"Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi, dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput." Yakobus 1.9-10
Jika dalam ps. 1.1-8 Yakobus berbicara mengenai perbedaan antara orang yang benar-benar mencari hikmat dan tidak; maka paralel dengan itu, dalam ayat 9-10 Yakobus membedakan antara si miskin dan si kaya. Pola perbandingan seperti ini biasa kita lihat dalam kitab Amsal, itulah sebabnya surat Yakobus pada dasarnya terkategori kitab hikmat.
Yakobus mengatakan orang miskin (orang rendah) memiliki kedudukan yang tinggi, itulah sebabnya ia harus bermegah untuk apa yang dia alami. Tentu untuk memahami apa yang Yakobus maksudkan, kita harus mencari tahu terlebih dahulu siapakah yang dimaksudkan mereka yang rendah/miskin itu; apakah yang Yakobus maksudkan adalah konsisi miskin/rendah yang secara umum dialami oleh "orang tidak punya."
Hal pertama yang harus kita pikirkan adalah istilah "saudara" yang digunakan Yakobus. Istilah ini mengindikaikan bahwa orang rendah/miskin yang dibicarakan Yakobus menunjuk kepada sesama orang percaya. Dalam konteks Yakobus 1.2-3 yang sebelumnya kita sedah bahas, orang-orang Kristen mengalami penderitaan (ujian iman) karena iman mereka. Dengan demikian, orang rendah/miskin yang dibicarakan Yakobus menunjuk kepada orang-orang beriman yang harus menjadi jatuh miskin oleh karena penindasan/penderitaan yang dibuat oleh "dunia."
Dalam konteks Yakobus 1.1-8, kita juga melihat bahwa orang-orang percaya seharusnya meminta hikmat Tuhan saat mereka dalam ujian iman; hal ini adalah bentuk dari penyerahan diri mereka kepada Tuhan. Hal inilah juga yang menjadi karakter dari kehidupan anak-anak Tuhan yang jadi miskin/rendah karena penindasan dunia; walaupun kondisi fisik mereka menderita dan rendah, namun iman dan penyerahan diri mereka kepada Tuhan bertumbuh. Hal inilah yang membuat mereka disebut Yakobus memiliki kedudukan yang tinggi sehingga mereka harus bermegah. Yakobus sebenarnya menggemakan kembali ajaran Yesus yang dengan tegas mengatakan "berbahagialah mereka yang miskin dihadapan Tuhan sebab merekalah yang empunya kerajaan Allah."
Kita kembali melihat bahwa penyerahan diri yang total kepada Tuhan, itulah yang menjadi ciri/karakter dari seseorang yang menjadi umat Tuhan dan memiliki hikmat Tuhan. Apakah mudah untuk menyerahkan diri/mempercayakan hidup secara total kepada Tuhan? Tentu hal ini tidak mudah; dibutuhkan iman dan komitmen yang total untuk mampu menyerahkan hidup secara total kepada Tuhan.
Bruce Larson seorang pendeta di NY bercerita mengenai dua jenis manusia; manusia pertama adalah orang yang seperti tokoh mitologi Yunani yang disebut Atlas; kita pasti pernah melihat gambaran tokoh ini, dimana ia sedang memikul dunia di atas pundaknya. Di sisi yang lain, ia juga pernah melihat seorang anak kecil yang berdoa di ruang belakang sebuah gereja untuk menyerahkan seluruh "dunia hidupnya" kepada Tuhan. Demikianlah manusia, sebagian diantara kita mencoba untuk menanggung "dunia hidup kita" sendiri dan sebagian lagi menyerahkan "dunia hidupnya" kepada Tuhan. Diantara kedua karakter manusia di atas, anda termasuk yang mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar