"Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi, dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah karena ia akan lenyap seperti bunga rumput. Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah dengan orang kaya ditengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap. Yakobus 1.9-11.
Jika dalam pembahasan sebelumnya, kita telah membicarakan mengenai orang yang mengandalkan Tuhan yang digambarkan sebagai orang rendah/miskin, sekarang kita akan membicarakan mengenai tokoh orang kaya. Siapakah tokoh ini? Dilihat dari penggaambaran yang digunakan Yakobus, dimana ia mengkontraskan antara tokoh orang miskin dan orang kaya, maka jelas bahwa tokoh orang kaya yang dimaksudkan adalah kebalikan dari tokoh orang miskin. Jika tokoh orang miskin yang dibicarakan Yakobus menunjuk kepada orang-orang Kristen yang harus mengalami penderitaan karena iman mereka, maka tokoh orang kaya menunjuk kepada orang-orang yang menjadi kaya karena mengandalkan diri sendiri dan oleh karena hatinya jahat, ia kemudian suka mencelakakan orang lain atau suka melihat orang lain (khususnya orang benar) celaka. Orang seperti inilah yang dibicarakan dalam Yakobus 1.10-11.
Salah satu pertanyaan penting dalam tradisi hikmat adalah pertanyaan mengenai mengapa orang jahat hidupnya sejahtera; Yakobus menjawab persoalan tersebut dengan mengatakan bahwa orang jahat tidak akan menikmati hasil duniawi dari kejahatannya selamanya, akan ada waktunya dimana mereka akan berakhir dengan kematian atau kebinasaan. Dalam tradisi hikmat gambaran mengenai matahari yang menyinari rumput dengan terik hingga melayukan daunnya digunakan untuk membicarakan mengenai kematian, dan Yakobus menggunakan penggambaran tersebut untuk menegaskan bahwa hal itulah yang akan menanti orang-orang kaya yang tidak percaya kepada Tuhan, yang hidupnya mengandalkan dirinya sendiri dan yang rela mencelakan orang lain atau suka melihat orang lain celaka.
Dengan demikian, menjadi kaya sebenarnya tidaklah salah, namun menjadi orang kaya yang tidak percaya kepada Tuhan, yang mengandalkan kekayaan dalam hidupnya dan bukan mengandalkan Tuhan, serta menjadi orang kaya yang jahat, itu baru persoalan. Pesan dari Yakobus seharusnya mengingatkan kita bahwa ada pertanggungjawaban yang harus kita berikan atas setiap kepercayaan yang Tuhan telah berikan termasuk didalamnya kekayaan. Ingatlah bahwa kekayaan bisa digunakan untuk mempermuliakan Tuhan, namun di sisi yang lain hal tersebut dapat menjadi jerat bagi manusia yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang berorientasi pada diri sendiri, egois dan tidak peduli dengan orang lain.
Leo Tolstoy menceritakan sebuah ilustrasi yang menarik mengenai orang yang mabuk harta; ia bercerita mengenai seorang petani yang serakah. Satu kali petani ini mendapatkan tantangan untuk mendapatkan sejumlah uang dan tanah; syaratnya adalah si petani hanya akan mendapatakan tanah sejauh ia bisa berjalan untuk mencapai titik terjauh dan kembali lagi ke tempat asalnya sebelum matahari terbenam. Si Petani menyanggupi tantangan tersebut, pagi hari saat matahari terbit, ia mulai berjalan dengan cepat, saat hari menjadi siang ia tidak mempedulikan rasa laparnya dan terus berjalan secepatnya hingga pada akhirnya saat waktu menunjukkan pukul 3 sore, ia menyadari bahwa ia harus kembali secepatnya. Maka ia pun berlari sekuat tenaga supaya bisa tiba di rumahnya sebelum matahari terbenam. Walaupun badannya sudah lelah, ia pantang menyerah, menjelang matahari terbenam, ia kerahkan semua tenaganya untuk berlari sekuatnya dan pas matahari terbenam, ia persis tiba di rumahnya. Namun apa yang terjadi kemudia? Begitu ia sampai di depan rumahnya, ia langsung muntah darah dan mati seketika.
Cerita ini lucu dan menarik untuk kita pikirkan; cerita ini mengingatkan kita mengenai bahaya dari keserakahan dan mabuk harta yang justru akan membawa kita pada derita. Itulah sebabnya, jika kita adalah orang biasa, maka seperti yang dinasehatkan Paulus, cukupkanlah dengan apa yang ada; namun jika kita adalah orang yang berada, maka muliakanlah Tuhan juga dengan harta benda kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar