidak melupakan pengharapan tersebut. Kekristen tidak dapat hanya mempedulikan hal-hal sorgawi dan menutup mata terhadap pergumulan ril di dunia ini; namun di sisi yang lain kita pun tidak dapat hanya melihat dan berorientasi pada dunia ini dan melupakan pengharapan kita akan janji di masa yang akan datang.

King Henry III mendatangi sebuah biara untuk mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan; ia datang kepada kepala biara minta supaya ia diijinkan untuk tinggal disana selama sisa hidupnya untuk mentaati Tuhan. Lalu kepala biara berkata kepada King Henry III, "benarkah raja ingin melayani Tuhan untuk seumur hidup tuan," dan sang raja berkata "benar," kemudian kepala biara berkata, "jika demikian kembalilah anda ke tahta anda dan layanilah dengan setia di tempat dimana Tuhan telah tempatkan engkau." King Henry kemudian menjadi paham bahwa untuk melayani Tuhan, ia tidak harus hidup membiara, ia tetap dapat melayani Tuhan dengan menjadi seorang raja yang setia kepada Tuhan dan setia dalam setiap tanggung jawabnya. Seorang pegawai istana yang melayani king Henry bersaksi bahwa king Henry selalu berusaha memerintah dengan ketaatan pada Tuhan.

Dimana Tuhan tempatkan kita? Mungkin kita adalah seorang dosen, dokter, mahasiswa, ibu rumah tangga atau rohaniawan Kristen; semua kita memiliki panggilan yang sama untuk berkarya bukan hanya dalam gereja namun dalam dunia ini. Apa yang sudah kita kontribusikan bagi gereja dan dunia kita ini? ingat apa yang Tuhan Yesus ajarkan dalam doa "Bapa Kami," Yesus mengajar kita untuk berdoa "datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendakmu di bumi seperti di sorga." Itulah yang Tuhan inginkan yakni--bukan sekedar supaya kita naik ke sorga, tetapi juga--supaya "sorga turun ke bumi."

Tidak ada komentar: