Jumat, 18 Oktober 2013

Komitmen Seorang Percaya (Yakobus 1:7-8)

"Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang medua hati tidak akan tenang dalam hidupnya." Yakobus 1:7-8

Sebelumnya Yakobus membicarakan mengenai orang yang meminta hikmat dari Tuhan, namun ia tidak mendapatkannya (ay.6); orang ini tidak mendapatkan apa yang dia minta sebab orang tersebut adalah orang yang tidak benar-benar mencari hikmat. Dalam ayat 8, Yakobus menggambarkan orang yang seperti ini sebagai orang yang mendua hati. Istilah "mendua hati" dalam Alkitab biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak sepenuhnya mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan; artinya orang ini tidak memiliki komitmen yang utuh dalam mempercayakan, menyerahkan dan mengabdikan hidupnya kepada Tuhan."

Yakobus juga mengatakan orang yang seperti ini tidak akan tenang dalam hidupnya. Istilah "tidak akan tenang dalam hidupnya" (terjemahan LA) memiliki pengertian seseorang yang dalam sikap atau perbuatannya selalu bimbang, ia tidak tahu harus memilih yang mana. Meskipun demikian, Yakobus menggunakan penggambaran tersebut bukan untuk membicarakan mengenai kebimbangan seseorang dalam hal mengambil keputusan, namun Yakobus hendak membicarakan mengenai kondisi seseorang yang tidak benar-benar memiliki komitmen yang "mantap" dalam mengikut Tuhan sehingga dalam dirinya selalu ada keraguan untuk memilih taat kepada Tuhan khususnya dalam situasi yang menyulitkan. Orang-orang yang seperti inilah yang Yakobus katakan mendua hati, yang tidak benar-benar mempercayakan hidupnya kepada Tuhan dan tidak memiliki komitmen yang utuh kepada Tuhan; orang yang seperti inilah yang disebut orang yang mendua hati.

Ujian iman dari Tuhan, mungkin bentuknya adalah penderitaan atau kesukaran, merupakan sebuah sarana pengujian yang akan memperlihatkan kemurniaan iman kita atau kesungguhan komitmen kita. Masih ingatkan kita dengan seorang rohaniawan kaya raya yang datang kepada Yesus untuk menanyakan mengenai hal apa yang harus dilakukan supaya ia mendapatkan hidup yang kekal? Kesungguhan, komitmen dan kesejatiaan iman orang tersebut diperlihatkan ketika Tuhan memperhadapkan kepadanya pilihan sulit antara harta dan kehendak Tuhan.

Ada kisah nyata mengenai seorang misionaris utusan dari lembaga Misi Amerika mengenai pengalaman pelayanannya di India; Ia memutuskan untuk memberitakan injil di daerah yang belum pernah mendapatkan kesempatan mendengar ijil. Di daerah tersebut misionaris ini memberitakan injil selama bertahuan-tahun dan akhirnya ada seorang pemuda bernama Sankar yang menerima Kristus. Setelah dibina sekian waktu lamanya, akhirnya Sankar mengambil keputusan untuk melayani Tuhan dengan memberitakan injil di daerahnya. Setelah belajar selama beberapa waktu dengan misionaris tersebut, maka Sankar dengan bermodalkan Alkitab pergi ke pasar dan disana ia memberitakan injil. Saat orang banyak merasa terganggu dengan apa yang dia katakan mengenai dewa-dewa yang mereka sembah, maka penduduk desa tersebut mengambil Alkitab yang sankar bawa lalu dirobek dan dibakar. Namun Sankar tidak berhenti, ia kembali datang ke pasar yang sama, ia kembali memberitakan injil walaupun ia tidak mempunyai Alkitab lagi, dan banyak orang yang semakin tidak menyukai kehadiran dirinya dan kemudian mereka memukuli dan menghajar anak muda ini. Namun, Sankar tidak berhenti, ia kembali datang dan terus menyampaikan injil. Misionaris itu berkata setelah lebih dari 10 tahun, sekarang telah ada sekitar 30 orang percaya di wilayah itu.

Kisah ini barangkali untuk sebagian kita terasa ekstrem; kita barangkali menganggap cara yang digunakan Sankar dalam memberitakan injil tidak tepat dan kurang bijaksana; namun di sisi yang lain, kita tidak bisa menyangkali bahwa dibalik keterbatasan dan kelemahannya dalam melakukan praktek penginjilan, Sankar menunjukkan bahwa ia mempunyai komitmen yang mendalam untuk mengikut dan melayani Tuhan. Bagimana dengan kita, punyakan kita komitmen yang seperti itu dalam mengiring Tuhan di sepanjang hidup kita.

Tidak ada komentar: