Kamis, 17 Oktober 2013

Hikmat dan Kehidupan II (Yakobus 1:6-7)

"Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." Yakobus 1:6-7.

Dalam Yakobus 1:5, Yakobus mengajarkan supaya pembacanya (orang-orang percaya) meminta hikmat dari Tuhan saat mereka dalam ujian iman; ini adalah bentuk dari penyerahan diri umat kepada Tuhan; dan Yakobus menegaskan Tuhan pasti akan memberikan hikmat yang kita butuhkan. Pertanyaannya adalah jika demikian mengapa ada orang-orang Kristen yang ketika meminta hikmat dari Tuhan, mereka tidak mendapatkannya? Maka Yakobus menjawab pertanyaan tersebut dalam ayat 6-7.

Yakobus menegaskan bahwa letak persoalan dari seseorang yang tidak mendapatkan hikmat dari Tuhan, bukan terletak pada Tuhan sebab Tuhan itu penuh anugerah dan tidak perhitungan dalam memberikan hikmat; jadi kalaupun seseorang meminta hikmat kepada Tuhan, namun ia tidak mendapatkannya, itu terjadi karena ada yang tidak beres dalam diri/permintaan orang tersebut. Hal apa "yang tidak beres" dalam diri orang tersebut? Yakobus menjawab sebab orang tersebut tidak memintanya dalam iman atau ia bimbang; orang seperti ini, menurut Yakobus, tidak akan mendapatkan apa-apa dari Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah apa yang dimaksudkan dengan meminta dalam iman dan tidak bimbang oleh Yakobus, apakah yang dia bicarakan adalah keyakinan akan jawaban doa atau hal tersebut menunjuk pada iman seseorang kepada Tuhan?

Salah satu hal yang dapat menolong kita untuk memahami apa yang Yakobus maksudkan dengan iman adalah dengan memperhatikan gambaran mengenai orang yang diombang-ambingkan di lautan yang disamakan dengan orang yang tidak memiliki iman. Dalam literatur hikmat Yahudi, gambaran mengenai orang yang diobang-ambingkan di lautan digunakan untuk membicarakan mengenai orang yang munafik; orang yang kelihatannya percaya kepada Tuhan namun sesungguhnya tidak demikian. Yakobus sepertinya membicarakan orang yang demikian dalam ay. 6-7; orang munafik sebenarnya tidak mempunyai iman artinya ia sebenarnya tidak mempercayakan hidupnya kepada Tuhan; inilah yang menyebabkan kalaupun ia meminta hikmat kepada Tuhan; ia tidak benar-benar membutuhkan itu; permintaannya barangkali sekedar sebuah penampilan yang palsu. Inilah yang menyebabkan orang tersebut tidak akan mendapatkan apa-apa dari Tuhan.

Kepura-puraan atau kemunafikan adalah karakter negatif yang disoroti secara tajam oleh Tuhan Yesus; ahli taurat dan orang-orang Farisi disoroti secara tajam oleh Yesus karena kemunafikan mereka. Yakobus mengingatkan kemunafikan yang sama dapat terjadi dengan perjalanan hidup kita. Bahasa dan penyerahan hidup kepada Tuhan dapat kita gunakan untuk membohongi orang lain atau menutupi kelemahan/ketidak berimanan kita kepada Tuhan. Kita harus jujur bahwa ada kalanya kita lemah dan begitu sulit untuk mempercayakan hidup kepada Tuhan, khususnya saat kita menghadapi krisis hidup yang tidak mudah; kita tidak perlu menutupi kondisi seperti ini; datang saja kepada Tuhan dan akui semua kelemahan kita dan mintalah hikmat dari Tuhan; maka Tuhan akan mengaruniakannya kepada kita.

Andrew Bonar adalah seorang pengkhotbah abad 19 yang terkenal dari Scotlandia. Banyak orang yang menghargai dan menghormatinya karena ia adalah seorang yang dipandang begitu saleh dan melayani dengan sungguh-sungguh. Satu kali Bonar menulis demikian: "this day 20 years ago, I preached for the first time as an ordained minister. It is amazing that the Lord has spared me and used me at all. I have no reason to wonder that He used others far more than he does me. Yet envy is my hurt, and today I have been seeking grace to rejoice exceedingly over the usefulness of others, even where it cast me into the shade. Lord, take away this envy from me."

Sebuah pengakuan yang jujur dihadapan Tuhan, itulah teladan yang indah dari Andrew Bonar. Apakah anda dan saya berani jujur dihadapan Tuhan dengan apa yang kita rasakan, alami dan pergumulkan. Inilah awal dari penyerahan diri yang benar dihadapan Tuhan saat kita dalam pergumulan.

Tidak ada komentar: