"Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan."
Sungguh menarik apa yang Yakobus katakan, ia menyatakan bahwa dirinya adalah "hamba" dari bukan hanya Allah tetapi Tuhan Yesus Kristus. Pada umumnya para sarjana PB dapat menerima bahwa Yakobus yang dibicarakan dalam surat Yakobus adalah Yakubus adik kandung dari Yesus sendiri; kita dapat melihat diri Yakobus dibicarakan dalam Matius 13.55 dan Kis. 15; yang menarik adalah Yakobus yang sebelumnya (sebelum kematian Yesus) tidak diindikasikan percaya kepada Kristus, namun dalam surat Yakobus yang ditulis sekitar tahun 40-an M terindikasi dengan sangat jelas telah percaya kepada Yesus. Perkataan Yakobus yang mengatakan bahwa dirinya adalah "hamba" dari Yesus dan penyebutan identitas Yesus sebagai Tuhan menjadi indikasi kuat yang meneguhkan fakta iman Yakobus.
Mengapa Yakobus dapat percaya kepada Yesus? Dalam suratnya, kita tidak menemukan alasan yang cukup jelas mengenai pertobatannya; namun pertobatan Yakobus dapat kita lihat dalam kesaksian Paulus dalam 1 Kor. 15:7. Dalam teks tersebut, Paulus menegaskan bahwa setelah Kristus mengalahkan maut (kuasa dosa) melalui kebangkitannya, ia menampakan diri kepada Petrus, para rasul yang lain, kepada Yakobus dan kepada Paulus. Waktu Paulus menuliskan 1 Kor. 15:4-8; ia bukan hanya ingin mengatakan bahwa saat Yesus bangkit ada cukup banyak saksi mata yang melihatnya, namun Paulus ingin memperlihatkan bahwa kebangkitan Yesus membawa kebangkitan rohani bagi orang-orang yang mengalami perjumpaan pribadi dengan-Nya. Paulus ingin memperlihatkan bahwa bukti dari kebangkitan Yesus bukan hanya nampak dalam kesaksian secara lisan dari orang-orang yang melihatnya (Yesus) bangkit dari kematian, namun dari perubahan hidup yang terjadi dalam orang-orang yang mengalami perjumpaan dengan Kristus yang bangkit. Yakobus adalah salah satu orang, yang menurut Paulus, mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus yang bangkit itu; hal itulah yang membuat dirinya, seperti halnya Paulus, kemudian percaya kepada Kristus dan menyerahkan dirinya kepada Kristus sebagai hamba Kristus.
Perjumpaan pribadi dengan Kristus yang bangkit (telah mengalahkan maut), itulah yang membuat seseorang mengikut Kristus. Apakah yang menjadi dasar dari kekristenan kita? Apakah kita menjadi Kristen karena orang tua, atau karena sudah terlanjur berprofesi sebagai rohaniawan Kristen, atau karena apa? Tanpa perjumpaan pribadi dengan Kristus yang bangkit, kita hanya menjadi seorang yang beragama/ber-KTP Kristen, namun bukan pengikut/hamba dari Kristus. Seseorang tidak mungkin menyerahkan dirinya sebagai hamba, yang totalitas hidupnya dimiliki oleh Kristus, tanpa mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus. Tentu sarana utama dari perjumpaan pribadi dengan Kristus adalah firman; itulah yang membuat mengapa Paulus dengan jelas mengatakan bahwa untuk dapat percaya kepada Kristus, manusia membutuhkan Firman (Roma 10. 10-14).
Banyak orang Kristen tahu mengenai John Newton; seorang mantan penjual budak yang juga pernah jatuh dalam perbudakan, namun ia kemudian percaya kepada Kristus. Dalam pelayanannya John Newton mengalami perubahan yang nyata; ia bukan hanya setia dalam pelayanan firman, ia pun setia dalam melayani orang-orang miskin dan memperjuangkan penghapuskan perbudakan. Namun, saat ia menjadi tua, kesehatan dan kekuatannya pun menurun dan ia mulai menjadi pikun, sulit mendengar dan berbicara. Menjelang akhir hidupnya, John Newton berkata "my memory is nearly gone, but I remember two things: that I am the great sinner and that Christ is the great Saviour."
Apakah yang membuat seorang John Newton memiliki kesetiaan kepada Kristus sampai akhir hayatnya? Perjumpaan pribadi dengan Kristus yang membawa dirinya kepada keselamatan, itulah pasti yang menjadi alasannya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar